...FAKTA...
"Catatan Neraka?"
Nayla mengangguk. ''Kau masih tidak yakin? Baca saja!''
Aku mengambil dua lembar kertas dari tangannya, kemudian membacanya dengan serius.
________________________________________________
...CATATAN IBU KIRANA...
Pada suatu pagi di hari yang begitu suram aku mencoba mengingat kembali mimpi yang menggangu tadi malam. Sungguh mimpi yang menakutkan. Namun, aku tak kunjung mengingat nya.
Setelah menyiapkan kebutuhan anak-anak panti, seperti biasa, aku pergi belanja sayuran di pasar untuk bekal makan anak-anak panti minggu ini.
Pagi itu langit tidak begitu cerah, Yandri hanya mengantarku sampai pasar setelahnya dia pulang tidak menunggu. Tidak seperti biasanya.
Setelah selesai berbelanja, aku dikejutkan seorang yang mengaku pesulap. Dia meminta tolong kepadaku untuk menjadi objek atraksi sulapnya.
Aku mengangguk memenuhi permintaannya.
Hari ini langit begitu gelap, seakan ingin memberitakan akan turun hujan. Sekalipun begitu, orang orang di sekitar halte satu-persatu berkumpul mendengar ajakannya. Trik sulap pun dimulai.
Ada sebuah gelas tipis, alat pemukul dan selembar kain berwarna merah di tangannya.
Dia menyuruh untuk meletakkan tanganku di dalam kotak kecil yang sudah disiapkan, lalu pesulap itu meletakkan gelas tipis itu di atas telapak tanganku, perlahan dia menutupnya dengan kain merah dan secara tiba-tiba dia memukul keras gelas itu.
Bukan hanya aku, penontonpun ikut berteriak terkejut karena suara pecahan gelas yang dipukulnya.
Aku tidak merasakan sesuatu terjadi pada tanganku hanya pecahan kaca sepertinya, beberapa serpihan menyentuh kulit di telapak tangan.
"Bagaimana menurutmu? Apakah gelas yang aku letakkan di atas tanganmu itu pecah?" tanya pesulap jalanan ini.
"Ya, tentu saja." Aku menjawab tegas dan cepat.
Wajah orang-orang di sekitar pun menunjukkan bahwa mereka sependapat denganku.Tak beberapa lama, pesulap itu mengambil alat pemukul itu kembali kemudian meremukkan kaca yang diambilnya dari saku, tak beberapa dia memasukkannya ke dalam kotak di hadapan ku, terasa di atas telapak tanganku kembali jatuh beberapa serpihan kaca.
Setelah itu dia kembali mengeluarkan secarik kain berwarna merah dari sakunya, pesulap itu meminta izin untuk menutup mataku dengan kain yang sudah disiapkannya.
Karena mataku tertutup oleh kain aku hanya bisa menerka apa yang akan dilakukannya, sepertinya dia memukul-mukul kotak di hadapan ku begitu keras. Sampai terdengar bunyi kaca yang dilumat di kotak itu, sekalipun begitu, aku tidak merasakan apa-apa.
Beberapa saat setelah ia selesai ******* kaca yang berada dalam kotak.
Terdengar sekilas suara kotak. Terbuka.
Suara teriakan-teriakan penonton terasa begitu keras. Sungguh teriakan histeris, seakan mereka melihat kecelakaan yang begitu dahsyat terjadi didepan mereka.
Mendengar teriakan histeris itu, aku ikut panik. Ditambah ocehan penonton disebelah ku. "Lihat tangannya ikut hancur dengan gelas itu!" Akan tetapi aku tidak merasakan sesuatu yang menyakitkan, ingin sekali aku melihatnya. Namun, kain ini menghalanginya.
Penonton seketika hening setelah pesulap menenangkan. Hanya sepersekian detik setelah suara riuh penonton reda, terdengar cekikikan kembali dari penutup kotak. Sepertinya ditutup kembali. "Apa kamu penasaran dengan apa yang dilihat penonton?" pesulap ini bertanya padaku.
Aku mengangguk. "Tentu!"
"Baik, kita akan membuka kain penutup mata mbak cantik ini dan bertanya apa yang di rasakan nya. Tepuk tangan dulu dong!" ucap pesulap.
Suara tepuk tangan tangan pun kembali terdengar riuh di sekitarku.
Pesulap itu membaca mantra aneh dari bibirnya. Kemudian membuka kain yang menutup mataku. "Boleh perkenalkan nama anda?"
"Kirana," saut ku mengucek kedua mata.
"Baik Kirana, tadi penonton melihat gelas dan tanganmu hancur berlumuran darah didalam kotak ini." Dia menunggu reaksiku.
Aku hanya membuat ekspresi kaget untuk membuat penonton semakin tegang. "Dalam hitungan mundur kita akan membuka kembali kotak ini. Saya akan menunjukkan langsung kepada wanita cantik ini, apa yang sebenarnya sudah terjadi dengan tangannya," serunya membuat ku tersenyum.
"Apakah anda sudah siap? " tanyanya.
Aku mengiyakan.
Tiga, Dua, Satu. suara penonton ikut dan membuat suasana semakin menarik.
Demmm.... Kotak hitam terbuka.
Tepuk tangan penonton kembali terdengar menggelegar kompak di sekelilingku.
Kotak kecil yang berisi tanganku beserta gelas yang hancur itu, semuanya masih utuh tanpa goresan sedikitpun, sebuah ilusi yang fantastis.
Pesulap itu memegang tangan ku dan membantu mengeluarkannya.
“Boleh angkat dan tunjukkan tangan anda kearah penonton!"
Akupun mengikuti perintahnya.
"Bisa dilihat, Tangan mbak Kirana masih utuh dan baik-baik saja– terima kasih, terimakasih," ucapnya menunduk dan menyebar toples kosong untuk penonton yang ingin menyumbang.
Tak beberapa lama setelah menunjukkan hasil dari atraksinya, angkutan umum yang ku tunggupun, akhirnya datang.
Pesulap jalanan dan beberapa penonton tadi ikut masuk ke angkutan umum.
Aku memilih tempat yang luas berada bagian dibelakang.
Pesulap itu duduk di samping ku. Selama di perjalanan dia hanya mengucapkan terimakasih dan bertanya sesuatu yang tidak penting tentang ku.
Setelah sampai di panti, aku meletakkan barang belanjaan di dapur. Kebiasaan ku adalah membasuh tangan sebelum melakukan aktifitas lainnya. Air yang mengalir perlahan di tanganku, serasa pedih di bagian ibu jari, sepertinya percikan kaca itu benar melukaiku.
Beberapa Minggu setelahnya. Anak-anak panti akan pergi wisata tahunan ke Bandung. Dan mereka akan menginap beberapa malam di sana.
Dua hari sebelum mereka berangkat aku kembali ke pasar untuk menyiapkan beberapa bekal. Pada hari itu aku tidak melihat pesulap itu lagi melakukan atraksinya. Mungkin saja dia pindah lapak.
Hari yang sudah di tentukan pun tiba. Pak berend dan anak-anak panti pun berangkat. Dengan senyum hangat mereka mengucap kan selamat tinggal. Aku tidak bisa ikut. Karena harus menjaga Nayla.
Nayla adalah gadis yang baik entah kenapa kakaknya tidak mengizinkannya untuk keluar dari panti ini. Aneh.
Selama empat tahun ia hanya berdiam dikamar tak berbicara sedikitpun. Jujur aku terkejut saat di pagi hari Nayla secara mendadak mengatakan nanti sore polisi teman kakaknya akan datang menjenguknya. Nayla memintaku agar memperbolehkan untuk berjumpa dengannya. Akupun mengangguk-mengangguk mengizinkan.
Hari ini aku sangat bersyukur Nayla masih ingin berbicara dengan orang lain selain aku. Karena selama ini dia dilarang oleh kakaknya untuk berbicara dengan orang selain aku. "Dari siapa kamu tahu dia akan datang?" tanyaku kepada nya.
Dia hanya tersenyum tak mau menjawab.
Sore hari yang tidak baik, hujan yang begitu lebat. Lampu sorot mobil terpancar dari gerbang sana. Aku melihat mobil ingin masuk tapi di hadang oleh Yandri.
Aku teringat yang di katakan Nayla bahwa teman kakaknya dari kepolisian akan datang menjenguk nya.
Setelah aku mengizinkan. Yandri pun membiarkannya masuk. Seorang gadis cantik berambut terurai panjang, bertubuh lansing tinggi ,memiliki kulit putih dan wajah tirus keluar dari mobil berlari kecil ke arahku lalu menjulurkan tangannya memperkenalkan.
Setelah selesai memperkenalkan dan memberi tahu tujuannya, aku menyuruhnya masuk untuk menunggu di ruang tamu. Karena Nayla sedang di lantai atas. Sepertinya gadis cantik ini adalah orang baik, kemarin terlihat dari mimik wajah Nayla menunjukkan bahwa gadis ini akan menolongnya.
Karena gadis ini adalah orang spesial bagi Nayla akupun mempersiapkan makanan dan minuman hangat untuknya di dapur atas.
Hari ini hujan pun belum juga kunjung berhenti.
Saat aku menyiapkan cappucino panas untuk mereka, ternyata stok gula pasir sudah habis di dapur, sehingga membuat ku harus pergi mengambilnya di gudang panti yang terpisah diluar sana.
Aku pun mengambil payung di sudut pintu dan turun kebawah untuk mengambil gula di gudang itu.
Aku berjalan santai melihat mereka berdua berbincang hangat di ruang tamu. Mereka sampai tidak sadar aku lewat di sebelah mereka.
Ya biar sajalah kenapa juga harus menegur mereka.
Di bawah langit hitam yang menurunkan hujan, aku berjalan perlahan ke gudang, Sekilas aku menatap kearah gerbang, terlihat Yandri masih berdiam santai dengan rokok di tangannya.
Dia melihat kearah ku seperti nya mengucapkan sesuatu tapi aku tidak mendengarnya, karena tiba-tiba angin begitu kencang berhembus ke arah timur, membuat rok yang aku tarik ke atas jadi basah. Yandri di gerbang sana hanya tersenyum melihat.
Setelah selesai mengambil gula aku kembali ke panti. ketika tepat di bibir pintu, sontak aku terkejut mendengar suara polisi wanita itu, dia ingin membuat sesuatu yang terlarang bagi Nayla.
Tubuhku refleks masuk menjatuhkan payung di pintu. Tanpa sadar aku melarangnya mengajak Nayla untuk pergi. Itu adalah larangan dari kakaknya.
Gadis dari kepolisian itu hanya tersenyum anggun setelah aku memperingatkannya.
Setelah memberi tahu mereka telah menyiapkan sajian. Aku kembali ke pintu masuk mengambil payung yang terjatuh tadi.
Saat menutup payung kepalaku terasa pusing, tubuh ku terasa bergetar.
Akupun bergegas berjalan meninggalkan mereka di bawah. Saat berjalan di atas anak tangga, tiba-tiba kepala ku terasa dipukul begitu keras di bagian belakang, tangan kiri ku sontak memegang pinggir tangga, membuat kantong gula itu jatuh.
Melihat kantong plastik yang terlepas, tanganku pun secara reflek meraihnya. Namun tangan kiri ku tidak menjangkaunya.
Tanpa sadar posisi ku yang ditahan oleh topangan payung terpeleset, membuat payung terlempar ke bawah di susul oleh tubuh ku yang tersungkur di anak tangga.
Payung itu terbuka secara tiba-tiba di bawah sana, tak sempat menghindar sekilas muncul di kepala ku inilah…
AJALKU...
________________________________________________
Ini apa? Kalimat yang pertama kali muncul di kepala ku setelah selesai membaca lembaran kertas yang diberikan Nayla itu. Tubuhku sedikit bergetar dan jantung berdegup seakan sampai ketenggorakan. Isi pikiran ku hanya ingin menolak catatan ini.
Sesuatu hal yang tidak bisa dipercaya dan diterima oleh akal, bagaimana mungkin?
Bagaimana bisa catatan ini sesuai dengan apa yang aku lakukan hari ini. Dan bagaimana bisa kejadian yang menimpa Wanita panti itu tercatat detail disini. Bagaimana bisa? Seakan semuanya terencana dan tersusun.
Pertanyaan itu terus berulang-ulang muncul.
Wajahku yang ingin menertawakan Nayla pun seketika pudar dan menunjukkan kebingungan serta kegelisahan, kalau saja ini memang benar.... Pasti akan terjadi sesuatu teror yang menakutkan kedepannya.
Tentu saja, ini sesuatu yang berbahaya. Pikiranku melayang seakan mengelilingi atmosfir. Ini adalah pesan, sebuah pesan yang ingin di sampaikan. Tapi untuk siapa? Nayla? Kepolisian? Kenapa catatan ini dikirim kemari?
Kepalaku ingin pecah memikirkannya.
"Bagaimana? Dan apa pendapatmu?" tanya seseorang yang tersenyum di depanku.
Senyuman itu seakan ingin mengatakan.
Masih tidak percaya?
NEXT...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
anggita
mpir ng 👍like aja.
2022-02-19
0