Menikah sekali seumur hidup hingga sesurga menjadi impian untuk setiap orang. Tapi karena berawal dari perjodohan, semua itu hanya sebatas impian bagi Maryam.
Di hari pertama pernikahannya, Maryam dan Ibrahim telah sepakat untuk menjalani pernikahan ini selama setahun. Bukan tanpa alasan Maryam mengajukan hal itu, dia sadar diri jika kehadirannya sebagai istri bagi seorang Ibrahim jauh dari kata dikehendaki.
Maryam dapat melihat ketidaknyamanan yang dialami Ibrahim menikah dengannya. Oleh karena itu, sebelum semuanya lebih jauh, Inayah mengajukan agar mereka bertahan untuk satu tahun ke depan dalam pernikahan itu.
Bagaimana kelanjutan pernikahan mereka selanjutnya?
Ikuti kisah Maryam dan Ibra di novel terbaru "Mantan Terindah".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lailatus Sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Pertama
"Kalau kamu tidak nyaman dengan keadaan ini, aku harap bertahanlah satu tahun ke depan. Setelah itu, silakan lepaskan aku, dan lakukan apa yang ingin kamu lakukan." ucap seorang gadis bercadar yang kini tengah duduk di depan cermin, bersiap membersihkan wajah dan membuka asesoris pengantin yang menghiasi jilbabnya.
Beberapa menit yang lalu dia baru saja dipersunting oleh seorang pria yang datang tiba-tiba. Hanya pertemuan keluarga yang memperlihatkan foto laki-laki itu, kemudian untuk pertama kalinya mereka bertemu di hari pernikahan.
Laki-laki yang masih berstelan jas lengkap layaknya seorang pengantin itu menoleh saat mendengar suara lembut itu. Sejak pertemuan pertama beberapa jam yang lalu, baru sekarang dia mendengar suara gadis bercadar yang dinikahinya tanpa cinta itu.
"Kenapa harus menunggu satu tahun?" bukankah kita tidak saling mengenal? Aku rasa lebih mudah untuk kita berpisah."
"Pernikahan itu hal yang sakral, bersatunya kita diikat karena ijab dan kabul di hadapan Allah dan manusia, bahkan malaikat. Mari kita mencoba membangun rumah tangga ini dalam kurun waktu setahun itu, anggaplah ini ikhtiyar kita dalam mensyukuri nikmat pernikahan ini, agar tidak dicap sebagai hamba yang kufur." gadis itu menghela nafas menjeda ucapannya.
"Kalau kamu tidak nyaman, berusahalah untuk menyamankan diri dalam ketidaknyamanan ini. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi selama setahun nanti, tapi setidaknya kalau kamu bersedia kamu sudah beramal dengan menyelamatkan nama baik keluarga kita."
"Maksudnya?"
"Ya, setidaknya aku tidak terlalu cepat menjadi janda." seloroh sang gadis dengan posisi masih membelakangi laki-laki yang telah sah menjadi suaminya itu.
"Kalau aku jadi janda dalam hitungan hari atau bulan, keluargaku pasti akan menerima dampak negatifnya. Dan aku tidak mau itu, begitu juga keluarga kamu yang begitu terpandang, kalau kamu menjadi duda dalam waktu dekat pasti mereka juga akan terkena dampak negatifnya terutama dampak sosial."
"Benar juga, baiklah kalau begitu." ucap sang lelaki setelah beberapa saat berpikir.
Keluarganya adalah keluarga terpandang, selain pengusaha sang ayah juga tokoh agama yang sangat dikenal masyarakat luas. Dia tidak ingin keluarganya malu karena statusnya yang tiba-tiba menjadi duda di usia pernikahan bahkan kurang dari umur jagung.
"Satu tahun, oke. Satu tahun kita akan menjalani pernikahan ini." sepakatnya.
"Alhamdulillah, terima kasih Kang."
"Panggil apa kamu barusan?"
"Akang, itu adalah panggilan khas sunda. Keberatan kamu aku panggil akang?"
"Eumhh ...ti tidak, bolehlah terserah kamu."
"Terima kasih."
Suasana hening kembali menghiasi kamar pengantin itu, sang pengantin pria asik dengan ponselnya duduk di atas tempat tidur, sementara sang pengantin wanita masih berusaha melepas satu persatu aksesoris yang menempel di jilbab dan pakaian pengantinnya.
"Tapi ngomong-ngomong, kenapa kamu memilih waktu satu tahun untuk kita menjalani rumah tangga ini?" tanya sang pengantin pria memecah keheningan.
"Tahun depan di tanggal dan bulan yang sama adalah bulan Syawal, tepatnya tanggal 10 Syawal. Itu artinya kita berdua terlebih dahulu akan melewati Ramadan dan idul Fitri. Kalau aku hari raya idul fitri masih bersuami setidaknya tidak akan ada lagi yang bertanya kapan nikah? Haha ..."Gadis itu tergelak sendiri dengan alasan yang dikatakannya.
"Kenapa begitu?" sang pria masih tidak faham.
Aku bosan hampir setiap lebaran ditanyain kapan nikah." ucap gadis yang perlahan melepaskan cadarnya itu, kemudian berbalik menghadap ke arah laki-laki yang telah berstatus sebagai suaminya itu.
Deg ...
Cantik, satu kata yang dapat menggambarkan kesan pertama laki-laki itu melihat wanita yang telah halal untuknya. Entah mengapa tiba-tiba rasa gugup melandanya, jantungnya berdebar tak karuan. Untuk pertama kalinya dia melihat wajah wanita yang baru dinikahinya beberapa jam yang lalu membuatnya terpesona.
"Ka kamu kenapa dilepas cadarnya?"
"Kenapa? Tidak apa-apa, kan kita sudah halal, gak apa-apa dong aku lepas cadar, lagian juga aku mau wudu dan salat."
"Aku duluan ya ke kamar mandi, setelah itu kita salat bareng." ujar sang gadis sembari berlalu ke arah pintu kamar mandi, membawa handuk dan juga baju ganti. Meninggalkan laki-laki asing yang telah menjadi suaminya itu dalam keterkejutannya.
Maryam Rengganis, menerima perjodohan yang dilakukan Abah dan Ambunya. Di usianya yang baru menginjak 24 tahun dia harus bersedia dijodohkan dengan putra dari sahabat lama Abahnya.
Karena tidak punya alasan untuk menolak, Maryam pun akhirnya bersedia menerima. Sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara dia terbilang anak yang paling telat menikah. Dua kakak perempuannya bahkan menikah diusia dua puluhan.
Maryam memilih kuliah sambil mengaji di salah satu yayasan yang memiliki lembaga pendidikan hingga perguruan tinggi. Atas kerja kerasnya dalam belajar dia mendapat beasiswa gratis sampai lulus sarjana.
Diusianya yang sudah cukup dewasa untuk menikah, tak jarang saat berkumpul dengan keluarga banyak yang bertanya kapan dirinya akan menikah, mengingat kedua kakaknya menikah lebih muda dari Maryam saat ini. Sungguh hal itu membuat Maryam lama-lama jengah.
Maryam sempat meminta izin untuk melanjutkan kuliah, ada beasiswa S2 yang sedang dikejarnya, namun Abah dan Ambu tidak mengizinkan sebelum Maryam menikah.
Kedua orang tua itu takut putri bungsu mereka terlena dengan pendidikan dan karirnya sehingga enggan atau tidak bersemangat untuk menikah.
Dulu, Abah bukannya tak ingin menyekolahkan anak-anaknya tinggi, tetapi mata pencahariannya sebagai petani dan guru ngaji membuatnya hanya mampu menyekolahkan ketiga putrinya sampai tingkat menengah atas sembari tinggal di pesantren.
Kedua kakak Maryam dipinang oleh putra kiyai tempat mereka mengaji dulu dan kini tinggal di luar kota mengikuti suami-suami mereka.
Pertemuan Abah dengan sahabat lamanya yang kini menjadi pengusaha sukses di Jakarta berujung pada perjodohan Maryam dengan putra sulung sahabatnya itu.
Maulana Malik Ibrahim, lulusan Al-Azhar Mesir, menyelesaikan pendidikan hingga S2 di sana dan enggan kembali ke tanah air karena terlanjur membangun bisnis di sana dengan teman-temannya.
Di usianya yang sudah sangat dewasa sang ayah membuat keputusan tegas menyuruh Ibra untuk pulang dan menikah. Sayangnya Ibrahim belum memiliki calon istri saat itu hingga ayah dan ibunya berinisiatif mencarikan jodoh untuk putra sulung mereka yang menginjak usia tiga puluh tahun itu.
Kepergiannya ke Garut untuk meresmikan salah satu pabrik ternyata berujung pada pertemuan dengan sahabat lamanya yaitu abahnya Maryam.
Komunikasi di antara mereka pun semakin intens, saat Ayahnya Ibra mengetahui jika sang sahabat memiliki putri yang belum menikah terbersit di pikiran kedua orang tua Ibra untuk menjodohkannya dengan sang putra.
Dan hari ini pun terjadi. Dua bulan semenjak kepulangannya dari Mesir Ibra langsung ditodong untuk menikahi gadis yang sama sekali tidak dikenalnya. Dan pertemuan pertama mereka terjadi tepat di hari pernikahan mereka.
makin nyut2tan hati ini,gmn ibra perasaan mu stlh tau semua yg kau lakukan tak dpt d sembunyikan dr istri,krn perasaan istri itu sangat peka.....
maryam semangat😭💪