Remake.
Papa yang selama ini tidak suka dengan abdi negara karena trauma putrinya sungguh menolak keras adanya interaksi apapun karena sebagai seorang pria yang masih berstatus sebagai abdi negara tentu paham jalan pikiran abdi negara.
Perkara semakin meruncing sebab keluarga dari pihak pria tidak bisa menerima gadis yang tidak santun. Kedua belah pihak keluarga telah memiliki pilihannya masing-masing. Hingga badai menerpa dan mempertemukan mereka kembali dalam keadaan yang begitu menyakitkan.
Mampukah pihak keluarga saling menerima pilihan masing-masing.
KONFLIK tinggi. SKIP jika tidak sesuai dengan hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. Bertemu di saat yang tidak tepat.
Jangan tanya kenapa Nara pilih nama ini. Please..!!😌
🌹🌹🌹
Sebuah mobil terhenti dalam derasnya hujan melihat sosok yang sedang berlari kemudian bersembunyi di balik bak sampah di sekitar alun-alun kota.
"Ayu??? Itu Haggia Ayu, kan???? Dimana Satria??" Gumam Bang Rakit kemudian segera turun dari mobil dan segera berlari menghampiri Ayu. "Ayu?? Kenapa kamu disini???"
"Abaaaaang.. Abaaaang.. tolong Ayu..!!"
"Ayo ikut Abang..!!" Bang Rakit menggandeng tangan Ayu tapi Ayu tidak sanggup berdiri. Bang Rakit pun segera menggendong Ayu hingga sampai ke mobil.
...
"Keluarganya tidak suka dengan Ayu. Mereka mengusir Ayu, Bang." Kata Ayu sesenggukan.
"Satria dimana??? Kenapa kamu tidak pulang ke rumah Papamu???"
"Abang pindah tugas ke Timor, Ayu di minta tinggal dengan keluarganya tapi sejak Abang ke Timor........"
Bang Rakit menengadah, ada batin yang tersakiti melihat Ayu di perlakukan seperti ini. Selama enam bulan lalu dirinya berada di Swiss dan baru satu bulan ini dirinya kembali dan masih melaksanakan laporan pada markas pusat sebelum kembali ke tempat dinas tapi malah sudah mendapatkan berita seperti ini.
Sungguh kekalutan batinnya akan pernikahan Ayu dan Satria membuatnya hancur. Ia sampai memilih pendidikan tempur lanjutan ke luar negeri demi melupakan Ayu. Bahkan karena terlalu hancur, ia tidak ingin tau hal apapun tentang negaranya hingga tidak tau lettingnya kini berada satu Batalyon dengannya.
"Kamu mau bertemu dengan Satria? Kamu bisa ikut Abang usai Abang selesaikan laporan nanti." Kata Bang Rakit.
"Tapiii.. Ayu nggak bisa pulang. Papa dan Mama pasti cemas, apalagi Bang Huda."
Bang Rakit berpikir sejenak, sesaat kemudian ia menoleh menatap Ayu.
...
plaaakk.. plaaakk.. plaaaakk..
"Edan opo piye? Masa istri orang kamu ajak kesini. Ora genah." Mbah Kakung terus menepak lengan Bang Rakit dengan sandal. "Kuwi cah wedhok sing seneng nyanyi to??"
"Iya kung. Jangan kencang lah ngomongnya."
"Mbah Kung nggak suka penyanyi yang p**tat nya suka geyal geyol di depan laki-laki. Ora sopan." Kata Mbah Kakung lagi.
"Tapi saya suka yang geyal geyol Mbah." Jawab Bang Rakit.
"Bocah gemblung, yang begitu itu nggak bisa ngajeni wong lanang. Marai melarat, ngisin-ngisini, ngentekne bondho, ragate akeh." Ujar Mbah Kakung juga tidak menyukai Ayu.
Bang Rakit menggenggam erat tangan Mbah Kakung. "Percayalah, dia bukan wanita seperti itu Mbah."
"Kamu lihat saja, sebentar lagi dia akan jadi janda." Imbuh Mbah Kakung.
"Kuuunngg..!!!"
"Kalau Mama Papamu tau.. lehermu bisa di tebas, Rakiit..!!!!!" Ucap tegas Mbah Kakung.
//
Mbah putri terus memeluk Ayu yang masih terisak-isak. Sebagai seorang wanita, Mbah putri tidak melihat ada sifat buruk dari seorang Ayu. Malah kini Mbah putri begitu kasihan melihat keadaan Ayu.
"Hhkkk..!!"
"Walaah.. kenapa ndhuk?" Mbah Putri tidak tega melihat Ayu mendadak mual.
Mata Ayu berkaca-kaca. Ia mengusap perutnya dengan perasaan takut.
"Kamu hamil??"
Tepat saat itu Bang Rakit masuk ke dalam rumah, langkahnya terhenti, ada rasa bercampur aduk dalam hatinya. Bahagia melihat wanita yang selalu ada di dalam hatinya akhirnya akan memiliki buah hati namun sedih saat tau Ayu tidak mendapatkan perlakuan yang baik dalam keluarga suaminya.
"Sudah berapa bulan, dek?" Tanya Bang Rakit.
"Dua bulan, Bang. Tapi.. bayi ini yang membuat Dira di usir. Mereka tidak bisa menerima Dira dan anak ini." Jawab Ayu.
"Satria tau??"
Dira menggeleng menandakan komunikasi Dira dan suaminya tidak berjalan dengan baik.
"Abang akan coba hubungi dia besok. Sekarang sudah malam, tidurlah dengan Mbah putri..!!"
"Nggak bisa, Mbah Putri tidur sama Mbah Kakung." Teriak Mbah Kakung dari dapur.
"Kalau gitu sama saya saja, Kung." Celetuk Bang Rakit dengan sengaja.
"Kamu mau di su*at pakai gergaji pohon??" Sambar Mbah Kung.
Ayu tersenyum tipis mendengarnya.
***
Subuh hampir tiba saat Ayu terbangun, ia melihat Bang Rakit tidur di ruang tengah tepat di depan televisi yang sedang menyala.
Rumah Mbah Kakung sangat gelap, Ayu tidak berani berjalan sendirian. Ia pun terpaksa membangunkan Bang Rakit.
"Bang.. Abaaang..!!" Ayu menggoyang lengan Bang Rakit hingga akhirnya pria tersebut terbangun.
"Ayu.. kenapa dek?"
"Ayu pengen p***s tapi nggak berani." Bisik Ayu.
"Oohh.. Ayo Abang antar..!!" Bang Rakit bangkit lalu berjalan mengantar Ayu. "Sini.. awas jalannya licin..!!" Bang Rakit menggandeng tangan Ayu.
Rumah kuno milik Mbah Kakung adalah bangunan di jaman dulu yang memang memiliki kamar mandi diluar rumah.
~
"Perempuan ini apa dah, tinggal 'tuang' begitu saja lamanya minta ampun." Gumam lirih Bang Rakit yang memang kesabarannya setipis tissue.
"Lama ya Bang??"
"Aahh nggak, sudah selesai??" Tanya Bang Rakit melebarkan senyumnya. Ia pun kemudian kembali menggandeng tangan Ayu.
Hati-hati sekali Bang Rakit mencari jalan yang tidak licin hingga akhirnya lampu sorot mobil menerangi mereka berdua.
Seorang pria turun dari mobil dengan mata nanar. Bang Rakit terkejut dan melepaskan genggaman tangannya begitu juga dengan Ayu yang mendadak menjadi gugup.
"Aku kira tidak akan ada hubungan apapun di antara kamu dan Ayu. Ternyata memang benar adanya kamu dan Ayu punya hubungan khusus." Kata Bang Satria.
"Kamu ngomong apa sih kamu, Sat. Ayo masuk, kita bicara di dalam..!!" Ajak Bang Rakit agar tidak terjadi salah paham di antara mereka.
"Kamu.. Perempuan macam apa kamu, Ayu. Kamu pergi dari rumah dan menemui Rakit. Kamu tau Rakit sahabat Abang tapi kamu malah berkhianat di belakang Abang."
"Saaaatt.. kamu salah paham. Kita harus bicara..!!!" Bujuk Bang Rakit.
"Bicara apalagi??? Kamu pikir aku tidak tau sejak dulu kamu menyimpan perasaan untuk Ayu??? Pengecut.. B******n kau, Rakit..!! Kalau kamu suka dengan Ayu.. ambilah..!!! Ku talak Ayu di hadapanmu sekarang juga..!!"
"Jaga mulutmu, Satria..!!! Istighfar..!! Ayu sedang hamil anakmu..!!!" Bentak Bang Rakit terpancing emosi dengan ucapan sahabatnya.
"Anak ku???? Bukannya dia anak mu??? Aku ada di Timor dan kamu yang ada disini. Kalau memang tidak ada hubungan di antara kalian lantas kenapa dia Ayu bisa ada disini bersamamu??? Bukankah seharusnya dia pulang ke rumah Papa." Bang Satria semakin menjadi.
Bang Satria segera masuk ke dalam mobil dan secepatnya meninggalkan tempat.
Ayu hanya bisa terisak dalam tangisnya bahkan pembelaan pun tidak bisa keluar dari mulutnya.
"Astaghfirullah hal adzim.. sebenarnya ada apa sih dek dengan rumah tangga kalian?????" Tanya Bang Rakit.
"Keluarganya selalu memfitnah Ayu tapi Bang Satria selalu percaya pada mereka karena Bang Satria merasa kembali menemukan keluarganya yang hilang." Jawab Ayu.
Bang Rakit mondar-mandir berkacak pinggang memikirkan kekisruhan ini. Ia menengadah memikirkan jalan keluarnya tapi saat ini pikirannya terasa buntu.
"Abang.. Ayu pusing..!!"
"Allahuma lakasumtu.. aaarrghh... Allahu Akbar, deekk..!!!" Bang Rakit segera membawa Ayu ke dalam rumah."
.
.
.
.