Kisah ini bercerita tantang dua orang gadis yang memiliki kehidupan jauh berbeda sekali satu sama lainnya.
Valeria dan Gisela yang merupakan anggota academy musik di Soleram Internasional dan sama-sama menimba ilmu sebagai seorang murid disana untuk menjadi penyanyi terkenal.
Sayangnya nasib mujur bukan berpihak pada Gisela namun pada Valeria karena karya lagunya menjadi viral dan hits hingga mancanegara dan mengantarkannya sebagai penyanyi populer.
Penasaran mengikuti kelanjutan serial dua gadis yang berseteru itu !
Mari ikuti setiap serialnya, ya... 😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2 MENDAPAT MATA BATIN
Gisela terhuyung-huyung saat dia berjalan menuju lantai empat rumah sakit ke arah lift yang tersedia disana.
Sosok Valeria dalam diri Gisela memberontak kuat, ingin lepas dari raga Gisela.
Valeria yang kini bersemayam jiwanya dalam tubuh Gisela seperti tak terima karena jiwanya tertukar pada raga yang salah karena seharusnya jiwa Valeria kembali ke dalam tubuhnya yang dulu.
Namun kenyataannya jiwa Valeria justru berada terkungkung didalam raga Gisela, teman seangkatannya di akademi musik Soleram Internasional saat mereka menimba ilmu.
Bagaimana ini bisa terjadi pada Valeria dan Gisela padahal mereka tidak bersama-sama saat kejadian bertukarnya jiwa mereka.
Valeria dalam diri Gisela berjalan frustasi dengan tangan masih terpasang selang infus.
Ekspresi wajahnya terlihat murung ketika dia menyadari bahwa jiwanya tertukar dalam raga Gisela.
Penampilannya acak-acakan sedangkan sorot matanya sayu seakan-akan merasa letih.
"Bagaimana kami bisa tertukar jiwanya ?" ucap Valeria dalam tubuh Gisela yang kebingungan.
Valeria dalam raga Gisela melirik cepat ke arah selang infus yang terpasang di lengan kirinya kemudian dia melepaskannya asal serta membuangnya ke lantai sebab langkah kakinya terhalang oleh selang infus.
Lift berada tepat di depannya, ditekannya dengan cepat tombol naik ke lantai empat di rumah sakit ini, pintu lift terbuka otomatis setelah Valeria dalam raga Gisela menekan tombol warna hijau.
Gisela langsung masuk ke dalam lift yang akan bergerak naik ke lantai empat.
Terasa gerakan kuat dalam lift yang tertutup itu menuju lantai empat rumah sakit ini.
Kling... !
Sedetik saja, lift telah sampai ke lantai empat rumah sakit, Gisela keluar dari dalam lift menuju meja petugas disana.
"Boleh tanya dimana kamar pasien Valeria yang penyanyi populer itu ?" tanya Gisela.
Langsung saja perhatian petugas jaga di lantai empat rumah sakit melirik tajam sembari mengamati baju pasien yang dikenakan oleh Gisela saat ini.
Seorang petugas jaga menurunkan letak kacamatanya seraya mengawasi Gisela mulai dari ujung rambut sampai ujung kakinya.
"Bukannya kau juga pasien di rumah sakit ini, kenapa kamu berkeluyuran disini, mana kamarmu, nona ?" kata petugas jaga di lantai empat dengan nada seriusnya.
"Emmm... ?!" gumam Gisela bingung.
Gisela tidak berani menatap ke arah petugas jaga yang ada di meja itu.
"Jika sudah selesai tujuanmu, segeralah kembali ke kamarmu lagi karena perawat akan mencarimu untuk tugas lanjutan", kata petugas jaga pada Gisela.
"Ya, baik...", sahut Gisela.
"Kau pasien disini dan apakah kalian berteman baik ?" tanya petugas jaga sembari menekan angka telepon.
"Ya, benar, aku juga pasien disini dan sedang dirawat di kamar yang ada di lantai dua, aku adalah sahabat dari Valeria, dimana kamarnya", sahut Gisela agak takut-takut.
"Sebentar aku tanyakan pada perawat yang ada disana...", kata petugas jaga di lantai empat itu seraya mengangkat telepon paralel yang menghubungkan ke kamar-kamar lainnya.
"Terimakasih...", sahut Gisela.
Terdengar suara petugas jaga sedang berbicara melalui panggilan telepon paralel, menanyakan letak kamar Valeria dirawat saat ini.
Klek... !
Telepon diletakkan kembali pada tempatnya, petugas jaga di lantai empat berbicara pada Gisela.
"Dia dirawat dikamar 409 ruangan mawar", sahut petugas jaga.
"Dimana kamar 409 ?" tanya Gisela.
"Lurus saja dari sini, setelah melewati tiga kamar sebelah kanan, ada nomornya yang tercantum disisi dinding", sahut petugas jaga.
"Terimakasih", kata Gisela tergesa-gesa pergi.
Gisela melanjutkan tujuannya, mencari kamar 409 yang dimaksudkan oleh petugas jaga yang ada di lantai empat, kamar dimana Valeria dirawat di rumah sakit ini.
Tampak langkah kakinya tertatih-tatih lantaran dia masih belum pulih benar dari cidera yang dia alami sewaktu dirinya sebagai Valeria, seorang penyanyi terkenal itu tampil diatas panggung.
"Dimana kamar 409 itu ?" gumam Gisela bertanya-tanya sembari mencari letak kamar Valeria.
Gisela mengedarkan pandangannya ke sekitar tempat di area dia berada sekarang ini.
"Tiga kamar dari sini, sebelah kiri", ucapnya.
NOMER 409...
Gisela langsung memekik senang saat dirinya menemukan kamar yang dimaksudkan itu, kamar dimana Valeria sedang dirawat.
"Ini dia kamarnya, aku akan melihatnya, mungkin saja aku bisa kembali pada ragaku yang dulu", kata Gisela seraya mendekati pintu kamar yang terdapat kaca sebagai celahnya sehingga dia dapat melihat ke dalam ruangan kamar jika dari luar.
Gisela menghampiri pintu kamar dimana Valeria dirawat, diintipnya diam-diam ke dalam kaca kecil pada pintu.
Tampak sebuah ruangan kamar dengan ukuran yang sangat luas tapi sepi karena Gisela tidak melihat siapa-siapa didalam sana.
"Apa dia ada didalam ?" tanya Gisela penasaran seraya menarik ganggang pintu kamar untuk masuk.
Udara dingin dari mesin pendingin yang ada di dalam ruangan kamar pasien langsung berhembus cepat ke arah Gisela ketika dia berjalan masuk ke kamar di lantai empat rumah sakit.
Terasa udara dingin menusuk tulang saat raga Gisela berjalan ke dalam kamar pasien yang sunyi itu.
Terdapat sebuah ranjang berukuran besar terletak ditengah-tengah kamar, tepat menempel pada dinding dan Gisela melihat Valeria masih nyenyak tertidur.
"Itu tubuhku...", bisik Valeria dalam raga Gisela ketika dia menghampiri ranjang pasien.
Kedua sorot matanya berubah sayu dengan wajah murung.
Valeria dalam diri Gisela mengulurkan tangannya ke arah raga miliknya yang kini sedang berbaring itu, sama persis dengannya, sebuah selang infus terpasang pada salah satu lengan kiri raga Valeria karena biasanya jarum suntik tidak mudah terpasang pada lengan kanannya.
Sesaat Gisela terdiam, berdiri mematung seraya menatap sendu ke arah Valeria yang merupakan dirinya.
"Apakah jiwa Gisela ada dalam ragaku sekarang ini atau tidak ?" tanyanya seraya menyentuh tangan Valeria.
Mendadak saja tubuh Gisela terpental jatuh saat dia menyentuh tangan Valeria.
Bruk...
Gisela tersentak kaget ketika dirinya terjatuh duduk di atas lantai kamar rumah sakit.
"Apa yang terjadi ???" tanyanya kebingungan seraya mengedarkan pandangannya ke sekitar ruangan kamar bernomer 409 ini.
Muncul seseorang berbaju putih dengan tirai mutiara berdiri tepat di hadapannya sambil berkata pada Valeria dalam diri Gisela.
"Terimalah takdir kalian mulai dari sekarang !"
Sosok perempuan berbaju putih itu menatap teduh ke arah Gisela yang terdiam kaku.
"Sekarang kau bukan lagi Valeria melainkan Gisela yang baru, bukan lagi seorang penyanyi terkenal seperti dulu lagi, tapi Gisela !" ucapnya bersuara lembut.
Gisela masih terdiam termenung dengan sorot mata nanar, mencoba menangkap maksud ucapan dari sosok asing di hadapannya saat ini.
Namun sulit baginya untuk memahami kata-kata dari perempuan asing itu.
"Ubahlah Gisela yang dulu menjadi lebih baik daripada kehidupannya yang sebelumnya, dan kuyakin kau bisa melakukannya", kata perempuan berbaju putih.
"Siapa... Aku... ?" sahut Gisela tak mengerti.
"Ingatlah pesanku ini, kau bukan lagi Valeria yang dulu melainkan Gisela, cobalah menerima takdir ini dan ubahlah takdirmu sebagai Gisela !'' pesan perempuan asing seraya tersenyum lembut.
"Mengapa saya jadi begini ?" tanya Valeria dalam raga Gisela.
"Jangan lagi bertanya tapi jalanilah hidupmu sebagai Gisela sekarang dan bukan lagi Valeria !" sahut perempuan asing seraya mengulurkan tangannya ke arah Gisela.
"Tapi aku tetap harus hidup dengan baik bukan", kata Gisela.
"Kau benar, kamu memang harus tetap hidup dengan baik tapi bukan menjadi Valeria melainkan Gisela yang baru", kata perempuan berbaju putih lalu mengarahkan jari telunjuknya ke kening Gisela.
"Sulit bagiku hidup sebagai orang lain karena aku bukan Gisela", kata Gisela murung.
"Tidak sulit bagimu karena aku akan membantumu dengan membuka mata batinmu, Gisela", ucap perempuan asing bertiara mutiara seraya menyentuhkan jari telunjuknya yang berubah menjadi emas kepada kening Gisela.
Seketika cahaya terang berwarna putih memancar dari arah kening Gisela.
Gisela tersentak kaget ketika cahaya keluar dari dalam dahinya.
Tampak Valeria telah duduk tersadar di atas ranjang pasien seraya tertawa senang.
"Akhirnya aku bisa bertukar jiwa dengan Valeria dan tubuh cantik ini menjadi milikku sekarang...", ucap Gisela dalam raga Valeria yang tersenyum puas.
Valeria mengagumi bentuk tubuhnya sendiri lalu berkata lagi.
"Siapa yang bisa terlihat lebih baik dariku sekarang ?"
Valeria tertawa keras dengan ekspresi wajah penuh kemenangan.