Sebuah perjodohan tanpa cinta, membuat Rosalina harus menelan pil pahit, karena ia sama sekali tidak dihargai oleh suaminya.
Belum lagi ia harus mendapat desakan dari Ibu mertuanya, yang menginginkan agar dirinya cepat hamil.
Disaat itu pula, ia malah menemukan sebuah fakta, jika suaminya itu memiliki wanita idaman lain.
Yang membuat suaminya tidak pernah menyentuhnya sekalipun, bahkan diusia pernikahan mereka yang sudah berjalan satu tahun.
Akankah Rosalina sanggup mempertahankan rumah tangganya dengan sang suami, atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hilma Naura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meminta Cerai.
"Ceraikan aku Mas!" Ucap seorang wanita berparas cantik dan bertubuh semampai. Membuat laki-laki tampan yang sedang duduk disampingnya terkejut.
"Apa maksudmu, Lina? Permintaan gila seperti apa yang baru saja keluar dari mulutmu itu? Apa kamu sadar dengan permintaanmu barusan? Ingat ya Lina, aku tidak akan pernah menceraikanmu sampai kapanpun!" Tegas laki-laki yang bernama Handrian tersebut.
Rosalina tersenyum sinis.
"Atas dasar apa kamu mempertahankan pernikahan kita, Mas? Sementara selama ini, kamu tidak pernah mencintaiku sama sekali." Tanya Rosalina. Sambil menatap wajah Handrian.
Handrian hanya menatap datar wanita cantik yang sedang duduk disampingnya itu, kemudian ia mengusap wajahnya dengan kasar.
"Bersabarlah Lina, aku berjanji akan berusaha mencintaimu! Tapi tolong, berilah aku waktu, agar aku bisa menempatkan dirimu dihatiku!"
Jawaban dari mulut Handrian itu membuat Rosalina tersenyum masam.
"Sampai kapan, Mas? Sampai kapan aku harus bersabar? Sementara Ibumu terus mendesakku untuk segera hamil, dan juga mempunyai keturunan darimu? Sedangkan selama pernikahan kita, tidak pernah kamu menyentuhku, Mas! Jika kamu menyuruhku untuk bersabar, seharusnya kamu juga bisa memberi penjelasan pada Ibumu itu, agar dia tidak selalu merongrongku dengan pertanyaan seperti itu terus! Katakan saja yang sebenarnya jika kita juga tidak pernah tidur sekamar selama ini, Mas!"
Perkataan Rosalina tersebut, membuat bola mata Handrian terbelalak.
"Apa katamu? Kamu menyuruhku untuk mengatakan semua itu, bagaimana mungkin Lina? Kalau aku berterus terang tentang hal itu pada Ibu, pasti aku akan terkena masalah!"
"Terus, kalau aku yang terkena masalah boleh, begitu kan maksudmu Mas? Ternyata sikapmu itu terlalu egois. Kamu bisa terima disaat aku disalahkan oleh keluargamu, tapi kamu tidak membiarkan keluargamu itu tau bagaimana hubungan rumah tangga kita selama ini. Aku benar-benar muak Mas. Aku lelah dengan sikapmu yang mau menang sendiri." Ucap Rosalina.
Rosalina bangun dari tempat duduknya, kemudian ia berjalan masuk kekamar sambil membanting pintu.
"Braaak..."
Membuat Handrian tersentak kaget dan mengelus dadanya.
Rosalina yang sudah sampai dikamarnya, langsung menjatuhkan tubuhnya dalam posisi tengkurap. Kemudian ia pun menangis sesenggukan.
Wanita itu mengingat tentang kejadian dua hari yang lalu, saat ibu mertuanya datang dan mengunjungi kediamannya bersama Handrian.
"Apa kamu belum isi juga, Lin?"
Bu Norma bertanya, sambil memakan cemilan yang disuguhkan oleh menantunya.
Dan saat itu juga, wanita cantik berkulit putih tersebut mengerti, kemana arah pembicaraan Ibu mertuanya.
Sehingga, Rosalina pun menggeleng.
"Belum Bu." Jawab Rosalina, sambil membuang pandangannya kearah lain.
Jawaban dari mulut menantunya itu, membuat bibir perempuan berusia lima puluh tahun tersebut mencebik.
"Bagaimana sih kamu, Lina? Masa sudah satu tahun kamu berumah tangga, tapi sama sekali tidak ada tanda-tanda jika kamu akan hamil? Memangnya selama ini kamu tidak pernah mengkonsumsi makanan yang sehat, untuk kesehatan rahimmu?" Tanya Bu Norma. Dengan raut wajah yang sama sekali tidak enak dipandang.
Sementara Rosalina hanya diam saja menanggapi ocehan ibu mertuanya itu.
Dirinya sengaja tidak menjawab, karena ia tidak ingin memperpanjang masalah, dan berakhir dengan melawan ibu dari suaminya tersebut.
Sementara itu, Bu Norma sengaja ingin memojokkan menantunya, dengan melontarkan perkataan-perkataan yang membuat Rosalina tidak tahan.
"Kamu tau tidak, adikmu yang baru nikah dua bulan saja sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kehamilan." Kata Bu Norma. Perempuan itu sedang membicarakan tentang Sarah. Adik kandungnya Handrian.
"Bagaimana mungkin kamu yang sudah menikah selama satu tahun tidak hamil juga? Jangan-jangan, kamu itu mandul Lina!"
"Nyess..."
Ucapan sembarangan yang terlontar dari mulut mertuanya itu, membuat hati Rosalina bagai terbakar.
Ia tidak menyangka, jika Bu Norma tega mengatakan hal tersebut terhadapnya, tanpa tau bagaimana keadaan rumah tangganya selama ini.
Dengan wajah datar, akhirnya Rosalina pun menjawab.
"Bu. Perkataan ibu itu selalu terkesan menyalahkanku! Apa Ibu pernah menanyakan pada putra ibu, kenapa sampai sekarang aku belum hamil juga?"
Mendengar jawaban yang keluar dari mulut menantunya tersebut, wajah Bu Norma seketika menjadi berang. Ia menganggap jika Rosalina ingin menyalahkan Handrian.
"Apa maksudmu, Lina? Kamu ingin mengatakan jika putraku itu tidak bisa memberimu keturunan, begitu? Heh Lina, itu sama sekali tidak mungkin. Karena aku yakin jika Handrian itu sehat, jadi tidak mungkin masalahnya dari dia!" Kata Bu Norma. Kemudian ia mendengus kasar.
"Katakan saja, jika memang kamu yang tidak berguna!" Sambung Bu Norma lagi.
Rosalina menahan mati-matian air matanya yang hendak mengalir, kemudian ia pun pergi dari hadapan ibu mertuanya itu.
Ucapan ibu mertuanya itu, masih terngiang-ngiang ditelinga Rosalina. Sehingga membuatnya semakin menangis.
"Lina." Panggil Handrian yang tiba-tiba masuk kedalam kamar, dan melihat istrinya sedang tidur dalam posisi tengkurap.
Rosalina yang mendengar suaminya itu memanggilnya pun, segera menghapus air mata yang kini membanjiri pipinya yang mulus.
Namun tubuhnya sama sekali tidak bergeming. Karena ia tidak ingin bertatapan dengan Handrian, yang kini mulai duduk disampingnya.
Laki-laki itu mencoba menyentuh bahunya.
"Maafkan aku Lin, karena aku tidak bisa memenuhi kewajiban ku sebagai suami, kamu menjadi seperti ini." Ucap pria itu.
Namun Rosalina hanya terdiam, dan tidak menjawab apapun.
"Mungkin, kamu merasa tidak nyaman saat ibu datang kemari dan bertanya tentang kehamilanmu. Tapi bagaimana lagi Lina? Aku sama sekali belum bisa melakukan kewajiban itu denganmu! Karena kamu tau kan, apa alasannya?" Sambung Handrian lagi, yang membuat Rosalina bangun dari pembaringan, dan kemudian menatap suaminya itu lekat-lekat.
"Iya Mas. Aku tau dan aku juga sangat sadar diri, jika kamu tidak pernah bisa mencintaiku sampai saat ini! Kalau memang begitu, kenapa terlalu sulit untukmu? Kamu hanya tinggal menceraikan aku saja!"
Rosalina berkata dengan cairan bening yang kembali mengalir dipelupuk matanya.
Namun permintaan wanita tersebut tetap mendapat gelengan dari suaminya itu.
"Tidak Lin. Aku sudah bilang padamu kalau aku tidak akan pernah bercerai darimu! Jadi tolong, jangan pernah meminta sesuatu yang sama sekali tidak akan bisa aku penuhi!"
Kini Handrian mulai berbicara dengan nada yang sedikit membentak. Membuat Rosalina sangat terkejut, sekaligus heran dengan sikap suaminya itu.
Laki-laki itu sama sekali tidak mencintainya, namun disaat ia meminta cerai, Handrian juga tidak ingin mengabulkannya. Sebenarnya, apa yang ia inginkan?
"Mas, jelaskan padaku kenapa kamu ingin mempertahankan rumah tangga kita, sedangkan selama ini kita berdua tidak saling melengkapi." Tanya Rosalina ditengah air matanya yang mengucur deras.
Handrian menatap istrinya tersebut, sambil membuang nafas.
"Karena aku terikat janji dengan kedua orang tuamu, Rosalina!"
"Dheg."
Rosalina terkejut mendengar penuturan suaminya tersebut. Karena dirinya sama sekali tidak tau, apa yang dijanjikan oleh Handrian pada orang tuanya. Karena yang ia tau pernikahannya dengan suaminya itu, memang karena perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang tuanya.
Tapi dirinya sama sekali tidak menduga, jika pernikahannya itu terjadi, dikarenakan sebuah perjanjian diantara orang tua kandungnya, dengan Handrian.
Bersambung...