NovelToon NovelToon
Pendekar Kegelapan

Pendekar Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:7.8k
Nilai: 5
Nama Author: DANTE-KUN

Menceritakan kisah seorang anak laki-laki yang menjadi korban kekejaman dunia beladiri yang kejam. Desa kecil miliknya di serang oleh sekelompok orang dari sekte aliran sesat dan membuatnya kehilangan segalanya.


Di saat dia mencoba menyelamatkan dirinya, dia bertemu dengan seorang kultivator misterius dan menjadi murid kultivator tersebut.

Dari sinilah semuanya berubah, dan dia bersumpah akan menjadi orang yang kuat dan menapaki jalan kultivasi yang terjal dan penuh bahaya untuk membalaskan dendam kedua orangtuanya.


Ikuti terus kisah selengkapnya di PENDEKAR KEGELAPAN!


Tingkatan kultivasi :


Foundation Dao 1-7 Tahapan bintang

Elemental Dao 1-7 Tahapan bintang

Celestial Dao 1-7 Tahapan bintang

Purification Dao 1-7 Tahapan bintang

Venerable Dao 1-7 Tahapan bintang

Ancestor Dao 1-7 tahapan bintang

Sovereign Dao 1-7 tahapan bintang

Eternal Dao Awal - Menengah - Akhir

Origin Dao Awal - menengah - akhir

Heavenly Dao

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch. 1

Langit di Pegunungan Seribu Iblis membara merah, seolah-olah darah para dewa telah tumpah, mencoreng cakrawala. Di puncak tebing yang terjal, seorang pria muda berdiri dengan napas tersengal.

Jubah hitamnya robek-robek, darah mengalir dari luka dalam di dadanya, namun matanya yang tajam berkilat dengan semangat yang tak padam. Mang Acheng, seorang kultivator di ranah Dao Venerable, menatap tujuh sosok yang mengelilinginya di udara, masing-masing memancarkan aura mengerikan khas ranah Dao Ancestor—ranah yang satu level di atas kemampuannya.

Angin menderu, membawa aroma kematian. Tujuh lelaki tua itu, yang dikenal sebagai Tujuh Tetua Langit dari Sekte Bintang Darah, memandang Acheng dengan tatapan penuh cemooh. Jubah mereka berkibar diterpa energi dao yang begitu pekat, membuat ruang di sekitar mereka bergetar.

Mereka adalah pemburu, dan Acheng adalah mangsa yang telah mereka buru selama tiga bulan penuh, sejak ia mencuri Hati Naga Iblis dari gua suci sekte mereka.

“Dasar anak kemarin sore,” cibir salah satu tetua, suaranya menggema bagai guntur. “Beraninya kau menentang Sekte Bintang Darah dengan kekuatan Dao Venerablemu yang remeh itu? Serahkan Hati Naga, dan kami mungkin akan memberimu kematian yang cepat.”

Mang Acheng menyeringai, meski darah menetes dari sudut bibirnya. “Cepat atau lambat, kematian hanyalah istirahat sementara bagi seorang kultivator,” jawabnya, suaranya dingin namun penuh ejekan. “Tapi kalian? Kalian akan menyesal mengejarku hingga ke ujung dunia ini.”

Dengan gerakan cepat, Acheng mengayunkan tangannya.

Dari tubuhnya meledak aura kegelapan yang pekat, bercampur dengan nyala api hitam yang membakar udara di sekitarnya. Elemen kegelapan dan api, dua kekuatan yang telah ia latih hingga puncak ranah Dao Venerable, kini menyatu dalam serangan mautnya—Telapak Bayang Api Neraka. Langit seolah terbelah saat gelombang energi hitam membara menerjang tujuh tetua itu.

Namun, tujuh Dao Ancestor bukanlah lawan sembarangan. Mereka serentak mengeluarkan teknik dao mereka, membentuk formasi yang dikenal sebagai Segel Bintang Darah. Cahaya merah menyala terang, menahan serangan Acheng dengan mudah. Seorang tetua melangkah maju, tangannya membentuk segel, dan seketika rantai energi merah darah melesat, mengikat tubuh Acheng.

“Argh!” Acheng menggeram, merasakan tekanan mengerikan dari rantai itu. Energi kegelapan dan apinya melemah, tubuhnya gemetar di bawah kekuatan gabungan tujuh Dao Ancestor. Darah mengalir lebih deras dari lukanya, namun ia menolak menyerah. Dengan sisa kekuatannya, ia memicu teknik terlarang: Ledakan Kegelapan Malam Berbintang. Tubuhnya meledak dalam gelombang kegelapan dan api yang begitu dahsyat, memaksa tujuh tetua mundur beberapa langkah.

Memanfaatkan kekacauan itu, Acheng menghilang dalam bayang-bayang, menggunakan teknik pelarian yang ia pelajari dari kitab kuno di reruntuhan kuil kuno. Tubuhnya melebur dengan malam, meninggalkan tujuh tetua yang murka di belakang.

Ia muncul kembali ratusan meter jauhnya, di tepi Hutan Iblis Kelam, tubuhnya ambruk di tepi sungai yang airnya hitam pekat. Napasnya tersengal, nyawa seolah menggantung di ujung benang. Hati Naga Kegelapan, artefak yang telah memicu semua ini, masih tersegel di dalam cincin penyimpanannya.

Acheng menatap pantulan wajahnya di air sungai—wajah seorang pemuda berusia dua puluh lima tahun, namun dengan mata yang telah melihat terlalu banyak kematian dan pengkhianatan.

“Jika aku selamat dari ini,” gumamnya, suaranya parau, “aku bersumpah, Sekte Bintang Darah akan kuhancurkan hingga ke akarnya.”

Langit di atasnya bergemuruh, seolah-olah dao langit sendiri menanggapi tekadnya. Di kejauhan, aura tujuh tetua mulai mendekat lagi. Acheng memaksakan diri berdiri, menyapu darah dari bibirnya, dan melangkah ke dalam kegelapan hutan.

Mang Acheng berlari dengan kecepatan yang nyaris melampaui batas tubuhnya yang terluka parah. Darah menetes di setiap langkahnya, meninggalkan jejak merah di tanah hitam yang lembap.

Napasnya memburu, namun tekadnya tak goyah. Di belakangnya, aura mengerikan dari tujuh tetua Sekte Bintang Darah semakin mendekat, bagai hantu pemburu yang tak kenal lelah.

Tiba-tiba, di tengah kabut tebal yang menyelimuti hutan, Acheng melihat sesuatu yang membuat jantungnya berdegup kencang. Di depannya berdiri sebuah gerbang kuno yang megah, terbuat dari batu obsidian yang memancarkan aura kegelapan begitu pekat hingga udara di sekitarnya seolah membeku.

Pilar-pilar gerbang itu dipenuhi ukiran simbol dao kuno, dan di puncaknya terdapat patung kepala iblis dengan mata merah yang seolah hidup, menatap langsung ke jiwa Acheng.

Energi dao kegelapan yang memancar dari gerbang itu begitu kuat, bahkan membuat luka-lukanya terasa sedikit mereda, seolah elemen kegelapan dalam tubuhnya beresonansi dengan tempat ini.

“Reruntuhan Raja Iblis…” gumam Acheng, suaranya nyaris tenggelam dalam deru angin. Ia pernah mendengar legenda tentang tempat ini—sebuah makam kuno yang konon dibangun untuk menyegel roh Raja Iblis Kegelapan, seorang kultivator legendaris yang pernah mengguncang dunia dengan kekuatannya di ranah Dao Sovereign ribuan tahun lalu.

Katanya, reruntuhan ini dijaga oleh roh jahat yang begitu kuat, tak seorang pun yang masuk pernah keluar hidup-hidup.

Namun, Acheng tak punya waktu untuk ragu. Aura tujuh tetua semakin dekat, dan ia bisa mendengar suara mereka yang penuh kemarahan menggema di kejauhan. “Bocah brengsek itu! Dia malah masuk ke Reruntuhan Raja Iblis!” teriak salah satu tetua, suaranya dipenuhi campuran kemarahan dan ketakutan. “Biarkan saja dia mati di sana. Tak ada yang bisa bertahan dari roh jahat itu!”

“Jika dia mati, Hati Naga Iblis akan hilang selamanya!” bentak tetua lain. “Kita harus masuk dan mengambilnya sebelum roh jahat itu menghancurkannya!”

Acheng tak mempedulikan perdebatan mereka. Dengan sisa tenaganya, ia melesat melewati gerbang, tubuhnya seolah ditarik oleh energi kegelapan yang memenuhi reruntuhan.

Begitu kakinya menyentuh tanah di dalam, gerbang di belakangnya bergetar hebat dan menutup sendiri dengan suara gemuruh yang mengguncang hutan. Kegelapan total menyelimutinya, hanya diterangi oleh nyala api hitam yang ia panggil dari telapak tangannya.

Di dalam reruntuhan, udara terasa berat, penuh dengan energi dao kegelapan yang begitu murni namun juga membawa aura kematian. Dinding-dinding batu dipenuhi ukiran yang menceritakan kisah Raja Iblis Kegelapan—pertempurannya melawan para dewa, pengkhianatan yang membuatnya jatuh, dan kutukan yang menyegelnya di tempat ini.

Acheng berjalan dengan hati-hati, setiap langkahnya menggema di lorong-lorong yang tampak tak berujung. Luka-lukanya masih berdarah, tetapi energi kegelapan di sekitarnya entah bagaimana memperlambat kehilangan darahnya, seolah-olah tempat ini mengakui keberadaannya.

Tiba-tiba, suara tawa yang dalam dan mengerikan bergema, membuat bulu kuduk Acheng berdiri. “Berani sekali seorang anak manusia memasuki makamku,” kata suara itu, seolah berasal dari setiap sudut reruntuhan. “Apa yang kau cari, anak muda? Kekuatan? Dendam? Atau… kematian?”

Acheng menghentikan langkahnya, matanya menyipit. Api hitam di tangannya berkobar lebih terang, mencerminkan tekadnya yang tak tergoyahkan. “Aku Mang Acheng, dan aku tidak datang untuk memohon apa pun,” jawabnya dengan suara tegas. “Aku datang untuk bertahan hidup. Jika kau roh jahat yang menjaga tempat ini, tunjukkan dirimu, dan kita lihat siapa yang akan jatuh lebih dulu!”

Tawa itu menggema lagi, kali ini lebih keras, seolah-olah menghina keberanian Acheng. Dari kegelapan di depannya, sepasang mata merah menyala terang, diikuti oleh sosok bayangan raksasa yang perlahan terbentuk.

Tekanan dari aura sosok itu begitu mengerikan, bahkan lebih kuat dari tujuh tetua Sekte Bintang Darah. Acheng menelan ludah, tapi tangannya tetap menggenggam erat Hati Naga Iblis di dalam cincin penyimpanannya. Ia tahu, pertemuan ini akan menentukan apakah ia akan bangkit sebagai legenda baru… atau lenyap selamanya di reruntuhan ini.

Di luar reruntuhan, tujuh tetua akhirnya tiba di depan gerbang reruntuhan yang kini tersegel rapat. Wajah mereka penuh keraguan, tapi keserakahan akan Hati Naga Iblis mendorong mereka untuk memecahkan segel gerbang. “Jika bocah itu masih hidup, kita akan mengambil nyawanya. Jika dia mati, kita ambil artefaknya,” kata tetua pertama, matanya berkilat penuh ambisi.

1
y@y@
⭐👍🏾👍🏿👍🏾⭐
Desri Eka Darma Amd
tolong dong author, jika ingin menamatkan cerita atau membuat judul cerita yang baru ada pemberitahuan terlebih dahulu. agar pembaca mengetahui, terimakasih 🙏🙏🙏
Wulan Sari
critanya sangat menarik semangatbya thor salam sehat selalu 👍💪❤️🙂🙏
Dante-Kun: Makasih banyak 😁😁🙏
total 1 replies
Hadir
G Wu
Belajar lagi Thor ,perempuan pemimpin sekte/clan dipanggil MATRIAK bukan Patriak !
Ma arti nya mamak/ibu perempuan ,, Pa PPA)ayah laki.
azizan zizan
sepatutnya berkultivasi dahulu dengan apa yang ia rampas naikkan lvl dulu bukannya berkeliaran entah kemana-mana... kebanyakkan novel yang alurnya begini pasti segini lah jalan ceritanya tak pernah ada perubahan... baru dapat kekuatan dikit aja lah rasa macam udah kuat tiada tandingan... cehhh menyampah...
azizan zizan
nah gitu rampas semua harta perang jangan di tinggal dikit pun...
azizan zizan
lah rampasan harta ngak di ambil di tinggal begitu aja.. tolol apa bodoh Nih..
azizan zizan
alurnya jangan terlalu banyak bertele-tele sangat Thor alurnya jadi kurang seru...
y@y@
👍🏼💥🌟💥👍🏼
y@y@
👍🏾💥👍🏼💥👍🏾
y@y@
👍🏿🌟⭐🌟👍🏿
y@y@
👍🏼💥🌟💥👍🏼
y@y@
👍🏾⭐👍🏿⭐👍🏾
y@y@
🌟💥👍🏼💥🌟
udenk
mang aceng ama mang dadang. nanti musuhna mang cecep dan mang dudung....hehehe
AK47 uzi: nnti punya temen nama nya datang,akum sama idoy /Facepalm/ ,lanjut dah thor
Dante-Kun: Nama mc nya emang pake kearifan lokal 🤭🤭
total 2 replies
AK47 uzi
mari mulai membaca...yg jd pertanyaan saya tiap ada cerita baru .....yaitu...apakah cerita ini sampai tamat..atau hiatus seperti cerita lain nya..cuma author doang sama tuhan yg tau...jd saat ini baca aja dulu
Dante-Kun
🔥🔥🔥
NuruL Fuud
jos...
y@y@
💥👍🏿⭐👍🏿💥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!