NovelToon NovelToon
Skandal Cinta Tuan Muda

Skandal Cinta Tuan Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Berondong / Office Romance
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: itsclairbae

Nadira Elvarani yakin hidup pahitnya akan berakhir setelah menerima lamaran Galendra, lelaki mapan yang memberinya harapan baru.
Tapi segalanya berubah ketika ia terlibat skandal dengan Rakha Mahendra—anak bos yang diam-diam menginginkannya—menghancurkan semua rencana indah itu.
Di antara cinta, obsesi, dan rahasia, Nadira harus memilih: hati atau masa depan yang sudah dirancang rapi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon itsclairbae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1 — Satu Malam yang Mengubah Segalanya

Pagi ini sama seperti biasanya, Nadira Elvarani terbangun sepuluh menit sebelum alarm di kamarnya berbunyi. Tubuhnya seolah memiliki alarm bawaan yang selalu membangunkannya pada waktu yang sama setiap hari.

Namun, ada yang berbeda saat ia membuka mata. Seorang lelaki terbaring di sampingnya—Rakha Mahendra, anak bos sekaligus CEO Mahendra Digital, salah satu anak perusahaan Mahendra Grup.

Nadira dan Rakha tidak memiliki hubungan apa pun selain sebagai karyawan dan anak bos. Tapi entah bagaimana, lelaki itu kini berada di kamarnya.

Ia buru-buru memeriksa pakaiannya sendiri. Semuanya masih lengkap. Ia mengenakan setelan baju tidur panjang bermotif beruang. Namun, kehadiran Rakha di sisinya tetap saja membuatnya waswas.

"Apa yang terjadi tadi malam? Kenapa Rakha ada di sini?" gumamnya pelan, menatap lelaki itu yang masih terlelap di sisi kanan ranjangnya.

Saat Nadira masih larut dalam kebingungan dan kewaspadaan atas kehadiran Rakha di kamarnya, detik berikutnya lelaki itu membuka mata dan tersenyum manis ke arahnya.

“Selamat pagi,” ucap Rakha ringan, seolah tidak memedulikan ekspresi terkejut Nadira.

Nadira langsung tersentak dari lamunannya. Ia tidak membalas sapaan itu, melainkan langsung bertanya dengan nada datar.

“Apa yang Anda lakukan di kamar saya?” tanyanya to the point.

Ia adalah wanita yang akan menikah sebulan lagi. Sangat tidak etis jika saat ini ada lelaki lain di kamarnya—terlebih lagi, lelaki itu malah tersenyum santai seolah kehadirannya bukan masalah besar.

Rakha kembali tersenyum. “Apa yang saya lakukan?” Ia mengulang pertanyaan itu sambil mengubah posisinya menjadi duduk.

“Coba ingat-ingat apa yang sudah kita lakukan sampai saya bisa ada di sini sekarang,” katanya enteng, masih dengan nada santai yang membuat jantung Nadira makin tidak karuan.

“Apa maksud Anda?” Nadira refleks menutupi bagian depan tubuhnya dengan kedua tangan ketika mata Rakha menatapnya dengan nakal.

“Kita tidak melakukan apa-apa, kan?” tanyanya memastikan, nada suaranya penuh kecemasan.

Ia tidak ingat apa yang terjadi tadi malam. Yang ia ingat hanyalah mereka bertemu klien dan sempat minum bersama.

Rakha tertawa pelan. “Kenapa ditutupi? Saya sudah melihat semuanya tadi malam.”

Mata Nadira membelalak. Ia tidak ingat apa pun—dan tidak percaya jika sampai melakukan hal yang tidak seharusnya. Ia tidak mungkin tidur dengan berondong—anak bosnya sendiri.

“Jangan bercanda, Rakha!” ucap Nadira dengan nada tinggi, marah karena merasa diperdaya.

“Saya tidak bercanda.” Rakha menatap Nadira dengan ekspresi serius, seolah ingin meyakinkan bahwa apa yang ia katakan benar adanya.

Namun, Nadira tetap tidak percaya. Ia masih mengenakan pakaian lengkap, begitu pula Rakha. Tidak ada bukti bahwa sesuatu telah terjadi di antara mereka—selain fakta bahwa Rakha ada di kamarnya.

“Apa kamu tidak ingat? Tadi malam, kamu duduk di pangkuan saya… dan mencium saya dengan penuh nafsu,” ujar Rakha datar, tanpa sedikit pun nada bercanda di wajahnya.

Nadira terdiam. Sebuah ingatan yang terasa asing, namun nyata, melintas begitu saja—bibir mereka bersentuhan, tangan Rakha mengelus punggungnya, dan sesekali menekan tengkuknya untuk memperdalam ciuman mereka. Yang lebih mengejutkan, dalam bayangan itu, ia memang duduk di pangkuan Rakha.

“Tidak mungkin...” bisiknya tidak percaya. Ia menggeleng keras, lalu memukuli kepalanya sendiri, berusaha menepis ingatan itu. Ia tidak mungkin mengkhianati Galendra, calon suaminya. Tidak mungkin.

Rakha dengan sigap menangkap kedua tangan Nadira yang hendak kembali memukul kepalanya sendiri.

"Apa yang kamu lakukan?" tanyanya tajam, nada suaranya menunjukkan ketidaksukaan karena melihat Nadira menyakiti dirinya sendiri.

"Kamu sebegitu menyesalnya sampai harus melukai dirimu sendiri hanya karena melakukannya dengan saya?" ucap Rakha, matanya memancarkan amarah yang ditahan.

Nadira mengangkat wajahnya, menatap Rakha tepat di mata. Ia tidak menyangka Rakha akan melontarkan pertanyaan seperti itu. Tentu saja ia menyesal—apa pun yang terjadi di antara mereka semalam, itu tidak seharusnya terjadi. Yang mereka lakukan adalah sebuah kesalahan.

“Bapak masih bertanya?” tanyanya dengan nada penuh ketidakpercayaan.

Nadira memang memanggil Rakha dengan sebutan “Bapak”, meskipun lelaki itu lima tahun lebih muda darinya. Sebutan itu digunakan demi menjaga formalitas hubungan kerja mereka.

“Bulan depan saya akan menikah! Apa yang akan suami saya pikirkan tentang saya nanti?” teriaknya, emosinya meledak tepat di depan wajah Rakha.

Rakha memejamkan matanya sejenak—bukan karena menyesali apa yang telah terjadi di antara mereka, melainkan karena amarah yang mengendap. Ia kesal saat Nadira kembali membicarakan pernikahannya.

Ia tahu, semua ini salah. Ia tahu, ia telah melampaui batas—menaruh sesuatu dalam minuman Nadira, menciptakan malam yang seharusnya tidak pernah terjadi. Tapi itulah caranya… caranya agar Nadira tidak jadi menikah.

“Jangan bahas itu di depan saya,” ucap Rakha dengan suara yang dalam, memperingatkan. Ada nyeri yang menyesak di dadanya setiap kali mengingat bahwa perempuan di hadapannya akan bersanding dengan lelaki lain bulan depan.

Nadira tidak menggubris peringatan itu. Ia menepis tangan Rakha yang masih menggenggamnya.

“Saya mohon, pergi dari apartemen saya,” pintanya pelan namun tegas.

Ia ingin mendorong tubuh Rakha, menyuruhnya keluar dari tempatnya, tapi keberaniannya belum cukup. Bagaimanapun juga, Rakha adalah anak bosnya, calon pewaris Mahendra Grup. Ia tidak bisa sembarangan bersikap, meskipun kenyataannya—Rakha yang lebih dulu bertindak kurang ajar padanya.

“Nadira—” Rakha tampak keberatan, ingin menyanggah, namun Nadira menyelanya lebih dulu.

“Saya mohon, Pak,” ucapnya lagi, kali ini dengan suara yang nyaris berbisik.

Rakha menghela napas panjang. Ia ingin menolak pergi, tapi jika ia memaksakan kehendaknya sekarang, Nadira pasti akan semakin marah—mungkin bahkan akan membencinya. Maka, untuk saat ini, ia memilih mengalah.

Lagipula, dalam pikirannya, Nadira sudah menjadi miliknya sepenuhnya. Malam tadi, mereka telah melewati batas. Nadira mungkin belum mengingatnya sepenuhnya, tapi Rakha tahu persis—mereka tidak hanya saling mencium. Ia telah merenggut keperawanannya.

“Oke, saya pergi,” ucap Rakha dengan nada berat.

Namun, ia belum langsung melangkah pergi. Tangan kanannya perlahan menyentuh pipi Nadira, menyapu perlahan seolah ingin menenangkan perempuan itu.

“Tapi kamu harus janji, jangan sakiti diri kamu sendiri setelah saya pergi,” pintanya pelan, nyaris seperti bisikan.

Nadira menepis tangannya tanpa berkata apa-apa. Bahkan ia tidak menatap wajah Rakha barang sedikit pun.

“Tolong pergi sekarang,” pinta Nadira sekali lagi. Suaranya pelan namun tegas, tanpa sedikit pun keberanian untuk menatap wajah Rakha—wajah yang kini terasa begitu asing dan menyakitkan. Lelaki itu telah menghancurkan masa depan yang dengan susah payah coba ia bangun.

Rakha akhirnya bangkit dari ranjang, meninggalkan tempat yang menjadi saksi bisu atas apa yang telah terjadi antara mereka malam itu.

Begitu langkah Rakha benar-benar menjauh dan pintu tertutup rapat, Nadira memeluk lututnya di atas ranjang. Tangisnya pecah, air matanya jatuh tanpa suara.

Ia menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan isak.

“Aku seharusnya bisa menjaga diri sampai hari pernikahanku dengan Galendra...” bisiknya getir. Tapi kini, semuanya telah berubah. Ia merasa kotor. Rusak.

“Bodoh, Nadira!” hardiknya pada diri sendiri, lalu memukuli kepalanya berulang kali sebagai bentuk pelampiasan atas penyesalan yang menggerogoti dirinya.

1
Syaira Liana
lanjutt kak
Rian Moontero
mampiiir🖐🤩🤸
Syaira Liana
awas aja keira 😡😡😡😡
Syaira Liana
sebel banget sama keira 😡😡😡
ALRININGSIH ALRININGSIH
awal cerita yang bikin penasaran 😊
Clair Bae: Makasih udah mampir ❤
total 1 replies
Asphia fia
mampir
Clair Bae: Terimakasiu sudah mampir, semoga suka sama ceritanya 🙏
total 1 replies
Syaira Liana
lanjuttt kaka
Syaira Liana
Luar biasa
Clair Bae: Terimakasih sudah memberi ulasan ❤
total 1 replies
Susanti
semangat
Clair Bae: Terimakasih banyak ❤
total 1 replies
Trà sữa Lemon Little Angel
Jangan sampai ketinggalan!
Diva Rusydianti
Seru banget! Gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya!
Beerus
Suka banget sama buku ini. Jangan lupa update terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!