Suatu rangkaian perasaan untuk menjadi sebuah kisah cinta yang sempurna milik Juliette. Bermula dari pertemuan dengan seorang pria yang bernama Ronald sehingga mereka menjalin hubungan asmara yang diisi dengan suka duka, up and down, intrik dan terkuatnya sebuah rahasia. Mampukah Juliette mempertahankan hubungan asmaranya yang tidak selalu sesuai dengan keinginan mereka?
Di rangkaian kata - kata kisah cinta milik Juliette inilah tertulis sehingga terbentuk Alenia Cinta Milik Juliette.
Happy reading 😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inge, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Persembunyian Kita
"Apakah Anda yakin dengan keamanan saya tanpa menutup klinik ini, Dokter Juliette?" ucap Ronald datar yang tidak percaya.
"Saya yakin, mari ikut saya, ada tempat aman yang bisa kita gunakan untuk bersembunyi," ucap Juliette yakin sambil membuka maskernya.
Ronald yang sejak tadi duduk bersandar dengan ekspresi datar langsung mengubah postur tubuhnya. Badannya yang santai kini tegap. Matanya sempat terpaku sejenak pada sosok Juliette. Kecantikan Juliette terlihat jelas. Wajah berbentuk diamond shape, bibir tebal yang membentuk garis tegas, dagu lancip dan mata tajam yang penuh determinasi. Tanpa membuang waktu, Juliette membimbing Ronald turun dari ranjang. Ronald masih menatapnya dengan intens, matanya menyelidik setiap gerakan Juliette.
Juliette begitu berani dan tampak percaya diri, sesuatu yang jarang Ronald temui, terutama dalam situasi seperti ini. Juliette melangkahkan kakinya menuju pintu belakang ruangan itu. Ronald mengikuti langkah kakinya Juliette. Juliette membuka pintu, lalu keluar dari ruangan itu dari pintu belakang. Mereka keluar dari ruangan itu tanpa menutup pintu itu, karena pintu itu tertutup secara otomatis. Mereka berjalan melewati ruang administrasi. Mereka masuk ke dalam ruang kerjanya Juliette.
Juliette menutup pintu ruang kerjanya. Juliette mengarahkan Ronald menuju sebuah pintu rahasia. Juliette menggeser sebuah pigura. Seketika sebuah pintu rahasia terbuka yang tersembunyi di belakang lemari logam. Ada sebuah tangga sempit yang mengarahkan ke ruang bawah tanah terbentang di hadapan mereka. Juliette merasakan jantungnya berdegup lebih kencang dan bergejolaknya desiran lembut di hatinya, tetapi ia segera memutuskan untuk bertindak. Juliette mengambil nafas dalam-dalam. Juliette. Juliette melepaskan genggaman tangannya.
"Ikut saya," ujar Juliette tegas sambil melangkah lebih dulu, memastikan semuanya aman.
Ronald mengikuti di belakangnya dengan langkah hati-hati. pintu itu otomatis tertutup ketika mereka melangkah di atas beberapa anak tangga. Perhatian Ronald tertuju pada Juliette. Cahaya remang-remang di lorong bawah tanah membuat wajahnya Juliette terlihat semakin mempesona. Dia bisa melihat dengan jelas garis wajah Juliette yang tegas namun lembut. Juliette tidak hanya cantik, tapi juga memiliki keberanian yang membuat Ronald terkesan. Setibanya di bawah, Juliette mendorong pintu kecil menuju sebuh ruangan kecil sehingga pintu terbuka dan memperlihatkan sebuah ruangan yang tampaknya jarang digunakan.
"Di sini Anda akan aman untuk sementara waktu," ujar Juliette ramah sambil melangkah masuk ke dalam ruangan itu.
Ronald mengikuti langkah kakinya Juliette. Ronald menyandarkan tubuhnya di dinding. Matanya tetap terpaku menatap Juliette yang kini berdiri di hadapannya. Walaupun memiliki tubuh yang kecil, ternyata mempunyai keberanian yang tak biasa orang lain lakukan. Tak sengaja tatapan mereka bertemu. Juliette merasakan desiran lembut di relung hatinya bergejolak lebih dahsyat dari sebelumnya. Rona merah menyeruak di pipinya Juliette tanpa sepengetahuan mereka berdua. Segera mungkin, dia tepis perasaan itu. Dia mengalihkan pandangan matanya.
"Kenapa kamu membantuku?" tanya Ronald dengan nada suara yang datar namun penuh rasa ingin tahu.
Juliette menoleh, lalu berucap, "Karena aku dokter. Dan Anda pasienku, tugas dokter adalah menyelamatkan nyawa, siapa pun itu.
Ronald tersenyum kecil, senyum yang jarang muncul di wajahnya, lalu berujar, "Kami tidak tahu apa yang sedang kami hadapi, apalagi kamu."
Juliette menghela nafas, lalu berkata, "Mungkin tidak. Tapi yang jelas, aku tahu kamu dalam bahaya. Dan aku tidak bisa diam saja."
Seketika suasana hening, hanya terdengar suara hembusan nafas mereka. Juliette merasakan hembusan nafas Ronald yang hangat menerpa wajahnya sehingga membuat dirinya salah tingkah. Juliette mengalihkan pandangannya untuk meredakan semua rasa di relung hatinya. Tiba-tiba mereka mendengar suara samar langkah kaki beberapa orang dari atas.
Menciptakan suasana yang semakin tegang dan membuat desiran di relung hatinya lenyap begitu saja. Diganti dengan rasa ketakutan. Juliette mundur beberapa langkah dengan ekstra hati-hati, lalu duduk di salah satu sudut ruangan dengan tangan terlipat dipangkuannya dengan pandangan mata yang lurus ke depan untuk mencoba menenangkan pikiran.
Di sisi lain, Ronald yang masih duduk bersandar di dinding. Sepasang matanya terpaku pada Juliette. Mengamati setiap gerakan kecil yang Juliette lakukan. Pencahayaan redup di ruangan itu justru menyoroti wajah Juliette dengan lembut, membuat kecantikannya terlihat lebih memikat. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Ronald merasa dirinya benar-benar terganggu oleh keberadaan seorang wanita.
"Ada berapa Dokter di klinik ini?" tanya Ronald santai.
Sontak Juliette menoleh ke Ronald, lalu berucap, "Ada lima dokter. Tapi kalau malam ini, hanya satu dokter yang berjaga, ditemani sepuluh perawat."
Gubrakkk
Suara benda yang jatuh di atas mereka sehingga membuat rasa takut Juliette bertambah. Spontan Juliette menekukan kedua lututnya, menenggelamkan kepalanya dan memeluk lututnya dengan erat. Juliette takut jika persembunyian mereka ketahuan atau telah terjadi sesuatu yang mengerikan di atas sana. Ronald melebarkan matanya karena terkejut melihat Juliette yang ketakutan. Dia tidak menyangka keberanian yang dimiliki oleh Juliette lenyap begitu saja.
Terenyuh melihat kondisi Juliette. Rasa itu telah menyelimuti jiwanya Ronald. Baru pertama kali dia merasakan itu terhadap seorang wanita kecuali ibu dan tantenya. Biasanya dia tidak merasakan itu terhadap siapa pun Perlahan Ronald mendekati Juliette. Lalu mendekap tubuh mungilnya Juliette untuk memberikan ketenangan kepada Juliette. Juliette kaget merasakan hembusan nafasnya Ronald di puncak kepalanya sehingga membuat detak jantungnya tak beraturan.
"Kamu tenang aja, kita aman bersembunyi di sini," ucap Ronald penuh dengan kelembutan untuk memenangkan Juliette.
Ronald merasakan tubuhnya Juliette bergetar. Ronald mengernyitkan keningnya karena bingung melihat Juliette menangis.Dia merasa ada sesuatu yang telah membuat Juliette trauma sehingga dia ketakutan. Ronald mendengar suara isakan Juliette sehingga hatinya Ronald tersentuh dan melembut terhadap seorang wanita. Biasanya yang bisa menyentuh hatinya Ronald itu adalah ibu dan adik ibunya. Ronald selalu bersikap lembut terhadap ibu dan tantenya. Dia tidak ingin melihat Juliette menangis. Namun, dia tidak tahu kenapa tiba-tiba hatinya tersentuh dan melembut ketika berdekatan dengan sosoknya Juliette.
"Tidak usah menangis Dokter Juliette. Maafkan aku yang membawa kamu masuk ke dalam masalahku. Aku juga tidak tahu kenapa orang-orang itu menginginkan diriku. Di tengah perjalanan kami menuju kota New York, ada sebuah komplotan menghadang kami. Mereka menyerang kami dengan rentetan senjata api. Menurutku mereka adalah perampok. Tapi, setelah aku dan assistenku berlari mejauhi mereka, mengejar kami. Kami tidak tahu kenapa mereka mengejar kami. Sekali lagi aku minta maaf. Aku sangat bangga padamu karena berani mengambil sikap untuk menolong diriku dan juga assistenku. Aku yakin kamu wanita pemberani. Tunjukkan keberanian dirimu lagi," ucap Ronald lembut sambil mengusap punggungnya Juliette.
Seketika suasana kembali sunyi dan hening hanya terdengar suara isakan Juliette. Ronald spontan membelai kepalanya Juliette dengan lembut yang membuat Juliette sedikit meremang. Lambat laun rasa takut yang hinggap di jiwanya Juliette menghilang sehingga tubuhnya Juliette sudah tidak bergetar lagi dan isakan tangisnya Juliette berhenti. Desiran lembut di relung hatinya muncul lagi sehingga membuat rona merah terkuak di pipinya Juliette. Ronald tetap setia memeluk Juliette dengan penuh kelembutan.
"Apa kamu sudah tidak ketakutan lagi?" tanya Ronald lembut.
"Iya, aku ketakutan karena takut telah terjadi sesuatu yang mengerikan di atas sana dan mereka tahu tempat persembunyian kita."
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Terima kasih banyak para reader budiman yang telah sudah membaca cerita novel ini, jangan lupa
Di like ☺
Dikasih hadiah 😊
Komentar, kritik dan saran 😊