Ardi adalah asisten CEO. Ketika SMA Ardi pernah membayar seorang gadis untuk menjadi pacar bayaran.
Gadis itu ialah Ayasha dan Ayasha sangat menikmati perannya saat itu.
Namun setelah tujuh tahun berlalu Ardi kembali dipertemukan dengan Ayasha. Ternyata mantan pacar bayarannya ialah putri CEO di perusahaan tempat Ia bekerja.
Dunia seperti terbalik. Untuk membatalkan pertunangan dengan sang kekasih Ayasha memberi Ardi sejumlah uang.
"Apa kamu sedang membayarku?" Ardi.
"Ya, jadilah suamiku, Ardi!" Ayasha.
Simak ceritanya hanya di novel Menikahi Mantan Pacar Bayaran!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Haryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 2 Masih Saling Mengenal
Jantung Ardi semakin berdegup saat Ayasha melepas pelukan dari Brian dan menatapnya.
Sejenak mata mereka bertemu namun keduanya hanya diam.
Ayasha seperti mengenali pria di hadapannya, namun untuk memastikannya Ayasha memilih berbisik pada sang ayah.
"Siapa dia, Daddy?" bisik Ayasha.
Brian menggeser tubuhnya membuat Ayasha dan Ardi kembali saling tatap.
"Kenalin, Ayasha, ini Ardi asisten Daddy yang sekarang." Brian memperkenalkan Ardi pada Ayasha.
"Ardi, asisten Daddy," ucap Ayasha pelan namun masih bisa didengar Ardi.
Lalu Ayasha memperhatikan penampilan Ardi yang mengenakan stelan jas kantor. Sangat berwibawa, tampan dan rapih.
Ardi yang tak enak terus ditatap oleh Ayasha memilih menganggukan kepala.
"Ya, Nona, saya Ardi asisten Pak Brian. Jika Nona butuh sesuatu Nona bisa menghubungi saya," ucap Ardi.
"No-na?" Ayasha menggaruk kepala yang ditutupi hijab.
Kata 'Nona' yang Ardi ucapkan terdengar aneh di telinganya.
Kecanggungan begitu terasa diantara keduanya. Lama tak jumpa bukan berarti saling melupakan.
Ya, diantara keduanya masih saling mengenal, saling mengingat satu sama lain meski waktu berlalu begitu saja.
"Ehem." Deheman Brian membuat Ayasha beralih menatap sang ayah.
"Kita pulang, yuk, Nak," ajak Brian.
Ayasha melirik Ardi sejenak.
"Iya, Dad."
Segera Ardi mengambil koper milik Ayasha dan membawanya ke mobil.
"Sejak kapan dia jadi asisten Daddy?" tanya Ayasha menoleh sejenak pada Ardi.
Entah mengapa Ayasha merasa penasaran dan ingin tahu banyak hal tentang Ardi sekarang ini.
"Belum lama ini," jawab Brian singkat membuat Ayasha semakin penasaran.
"Kenapa dia jadi asisten Daddy?" tanya Ayasha lagi.
"Asisten lama Daddy resign, dan yang mendapat promosi jabatan itu Ardi. Setelah beberapa kali seleksi ternyata Ardi lolos jadi asisten Daddy," terang Brian.
Ayasha menahan diri untuk tidak bertanya lagi sebab Ardi tengah membukakan pintu mobil untuknya dan sang ayah.
"Silahkan, Pak, Nona," ucap Ardi dengan kepala sedikit menunduk.
"Ya."
Hanya Brian yang menjawab, sementara Ayasha diam dengan banyak pertanya di kepalanya.
Ayasha menatap spion mobil saat Ardi membuka bagasi dan memasukkan koper. Lalu mengalihkan pandangan saat Ardi masuk kedalam mobil dan memilih bersandar pada sang ayah.
"Tidurlah, Nak, kamu pasti capek," ucap Brian sambil mengusap puncak kepala Ayasha.
"Iya, Dad," ucap Ayasha lalu memejamkan mata.
Saat mobil mulai melaju Ayasha membuka mata dan kembali memperhatikan Ardi yang kini mengemudi.
Tak sengaja pandangannya melihat setangkai mawar merah muda didasbor.
"Pasti bunga itu untuk pacarnya. Apa mungkin untuk istrinya?" batin Ayasha sambil menatap Ardi dari belakang.
Ayasha menegakkan duduknya dan menatap Brian.
"Daddy katanya mau belikan aku bunga? Mana bunganya?" tanya Ayasha menagih.
Brian menepuk kening.
"Astaghfirullah, bunganya ketinggalan di bandara, Ay. Nanti Daddy belikan lagi, ya, bunganya," ucap Brian menyesal.
Rasa bersalah nampak jelas diwajah Brian.
Dan kegaduhan dikursi belakang membuat Ardi menaikan sebelah alisnya.
"Nggak usah, Dad, aku nggak apa-apa. Lagi pula Daddy yang janji mau ngasih aku bunga bukan aku yang minta bunga?" ucap Ayasha.
"Iya, Ay, Daddy yang janji tapi Daddy juga yang lupa. Maaf, ya, Nak."
Seandainya mobil mereka belum melewati toko bunga Brian pasti sudah meminta Ardi mampir seperti tadi.
"Ma'af kalau saya lancang, Pak, saya hanya menawarkan kalau Bapak mau Bapak bisa ambil bunga milik saya untuk Nona Ayasha. Kebetulan bunganya sama seperti yang tadi Bapak beli," ucap Ardi melirik spion sejenak kemudian melihat pada bunga miliknya.
Tawaran Ardi itu disambut baik oleh Brian.
"Iya, Ardi, terima kasih. Berikan bungamu sama saya."
Ardi menepikan mobil lalu memberikan bunga miliknya pada Brian dan Brian memberikannya pada Ayasha.
"Nggak mau, Dad, ini bunga pasti buat istrinya," tolak Ayasha.
"Saya belum punya istri, Nona," sahut Ardi yang sudah kembali mengemudi.
"Tuh, Ayasha, Ardi belum punya istri," ucap Brian sambil memberikan lagi bunga milik Ardi.
"Kalau bukan buat istrinya pasti buat pacarnya," tolak Ayasha lagi.
"Saya belum punya pacar, Nona," sahut Ardi lagi.
Sudut bibir Ayasha berkedut namun Ia hanya diam.
"Ambil dulu bunga ini, Ayasha, nanti Daddy belikan lagi bunganya." Brian memberikan lagi bunga Ardi pada Ayasha.
Kini Ayasha tak menolak. Dengan mata melirik Ardi, tangan Ayasha terulur meraih tangkai bunga itu.
"Sapu tangannya?" tanya Ayasha.
"Itu sapu tangan saya. Kalau bunganya sudah kering Nona bisa membuang bunga itu bersama sapu tangannya," sahut Ardi.
"Eemmm... oke," ucap Ayasha.
...***...
"MOMMY!" panggil Ayasha pada sang ibu.
Kini mereka sudah tiba dirumah dan Ayasha tengah disambut oleh sang ibu.
Pelukan hangat menjadi sambutan utama Ayasha masuk kerumah.
"Ayasha," lirih Savana sambil memeluk putrinya.
Ibu Ayasha itu sangat terharu putri kesayangannya pulang kerumah. Selama tujuh tahun ini Savana dan Brian lah yang menemui Ayasha di luar negeri.
"Kamu gimana kabarnya, Nak?" tanya Savana menangkup kedua pipi Ayasha setelah melepas pelukan.
Ayasha tersenyum
"Aku baik, Mom. Mommy gimana kabarnya?" tanya Ayasha balik sambil merangkul tangan Savana.
"Mommy juga baik, Sayang," jawab Savana lalu mencium kedua pipi Ayasha.
"Iiihh, Mommy, geli," gurau Ayasha membuat Savana tersenyum lalu merangkul Ayasha.
"Ayo kita makan, Nak, Mommy sudah masak makanan kesukaanmu," ajak Savana.
"Iya, Mom... ayo, Daddy." Ayasha menarik tangan Brian menuju meja makan.
Disisi lain Ardi baru saja menurunkan koper Ayasha dari bagasi.
"Pak Ardi ditunggu pak Brian makan siang, sekarang," ucap pelayan yang baru saja datang menghampirinya.
Ardi terdiam sejenak.
"Maaf tapi saya sedang banyak pekerjaan," tolak Ardi lalu lanjut membawa koper Ayasha menuju rumah.
"Kopernya biar saya yang bawa masuk, Pak," ucap pelayan itu.
Ardi mengangguk dan membiarkan pelayan membawa koper Ayasha masuk.
"Ardi ayo makan siang dulu," ajak Brian.
Brian menghampiri Ardi yang duduk di teras dengan tablet ditangannya. Ardi tengah mengatur ulang jadwal Brian, mengosongkan jadwal hari ini dan menggantinya lain waktu.
"Terima kasih, Pak, tapi saya sedang mengatur ulang jadwal Bapak dan setelahnya saya mau izin pulang," ucap Ardi setelah berdiri lebih dulu.
"Ah, iya, kamu mau pulang, ya. Ya sudah tidak apa-apa, setelah selesai kamu bisa pulang. Kita lanjut kerja besok pagi," ucap Brian.
"Iya, Pak, terima kasih."
Setelah Brian kembali keruang makan, Ardi kembali melanjutkan pekerjaannya. Sesekali Ia melirik jam tangan untuk melihat waktu.
30 menit berlalu, Ardi baru menyelesaikan pekerjaannya.
Dan saat sedang berkemas ponsel Ardi kembali berbunyi.
"Iya, iya, aku pulang. Tunggu dirumah sebentar," ucap Ardi sambil melangkah cepat.
Tanpa Ardi sadari sejak tadi Ayasha memperhatikannya dari balkon.
"Kamu masih sama seperti dulu, Ardi. Cuek."
burung tekuku makan kedelai
ucap selamat kepada mempelai
siap tempur sampai lemas terkulai
kabooooorrr 🏃🏃🏃🏃🏃🏃🏃
Tantangan buat ardi hrs mencari investor agar perusahaan tidak goyah....
..