Roy laki laki berusia 23 tahun yang baru saja terkena PHK, mencoba mencari pekerjaan baru namun tidak kunjung dia dapatkan. Kerasnya ibu kota membuat Roy harus bertahan dengan segala cara. Apa lagi dia adalah seorang perantauan. Apakah Roy bisa bertahan??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cy_Ud, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Mula
Seorang pria tengah berjalan dengan mimik wajah kusam karena terbakar teriknya matahari. Kemeja putih yang di kenakannya kini telah basah oleh keringat map coklat di genggaman masih terus di pegang. Sudah puluhan kali dia mencoba mengajukan lamaran tapi tidak satu pun yang menerimanya. Ada yang langsung menolak dan ada juga yang disuruh tinggalkan di tangan satpam dan bila ada lowongan nanti di panggil.
"Begitu susahnya mencari pekerjaan jika hanya bemodalkan ijazah SMA dan tidak ada orang dalam", batin nya dalam hati.
Perkenalkan saya Roy pria yang berusia 23tahun kata orang orang wajah saya cukup tampan, tinggi badan saya 170cm rambut rapi belah samping, kulit saya kuning langsat tapi yang busuknya alias sawo matang tapi tidak hitam hitam banget. Ya khas cowok cowok lah. Saya dulunya bekerja sebagai buruh pabrik namun karena alasan yang tidak jelas saya terkena PHK. Kini saya sedang berusaha mencari pekerjaan demi menyambung hidup di tanah rantau ini. Ya saya adalah perantau dari tanah sumatra di ibu kota yang tidak ramah ini.
Setelah lama berjalan menyusuri dan larut dalam hiruk pikuk ibu kota Roy mulai merasa sangat lelah. Dengan rasa putus asa Roy menguatkan diri agar bisa mendapatkan pekerjaan. Melihat ada tempat pencucian mobil di seberang jalan, Roy berniat mencoba peruntungan disana siapa tau ada rezekinya dan lowongan disana. Begitu kaki Roy melangkah ingin menyeberangi jalan menuju tempat yang menjadi harapannya tiba tiba...
Bruuuuukkkk..... Cciiieeeeeetttt.......
Sebuah mobil menabrak Roy dan setelah terlihat Roy tidak sadarkan diri cairan merah tanpak mengalir dari kepalanya. Karena cuaca yang panas membuat cairan itu mengalir dengan derasnya.
Begitu membuka mata lampu terang menyinari ruangan yang terlihat asing olehnya. Bau obat begitu menyengat, ada udara bertekanan menyeruak masuk kedalam rongga hidung tapi melegakan. Kepala Roy terasa berat bagai abis terhantam benda keras. Saat tangan kanannya di gerakkan terasa begitu sakit dengan perban melilit menutupi siku ku dan waktu dia memegang kepala yang terasa berat Roy merasakan ada kain kasa yang telah di plaster menempel di jidat dan terasa sakit. Kemeja putih yang dia ke kenakan tadinya polos tanpa motif kini telah bertambah corak merah merah karena darah dari dirinya sendiri.
"Dimana aku kini apa di rumah sakit, tapi kenapa", lirih Roy dalam hati menahan sakit sekujur badan.
"Anda sudah siuman, tunggu sebentar ya saya panggilkan dokter", ucap seseorang wanita berpakaian putih bersih. Roy dengar kata katanya tidak begitu jelas seperti mendengar suara dalam air.
Seorang laki laki tua dengan stetoskop di leher memeriksa ku dengan apa yang telah dia mengerti. "Nama kamu siapa??", tanya pria tua itu yang Roy simpulkan adalah seorang dokter.
"Roy dok, nama saya Roy, kenapa saya bisa ada disini dok dan sudah berapa lama saya tertidur disini dok???" Lirih Roy penasaran.
"Kamu abis kecelakaan, coba kamu gerakkan tangan mu, kaki mu... Apa kamu merasa mual ingin muntah atau kepala sakit," ucap dokter tua itu yang dengan patuh di turuti oleh Roy perintahnya.
"Kepala saya sakit dok. Rasanya seperti abis dihantam benda keras, kalau mual tidak ada. Tapi pendengaran saya tidak begitu jelas, telinga terasa berdengung," jawan Roy menjelaskan apa yang dia rasa.
"Itu biasa karena kepala mu terbentur aspal tapi tidak terlalu parah. Sehabis ini kamu bisa pulang," ucap dokter itu kembali dan setelahnya dia bicara pada wanita yang sebagai perawat yang menyapa Roy pertama kali saat bangun dan kemudian pria tua itu pamit undur diri.
Sang perawat mulai menanggalkan selang infus yang menempel di pergelangan tangan Roy. Dia melakukan pekerjaan nya dengan baik. Saat ingin melepaskan selang oksigen di hidung dia menunduk dan mendekatkan bagian berharga miliknya tepat di depan wajah Roy membuat dirinya menelan salivanya sendiri karena dengan posisi seperti itu sudah dipastikan Roy bisa mencium aroma tubuh si perawat. Karena jarak antara bagian tubuh yang menyembul di bawah leher itu hanya beberapa inchi dari hidung Roy yang lumayan mancung.
Dia masih terus berkutak menyelesaikan pekerjaannya. "Maaf sus saya rasa saya bisa bangun dan melepaskannya sendiri," ucap Roy karena si perawat agak kesusahan mengangkat kepala Roy. Ya mungkin karena bagian kepalanya yang cidera.
"Baik lah", ucapnya datar entah tahu atau tidak bahwa gundukan daging dibagian dada nya itu hampir bersentuhan dengan hidung milik Roy namun dia tampak acuh.
Setelah melepaskan selang oksigen Roy menyerahkan pada si perawat. Dengan mimik wajah datar sang perawat tidak menggubris Roy sama sekali. Setelah semuanya selesai perawat itu berlalu begitu saja tanpa kata. Namun dari Id card nya bisa lihat namanya Tiara.
Roy bangkit dari Brankar yang dia tiduri dari tadi. dengan sedikit sempoyongan Roy menuju meja yang dihuni oleh para perawat yang sedang berjaga di ruangan UGD tersebut.
"Maaf sus sudah berapa lama saya tertidur disini Sus dan siapa yang membawa saya kemari," ucap Roy bertanya pada suster jaga didepannya dengan sopan.
"Kamu telah pingsan kurang lebih tiga jam. Dan orang yang membawa kamu kesini adalah orang yang menabrak kamu. Tapi dia menyuruh kamu menunggunya disini, aku tadi sudah menghubunginya jadi kamu tunggu saja," balas suster yang bernama Tiara itu tanpa melihat kearah Roy yang sepertinya kesal membuat Roy ciut nyalinya.
"Tempat administrasinya dimana sus, saya mau menyelesaikan pembayarannya," kembali Roy bertanya.
"Biaya pengobatan kamu sudah di tanggung oleh orang yang menabrak kamu jadi kamu tidak perlu membayar lagi," tukas perawat itu masih dengan nada ketus tapi kali ini dia menatap Roy hingga delik mata mereka bertemu.
"Kalau begitu terima kasih banyak sus, saya tunggu di luar saja," balas Roy dan kemudian berlalu meninggalkan ruangan tempat dia tadi dirawat.
Roy berjalan meninggalkan ruangan itu, saat sampai di luar dia duduk di bangku yang ada disana karena kepalanya masih sedikit pusing. Tak. Berselang lama perawat bernama Tiara itu keluar dengan langkah santai.
"Eh ya semua barang barang kamu tadi di bawa oleh orang yang mengantarkan kamu tadi, katanya agar kamu mau menunggunya," masih dengan nada kesal perawat itu berkata pada Roy.
Saat Roy memeriksa dompet dan handphonenya di saku celana benar saja tidak ada satu pun dapat dia temukan.
"Terima kasih Sus," jawab Roy
Saat perawat bernama Tiara itu hendak melangkah pergi. "Maaf Sus... Kalau tadi saya terkesan kurang ajar sama suster tapi saya tidak maksud demikian. Sekali lagi saya minta maaf sus," ucap Roy yang menerka sikap dingin perawat itu karena kejadian saat wajahnya berdekatan dengan benda kenyal kebanggaan kaum hawa itu. Walau tanpa disengaja dan juga bukan Roy yang meminta, tapi yang namanya wanita walau salah dia sendiri sudah tentu dia tidak akan terima.
"Sudah lupakan saja,"balas Tiara berlalu tanpan memandang Roy.
Tiga puluh menit berlalu orang yang ditunggu belum juga menampakkan diri. Dan Roy sendiri tidak tau orang seperti apa yang menabraknya. Mau pulang uang disaku cuma lima ribu mana dompet sama handphone nya di tangan orang yang telah menyebabkan dia seperti sekarang lagi. "Aduh... Kok hari ini aku sial sekali, kerjaan tidak dapat ini malah kena musibah ditabrak orang. Dan orang itu membawa barang barang ku lagi," lirih Roy dalam hati menggerutu.
~ Next bab berikutnya>>>>