...Tanggapan...
Aku tiba-tiba dilanda kegelisahan dan kebingungan. Jarum jam yang menempel indah di atas pintu kamar Nayla sudah menunjukkan pukul 19:15, tak terasa aku sudah menghabiskan lima jam lebih di panti asuhan ini. Namun belum ada informasi yang dapat ku bawa pulang.
Aku akan di anggap aneh oleh Komandan dan tim jika hanya membawa informasi yang tak masuk di akal ini. Untuk itu aku harus meneruskan investigasi mengenai catatan ini sampai detail-detailnya. Mungkin saja ini hanyalah sebuah kebetulan.
Aku kembali melihat catatan neraka ini. Membolak-balikkan dan meneliti tiap-tiap barisnya. Semua tulisan menggunakan tinta, menurut dugaan ku ini adalah tulisan tangan seseorang yang rajin menulis dan pastinya kutu buku. Tulisannya tertata rapi. Ada sesuatu berwarna merah tepat di bagian tengah lembar catatan.
Kalau dugaan ku benar, itu adalah darah. Aku mendekatkan hidung mencium baunya, tapi tidak ada sesuatu yang menjadi petunjuk. Untuk apa bercak darah di kertas ini?
"Huh..." Aku mendesah pelan dengan nada lirih.
Sesekali Aku melirik ke arah Nayla yang sudah terbaring santai di atas kasurnya. Dalam hati sejujurnya, Aku menerima bahwa catatan aneh ini memang benar nyata. Akan tetapi, pikiran waras ku masih saja ingin menolaknya. Kepala dan hatiku seakan berperang, satu percaya namun satu menolaknya.
Di satu sisi aku adalah orang yang tidak percaya dengan Sihir, gaib dan mistis. Bagaimana mungkin ada manusia mempunyai kekuatan?
Disisi lain, apa yang tertulis di catatan neraka ini benar-benar terjadi tepat di depan kedua bola mataku. Aku menggeleng-gelengkan kepala agar tersadar dari khayalan aneh ini.
Aku harus membahas dengan lugas dan mendetail sampai tuntas terlebih dahulu, lalu kembali ke kantor untuk melaporkan semuanya.
“Apa kau percaya dengan tulisan ini?’’ Aku bertanya kepada Nayla.
Dia hanya diam membisu di atas kasurnya tak menjawab.
“Nayla, apa kau tidak mendengar ku? Apa kau percaya?" Teriak ku keras.
Gadis itu pun duduk bersila mengangkat tangan ke dekat telinganya memberi isyarat telpon.
“Ayolah, dari awal aku sudah ingin membawamu, kita bahas catatan ini dulu, ada beberapa hal yang membuatku bingung," suaraku mengeluh.
Nayla hanya menggoyang-goyang jarinya yang berbentuk telepon itu, tidak mengindahkan jawabanku. “Bukankah itu persyaratan yang ku ajukan padamu dari awal,'' sanggahnya dan kembali berbaring.
"Lalu.... Dari mana catatan ini kau dapatkan?" sambung ku bertanya.
Dia hanya membeku diatas kasur itu. Bahkan tidak menoleh sedikitpun.
“Dasar keras kepala.’’ Aku mendengus pongah. Aku harus menuruti permintaan nya terlebih dahulu sebelum membahas lengkap catatan ini.
“Kalau begitu, bereskan semua barang-barang mu, kita akan berangkat, setelah mereka mengizinkan mu.''
Gadis berkepala batu itu bangkit dari kasurnya. Lalu menunjukkan senyuman yang menjengkelkan.
Padahal tadi siang dia hanya menangis, menunduk dan diam tak berbicara bagaikan ayam sakit yang sedang kena racun, tapi sekarang justru seperti kucing kelaparan yang ingin menyantap lauk tuannya. Lalai sedikit lauk mu hilang di bawanya.
Sungguh aneh....
Kepribadiannya berubah 180 derajat setelah mendengar Amelia hilang. Sembari menunggunya bersiap, aku duduk di tempat belajarnya yang berada di sudut kamar. Dan kemudian mengeluarkan ponsel untuk menelpon agensi Amelia. Aku harap mereka mengizinkan Nayla untuk tinggal di Jakarta bersama ku.
Seperti yang di katakan Nayla semuanya mengizinkan ikut pergi bersamaku. Baik dari pihak panti asuhan maupun pihak agensi Amelia.
Ketika waktu menunjukkan hampir pukul setengah sembilan malam, Nayla sudah selesai mempersiapkan keseluruhan barang-barangnya.
''Hanya itu saja, buku-buku itu tidak kau bawa?’’
“Lain waktu saja, bagaimana kau sudah menelpon mereka?’’
“Sudah, mereka sudah membolehkan mu pergi.''
“Oh ya, mudah sekali,'' jawabnya tersenyum.
“Perlu aku ingatkan untukmu, aku membawa mu bukan untuk bersenang-senang, setelah ini kita harus meneliti dan memverifikasi catatan ini, lalu mencari kakakmu, menurutku kasus ini berkaitan.’’
“Aku tahu itu.” jawabnya singkat.
Ternyata Nayla juga sudah menduga bahwa catatan neraka ini berkaitan dengan hilangnya Amelia. Informasi yang menarik.
“Kalau tidak ada lagi yang ingin kau bawa, kita akan berangkat sekarang!” Aku melangkah menuju pintu.
“Kak Misya, Apa kau tidak lapar? Coba lihat jam dinding itu! Tidakkah sebaiknya kita makan enak lebih dahulu?’’ ucapnya cengengesan.
Aku kembali melihat ke arah jam itu, memang benar sekarang sudah hampir jam Sembilan. Perut ku sebenarnya sudah keroncongan dari tadi siang. Sebelum kemari aku belum menyantap apapun, tapi itu semua sirna tak terasa sebab kejadian-kejadian aneh yang kurasakan di panti ini sejak siang hari. "Ya sudah, kita akan makan di tempat favorit ku,'' jawabku perlahan membalas senyumannya.
Kami turun meninggalkan kamar untuk menemui pak Yandri si penjaga panti dan meminta izin padanya.
Setelah pak Yandri mengizinkan Nayla untuk ikut bersamaku, pria itu menitip pesan untuk selalu waspada. Ternyata pria gondrong itu juga sudah merasakan sesuatu yang aneh beberapa hari belakangan soal kejadian tadi siang.
Sebelum berangkat aku sempat menanyakan beberapa hal mengenai catatan neraka, dia pun baru pertama kali mendengar hal itu, bahkan awalnya dia menolak percaya akan ceritaku–Hal yang wajar. Namun setelah aku menunjukkan catatan neraka padanya dan menceritakan tujuanku datang ke panti asuhan yang sebenarnya. Dia pun akhirnya percaya.
Pak Yandri mengatakan, biasanya kalau dia pergi menemani Bu Kirana berbelanja ke pasar, biasanya dia selalu menunggu di parkiran untuk membawa barang belanjaan pulang, tapi hari itu, "Tanggal berapa pak Yandri terakhir kali ke pasar mengantar ibu Kirana?’’ Aku bertanya kepada Nayla yang mulai mengantuk disebelah ku.
“Dua belas, Sebaiknya kau fokus saja menyetir! Nanti setelah sampai baru kita bahas semuanya.’’ Nayla coba memperingatkan ku agar fokus mengemudi di jalanan yang sepi dan gelap ini.
Ya pada tanggal 12 Maret, di hari itu pak Yandri hanya mengantar saja, tidak menunggu bu Kirana sampai selesai berbelanja, karena istrinya menelpon untuk segera pulang ada kecelakaan yang menimpa keponakannya yaitu tabrakan mobil.
Mobil itu dikemudikan oleh teman keponakan pak Yandri, sedangkan keponakannya duduk di jok sebelah supir. Penyebabnya tidak diketahui jelas, tapi saat melaju di sepanjang jalan, mobil itu menabrak pohon yang ada di pinggir jalan tanpa sempat mengerem.
Mobilnya rusak parah. Saat mereka dilarikan ke rumah sakit, keadaannya sangat parah.
Keponakannya dalam perawatan intensif dan diawasi ketat. Saat itulah, istri pak yandri menelpon. lalu pak yandri pamit dan bu kirana mengiyakan.
Keponakannya akhirnya tak tertolong dan meninggal malam harinya. Nyawa temannya entah bagaimana tertolong. hanya koma selama seminggu sesudah kecelakaan. Sejak hari itu jugalah dia terakhir kali mengantar wanita paruh baya itu berbelanja, Bu kirana selalu ingin pergi sendiri. Pak yandri tidak tahu apa alasannya. Soal sulap jalanan itu dia juga tidak tahu soal itu.
Sementara itu, Bu kirana yang mengalami kejadian nahas di tangga panti, menghembuskan nafas terakhirnya di ambulans saat dipindahkan ke rumah sakit karena kehilangan banyak darah dan syok.
Ini lah yang kudengar sebelum pak Yandri berpesan untuk berwaspada karena dia juga merasakan sesuatu yang aneh dari catatan ini.
Semoga selamat di perjalanan ucapnya sebelum kami benar-benar meninggalkannya.
NEXT...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Sahlan Harahap
alurnya tidak biasa
2022-02-24
1
Amelia Ottilie
keren ceritanya. mampir juga yuk kak ke ceritaku.
2022-02-22
0
Rusdi Tudi
Nayla mulai aktif y
2022-01-06
2