NovelToon NovelToon
Menikah Kontrak

Menikah Kontrak

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

bagaimana jika seorang CEO menikah kontrak dengan agen pembunuh bayaran

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

gadis dipangkalan ojek

Amira nyaris tak bisa bernapas saat tangannya ditarik paksa oleh seorang wanita berbaju hitam rapi, menuju lorong panjang menuju ruang make up. Jaket ojek online-nya masih melekat di tubuhnya, dan helmnya belum sempat ia lepas sejak tiba. Sepanjang perjalanan, orang-orang memandangnya dengan tatapan bingung dan jijik—apa yang dilakukan tukang ojek di pesta sekelas keluarga Wijaya?

Pintu ruang make up dibuka lebar. Udara dingin dari AC menyerbu kulit putih Amira yang masih basah oleh peluh perjalanan. Seorang Make Up Artist profesional menghampiri, alisnya langsung terangkat saat melihat penampilan Amira.

“Kamu serius? Satu jam lagi akad, dan kamu baru kasih aku... ini?” serunya pada Renata, yang berdiri di ambang pintu dengan ekspresi kaku.

“Kalau kamu gagal,” kata Renata datar, “maka kamu tidak akan bekerja lagi di Jakarta.”

Sang MUA langsung bungkam. Ia tahu reputasi Renata Wijaya bukan main-main. Ia menatap Amira lagi, mencoba melihat kemungkinan di balik wajah polos dan rambut acak-acakan itu.

Amira hanya duduk dengan gemetar. Ia memandangi wajahnya sendiri di cermin—kusam, letih, namun matanya menyimpan keteguhan yang bahkan tak ia sadari sebelumnya. Dalam waktu sejam, ia harus menikah dengan lelaki asing. Wajahnya saja ia tidak tahu.

“Nama kamu siapa?” tanya sang MUA sambil mulai membersihkan wajahnya.

“Amira,” jawabnya lirih. “Saya tukang ojek.”

MUA hanya mengangguk singkat, mulai bekerja dengan cepat. "Kamu punya tulang wajah yang bagus. Hidungmu mancung alami. Kulitmu putih bersih, ini bakal gampang ditata."

Amira diam saja. Kepalanya penuh suara. Tadi pagi ia hanya berpikir untuk antar makanan, lalu jenguk ayahnya yang sakit. Tapi sekarang… ia akan jadi pengantin pura-pura demi menyelamatkan ayah yang koma di ICU.

Di luar, Renata mondar-mandir di koridor. Napasnya pendek-pendek. Asistennya datang dengan wajah panik.

“Bu, Serina nanya-nanya soal pengantin. Katanya, kalau pengantin belum siap, dia punya alternatif.”

Renata mencelos. Serina, kakak iparnya yang licik, pasti ingin menyingkirkan dia dari keluarga Wijaya selamanya. Pernikahan ini bukan sekadar seremoni. Ini adalah tiket untuk mempertahankan kekuasaan.

“Suruh dia tutup mulut. Jangan biarkan dia dekati ballroom.”

Di dalam ballroom, Andika duduk di sofa pelaminan, masih dengan wajah datar. Para tamu mulai risau. Gubernur sudah datang. Beberapa menteri mulai berbisik-bisik. Namun Andika tetap santai, seolah semuanya bukan urusannya. Menikah atau tidak, tak lagi penting. Ia hanya ingin tahu di mana Bianka berada.

Namun di balik ketenangan itu, hatinya cemas. Ia tak pernah suka skenario gila ini. Tapi demi ibunya, demi warisan, ia duduk di sana.

Di ruang make up, sang MUA terdiam. Tangannya berhenti sejenak saat ia menyapukan highlighter terakhir.

“Astaga….”

“Kenapa?” tanya asistennya panik.

“Dia cantik. Bukan cantik biasa. Ini—ini seperti lihat ratu Eropa di depan mata.”

Amira menoleh perlahan ke arah cermin. Gaun putih satin membungkus tubuhnya dengan elegan. Rambutnya ditata klasik, dengan aksesori bunga kecil menghiasi sanggulnya. Bibir merah muda dan mata tajam itu membuatnya terlihat seperti pengantin kerajaan

Ia sendiri hampir tak mengenali dirinya. Ia yang tiap hari pakai jaket hijau dan celana jeans belel, kini berdiri seperti seseorang dari dunia lain.

Tiba-tiba pintu terbuka. Renata masuk dengan langkah cepat, wajahnya nyaris pucat. Tapi begitu matanya menangkap Amira, ia berhenti

“Ya Tuhan…”

Renata menatap gadis itu tak percaya. Sejenak, ia merasa waktu berhenti. Amira bukan lagi tukang ojek dari pangkalan kecil. Ia kini bagaikan putri aristokrat dari Italia.

Amira berdiri perlahan, menatap Renata dengan sorot yang jauh lebih mantap. “Saya siap.”

Renata hampir menangis. “Kamu luar biasa.”

Salah satu staf masuk tergopoh-gopoh. “Bu! Nyonya Viona sudah datang. Beliau bertanya di mana calon menantunya. Dan… paspampres bilang Wapres tiba dalam sepuluh menit!”

Amira memejamkan mata sejenak. Ia tahu ia tidak bisa mundur. Ia tidak tahu siapa pria yang akan jadi ‘suaminya’, tapi ia tahu ia harus selesaikan ini. Untuk ayahnya.

Renata menatap Amira dalam-dalam. “Jangan takut. Mainkan peranmu. Semua akan selesai dalam waktu enam bulan.”

Amira mengangguk. “Saya akan lakukan yang terbaik, Bu.”

Renata tersenyum kecil, lalu mengatur kerudung ringan yang melingkar di kepala Amira. Lalu ia berbisik, “Mulai hari ini, kamu bukan tukang ojek. Kamu adalah pengantin keluarga Wijaya.”

Dan saat Amira melangkah keluar dari ruang make up, semua orang yang melihatnya terpaku. Para asisten, fotografer, bahkan tim protokoler yang sudah panik, berhenti bernapas sejenak.

“Siapa dia?” bisik seorang staf.

“Dia calon istri Andika Wijaya,” jawab Renata penuh percaya diri. “Dan dia lebih dari cukup.”Langkah kaki berwibawa terdengar di lorong menuju ruang rias. Derap sepatu hak tinggi yang mantap dan bergema seperti genderang peringatan. Semua orang otomatis menepi. Viona Wijaya, matriark keluarga, akhirnya tiba.

Renata membalikkan badan dan hampir menjatuhkan clipboard-nya saat melihat sosok elegan berpakaian kebaya biru laut itu berjalan ke arahnya. Wajah Viona seperti diukir dari batu—dingin, anggun, dan menyimpan kekuasaan di balik setiap kerutan usia.

"Renata," suara itu tenang, tapi tajam.

Renata menelan ludah, lalu segera menyambut. "Mama Viona... selamat datang."

"Aku dengar calon menantu keluarga kita belum juga muncul di hadapan para tamu," ujar Viona sambil menatap tajam ke arah ruang make up yang pintunya baru saja tertutup.

"Mohon maaf, sedikit keterlambatan teknis," jawab Renata gugup, keringat mulai muncul di pelipisnya.

Viona mendekat, lalu menatap langsung ke mata menantunya. “Siapa gadis itu? Dari keluarga mana dia berasal? Aku tak dapat informasi apapun soal silsilahnya.”

Renata terdiam. Otaknya berputar cepat. Ia tak bisa menyebut nama Amira dengan embel-embel latar belakang murahan, tapi juga tak bisa berbohong terlalu jauh. Ia tahu Viona membenci manipulasi.

Akhirnya, dengan napas pendek, Renata menjawab pelan, “Dia... anak panti asuhan, Mama.”

Hening sejenak. Viona tidak bereaksi. Renata ingin menampar dirinya sendiri karena spontanitas bodohnya barusan. Tapi apa lagi yang bisa ia katakan? Itu satu-satunya kalimat yang terasa netral dan tidak membuat Amira tampak... mencurigakan.

Viona tetap diam. Matanya menyipit, membaca setiap kerutan gugup di wajah Renata. Hati Renata nyaris copot. Ia membayangkan Viona akan berteriak, membatalkan pernikahan, dan tentu saja dia pasti akan didepak dari keluarga Wijaya dan yang paling dia khawatirkan adalah nasib Andika.

Pintu ruang make up terbuka.

Amira melangkah keluar dengan langkah perlahan. Anggun. Tenang. Tubuhnya dibalut gaun putih panjang yang menonjolkan warna kulit putih pucatnya seperti mutiara. Tatapan matanya lurus ke depan, walau ia jelas canggung dengan segala sorotan yang tertuju padanya.

Viona menoleh. Matanya menangkap sosok Amira—bukan dari pakaian atau riasannya, tapi dari sesuatu di matanya. Ketulusan. Ketakutan yang tak disembunyikan. Dan... keberanian.

Renata menahan napas.

Viona melangkah maju. Tak ada senyum. Tak ada sambutan. Ia berdiri di hadapan Amira, menatapnya dari atas ke bawah. Semua yang berada di koridor seketika membeku.

Amira menunduk, tubuhnya menegang.

Renata ingin bicara, tapi lidahnya kelu. Ia tahu, satu kata salah saja bisa menghancurkan segalanya.

Lalu—tanpa peringatan—Viona membuka tangannya dan memeluk Amira.

Dekapan itu hangat. Tegas. Melindungi.

Amira membeku. Renata hampir terjatuh karena syok. Bahkan para staf di sekitar mereka saling pandang tak percaya.

Kemudian Viona berkata, dengan suara tenang namun cukup keras hingga semua mendengar:

"Jangan khawatir, Nak. Aku tidak pernah membedakan kasta manusia. Asal kau tidak berkhianat pada keluarga ini, aku akan menerimamu sepenuhnya."

Air mata nyaris mengalir dari mata Renata. Ia menutup mulutnya, menahan isak haru yang nyaris pecah.

Amira mengangguk perlahan. “Terima kasih, Bu…”

Viona tersenyum samar. “Kau cantik. Dan kuat. Aku harap Andika cukup pintar untuk tidak menyia-nyiakanmu.”

Amira hanya bisa mengangguk lagi, masih tak percaya pelukan hangat itu benar-benar nyata.

Renata akhirnya bisa bernapas. Untuk pertama kalinya sejak rencana gila ini dimulai, ia merasa sedikit yakin. Amira… mungkin benar-benar bisa jadi bagian dari keluarga ini.

Dan sekarang—tinggal satu langkah terakhir: menghadapi pernikahan yang tinggal hitungan menit.

1
ChikoRamadani
sepertinya cocok, tapi setelah itu bakalan terungkap dari awal sampai akhir tentang asal-usul amira....



tapi kenapa yah oma viona selalu menuduh allesandro setiap ada masalah perusahaan? dan bagaimana nasib andika selanjutnya
ReGaya Craft
hamdew amiraaa... ibu nomor sekian yg penting atm berjalan/Facepalm//Facepalm/
SOPYAN KAMALGrab
aku belum update bab ka
Ninik
kayaknya ini kemaren dah aku baca y bab ini kok muncul lagi
ChikoRamadani
semoga versi terbaru lebih seru lagi untuk semua pemeran termasuk amira si gadis aneh ....
Suci Ramazani
tolong lanjut
Jar Waty
lanjut thor
kalea rizuky
lanjut bikin cerai biar Andika nikah ma sundel dan amira moga dapet laki yg pinter g bloon
kalea rizuky
bkin cerai donk Thor peran utama tolol gini
kalea rizuky
ngakak/Bye-Bye//Curse//Curse//Curse//Curse/
kalea rizuky
novel bagus gini moga dpet like banyak/Curse//Curse//Curse/
kalea rizuky
mau nantang amira
kalea rizuky
suka ne cwek bar bar g mudah di tindas
Ninik
aduh Thor bacanya sampai ikut tegang deg deg kan bgt tau lanjut Thor crazy up tiap hari boleh bgt
Ninik
semua berkat Amira mgkin nanti yg bakal menyelamatkan semua hata viona justru Amira juga termasuk nanti yg justru menyelamatkan Andika juga Amira
Ninik
Andika go***k masa LBH membela perempuan mata duitan tar kalau Andika dah g ada duit paling jg ditendang kaya sifery
ChikoRamadani
bisa bisanya dia ikat kata chut pat kat hahahhaga siluman babi.....

seru nih amira hajar terus
ChikoRamadani
ngakak lihat kelakuan amira diluar nurul hahhahahha ....
Fasa
Bagus ceritanya, suka sama karakter Amira. Lanjut up terus ya kak
SOPYAN KAMALGrab: makasih dukungannya
total 1 replies
Tiyas Dimas
bodohnya Andika,,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!