Kaina duduk di meja kerjanya. Suasana baru ini membuatnya sedikit tidak nyaman.
Pekerjaan yang ia dapat sebenarnya adalah pekerjaan yang ia inginkan, tapi rekan kerja yang ia miliki sama sekali bukan yang ia harapkan. Bukan karena sikap mereka, namun mayoritas, ah tidak hampir semua kecuali Kaina adalah wanita-wanita berhijab.
Lingkungan yang positif memang, tapi tetap saja menjadi berbeda bukanlah hal yang menyenangkan.
"Baiklah, disini aku terlihat yang paling dan sangat kotor." gumamnya dengan nada bercanda. Entah sudah berapa kali Kaina mengumamkan kalimat yang sama.
Kemudian pandangannya perlahan terfokus pada satu titik yang akhirnya menjadi tatapan kosong.
"Kai? Kamu kok ngelamun?" salah satu rekan kerja Kaina menepuk pundaknya pelan begitu mengetahui gadis itu melamun.
"Eh?"
"Maaf Kak Icha :(" jawab Kaina merasa tidak enak.
"Lagi ada masalah? Atau kurang enak badan?" Icha bertanya dengan raut wajah khawatir.
Icha Desinta, senior sekaligus teman baru Kaina. Dia adalah orang pertama yang menyapa Kaina. Bersikap antusias ketika Hanif memperkenalkan dirinya sebagai karyawan baru di perusahaan.
"Engga kok Kak."
"Yakin?"
"Mau aku ambilin minum?"
"Nga usah Kak Icha, serius deh aku nga papa." tolak Kaina,
"Yaudah, nanti kalo butuh sesuatu jangan sungkan panggil aku ya 😊" Icha tersenyum tulus. Senyum itu membuatnya terlihat semakin cantik. Kaina tidak menampik fakta itu.
"Iya Kak Icha.. Makasih perhatiannya 😅"
"Sama-sama." balas Icha kemudian melangkahkan kaki menjauh menuju meja kerjanya sendiri.
Baik Kaina maupun Icha sama sama kembali melanjutkan pekerjaannya. Keduanya terfokus pada layar komputer yang berbeda.
Tak lama kemudian seseorang menghampiri meja kerja Kaina, lalu memberinya perintah. "Antar ini ke ruangan Bos ya."
Kaina hanya bisa mengangguk lantaran ia masih anak baru di sini. Tentu menolak perintah senior bukanlah hal yang baik untuknya di masa mendatang.
Gadis itu berjalan mendekati pintu hitam yang berada tak jauh dari meja kerjanya. Pertama-tama ia mengetuk pintu dan mengucapkan permisi terlebih dahulu.
"Masuk!" suara itu cukup familiar di telinga Kaina.
Kaina membuka pintu hitam itu dan mendorongnya perlahan.
Ia melihat Hanif dan seorang laki-laki lain di dalam ruangan itu. Kaina tidak tahu siapa laki-laki itu, tapi yang pasti dia cukup memiliki aura kuat.
"Maaf Pak Hanif, saya—"
"Sini, berikan pada saya."
"Tadi siapa yang menyuruhmu?" tanya Hanif.
"...." Kaina diam, ia berfikir cukup keras untuk mengingat nama orang yang menyuruhnya. Namun hasilnya adalah ia sama sekali tidak tahu siapa orang itu karena ia masih belum sepenuhnya bisa mengenal rekan kerjanya.
"Aduh, maaf Pak saya tidak tahu namanya :(" jawab Kaina dengan jujur. Ekspresi wajahnya yang dungu terlihat sangat lucu sehingga berhasil membuat Hanif tertawa kecil.
"Baiklah, kembalilah bekerja."
"Lain kali jika ada orang yang memerintah mu lagi, jangan mau."
"Kalau Pak Hanif yang memerintah? Saya harus menolak juga?" tanya Kaina spontan.
"Ah, maaf Pak."
"Saya permisi." katanya lalu melangkah dengan terburu-buru meninggalkan ruangan itu.
Hanif tertawa keras setelah kepergian Kaina. Sedangkan laki-laki lain yang ada di ruangan itu hanya menatap datar dan memilih menyembunyikan senyum tipisnya.
"Bukankah dia lucu?"
"Ngomong-ngomong dia itu anak baru."
"Fresh graduate, tapi lumayan bisa diandalkan." lanjut Hanif menjelaskan.
"Aku sendiri yang merekrutnya."
"Dia itu cantik kan?" tanya Hanif.
"Iya." jawab laki-laki itu singkat, dengan mata yang terfokus pada layar laptop.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments