NovelToon NovelToon
Benih Pria Beristri (Terpaksa Menjadi Yang Kedua)

Benih Pria Beristri (Terpaksa Menjadi Yang Kedua)

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Pernikahan rahasia
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Velza

Ketika sedang dihadapkan pada situasi yang sangat sulit, Farida Agustin harus rela terikat pernikahan kontrak dengan seorang pria beristri bernama Rama Arsalan.

Bagaimanakah kehidupan keduanya kelak? Akankah menumbuhkan buih-buih cinta di antara keduanya atau justru berakhir sesuai kontrak yang ada?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Velza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1. Tawaran

Di sebuah rumah sakit swasta, seorang gadis tengah menangis tersedu lantaran kondisi sang adik yang kian memburuk. Dia adalah Farida Agustin, gadis yang baru berusia 23 tahun itu harus berjuang sendiri demi kesembuhan adik satu-satunya yang bernama Febrian.

Mereka hidup sebatang kara tanpa adanya sanak saudara. Dan kini dia harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan banyak uang karena penyakit yang diderita sang adik.

"Ya Allah, ke mana aku harus cari uang sebanyak itu? Aku ingin Rian sembuh, tapi dari mana aku bisa mendapatkan uang untuk biaya rumah sakit?"

Seorang pria yang kebetulan sedang melintas di dekat Farida, menghentikan langkah kakinya saat mendengar keluh kesahnya. Rama Arsalan, pria yang berusia 30 tahun itu menatap ke arah Farida yang terisak di bangku ruang tunggu.

Seulas senyuman licik membuat Rama mendekati Farida. Dia pun melangkahkan kakinya lalu duduk tepat di samping Farida.

"Saya dengar, kamu sedang butuh uang, apakah benar?" tanya Rama tanpa basa-basi.

Farida langsung menengok ke arah Rama yang sudah duduk di sampingnya. Dia pun bergeser dari duduknya agar tak terlalu berdekatan dengan pria asing itu.

"Maaf, Anda siapa? Kenapa bisa ada di sini?"

"Itu tidak penting. Saya ada tawaran menarik untuk kamu," ucap Rama dengan ekspresi nyaris tanpa senyuman.

"Tawaran? Maksud Anda apa, Tuan?" Farida sangat bingung dengan apa yang dikatakan oleh Rama.

"Lahirkan seorang anak untuk saya dan saya akan menanggung semua biaya rumah sakit adikmu. Ya, anggap saja timbal balik yang saling menguntungkan. Saya butuh seorang anak untuk menjadi penerus dan kamu butuh biaya untuk kesembuhan adikmu. Bagaimana?"

Bagai mimpi di siang bolong, tak pernah terpikirkan dalam hidup Farida, jika dia akan mengalami hal seperti ini.

"Sebelumnya saya minta maaf, Tuan. Jika hanya ingin memiliki seorang anak, kenapa tidak dengan istri Anda sendiri? Saya tidak memperjualbelikan rahim saya. Jadi, saya menolak tawaran Anda," ucap Farida dengan tegas.

Rama hanya mendengus pelan mendengar penolakan Farida. "Baiklah, jika kamu menolak, tidak masalah."

Rama pun beranjak berdiri lalu mengambil sesuatu dari dalam saku jasnya. "Ini kartu nama saya, hubungi saya jika kamu berubah pikiran. Dengan senang hati saya akan menunggu kabar darimu."

Setelah memberikan kartu nama, Rama langsung pergi meninggalkan Farida yang terdiam sambil terus menatap punggungnya hingga tak terlihat lagi.

Farida kemudian menatap kartu nama di tangannya. Hatinya mulai bimbang, tetapi juga takut. Satu sisi dia sangat membutuhkan uang untuk pengobatan adiknya, tetapi di satu sisi dia juga tak ingin menyewakan rahimnya pada orang.

"Ya Allah, tunjukkan jalan untukku. Berikan aku kemudahan untuk mendapatkan rezeki agar aku bisa membiayai pengobatan Rian," gumam Farida.

***

Keesokan harinya, Farida sudah bersiap pergi ke rumah sakit untuk melihat kondisi sang adik.

Sesampainya di rumah sakit, Farida langsung menuju ruangan di mana sang adik dirawat. Namun, saat akan membuka pintu, gerakan tangannya terhenti ketika seorang dokter memanggilnya.

"Farida, bisa ke ruangan saya sekarang?"

"Bisa, Dok." Akhirnya, Farida mengikuti dokter yang menangani sang adik, yang tak lain teman dari mendiang ayahnya.

"Ada apa, ya, Dok?" tanya Farida setelah duduk berhadapan dengan Dokter Ilham.

"Ini soal kondisi Rian. Secepatnya harus dilakukan operasi, jika tidak ...."

"Saya mohon lakukan yang terbaik untuk Rian, Dok. Hanya dia yang saya punya saat ini," sela Farida sebelum dokter selesai berbicara.

"Iya, saya tahu. Tapi bagaimana dengan biayanya? Apa kamu sudah ada?"

Farida terdiam seketika, dia sama sekali belum memegang uang sepeserpun.

"Saya usahakan besok sudah ada uangnya, Dok. Tapi saya mohon lakukan yang terbaik supaya Rian bisa sembuh."

"Pasti, Farida. Jika biayanya sudah ada, secepatnya akan dilakukan tindakan. Maaf, saya tidak bisa bantu banyak karena memang sudah prosedur dari rumah sakit."

"Iya, Dok, tidak apa-apa. Kalau begitu, saya ke ruangan Rian dulu."

Farida keluar dari ruang dokter dengan menahan sesak di dada. Bagaimana tidak? Mendapatkan uang dengan jumlah yang tidak sedikit dalam waktu satu hari satu malam, bukanlah hal mudah.

"Ya Allah, apa yang harus aku lakukan?" gumam Farida.

Setibanya di dalam ruangan, Farida menarik kursi lalu duduk di samping ranjang.

"Bertahan, ya, Rian. Mbak akan berusaha untuk kesembuhan kamu."

Farida mencoba menghubungi salah seorang temannya untuk meminjam uang. Akan tetapi, belum sempat dia mengambil ponselnya di dalam tas, pandangannya tertuju pada sebuah kertas kecil yang terselip di antara ponsel dan dompet. Ya, kertas itu yang tak lain kartu nama dari Rama.

Farida mengambil kartu nama tersebut lalu mulai membacanya.

"Rama Arsalan," gumam Farida sambil memegangi kartu nama itu.

Hatinya kini mulai goyah, dia kembali mengingat tawaran dari Rama kemarin.

"Lahirkan seorang anak untuk saya dan saya akan menanggung semua biaya rumah sakit adikmu."

Sebenarnya dia takut karena pasti akan ada resiko yang terjadi suatu hari nanti. Namun, di sisi lain dia juga sangat membutuhkan uang secepatnya.

"Apa aku terima saja tawaran kemarin?"

Akhirnya, setelah berpikir ulang, Farida mencoba mengirim pesan pada Rama meminta untuk bertemu membahas hal kemarin.

"Maafin, Mbak, ya. Kamu pasti kecewa dengan apa yang mbak lakukan, tapi percayalah semua ini mbak lakukan hanya demi kesembuhan kamu."

......................

Sementara itu di lain tempat, Rama tengah menikmati sarapan di rumah orang tuanya. Memiliki seorang istri tak menjamin akan melayani segala kebutuhannya, hal itu lantaran sang istri yang lebih memprioritaskan pekerjaan dibanding mengurus suami.

"Mau sampai kapan kamu kayak gini, Ram? Sudah lima tahun pernikahan, tapi apa yang kamu dapatkan?" tanya Sinta yang tak lain mami Rama.

"Sampai aku benar-benar muak dan bosan," jawab Rama tanpa memandang maminya.

"Mami itu udah tua, kalau sampai saat ini kamu nggak bisa tegas dengan istrimu, lalu kapan kamu bisa punya anak? Siapa yang bakal jadi penerus di keluarga kita, kalau Nadia lebih mementingkan karir daripada rumah tangganya?"

Saat akan menanggapi ucapan maminya, ponsel yang ada di saku jas Rama bergetar. Dia lantas mengambil ponsel lalu melihat siapa yang mengirim pesan.

Seketika seulas senyuman terlihat jelas di bibirnya. "Mami tenang aja. Nggak butuh waktu lama, Mami pasti akan segera punya cucu."

"Berapa kali kamu ngomong kayak gitu? Mami udah bosen dengerin, mending kamu buktikan langsung, baru mami bisa percaya."

Tanpa banyak bicara lagi, Mami Sinta meninggalkan ruang makan dan berangkat ke salon miliknya.

"Sudah kuduga, kamu pasti tidak akan bisa menolaknya," gumam Rama.

Selesai sarapan Rama langsung bergegas menuju suatu tempat. Ya, tempat untuk bertemu dengan Farida pagi ini setelah mendapat pesan.

1
Blu Lovfres
lepaskan, farida dgn .kasih bayaran yg lebih mahal.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!