Chapter 4 – Diagon Alley

Kota London pagi itu tampak sibuk seperti biasa. Mobil-mobil melintas cepat, udara beraroma asap dan kopi dari kedai tepi jalan. Namun di tengah hiruk-pikuk itu, seorang pemuda berambut hitam berjalan di belakang wanita berjubah hijau tua — langkah mereka tak serasi, tapi anehnya, orang-orang yang lewat seolah tak benar-benar memperhatikan mereka.

Ethan menatap sekeliling, matanya mencoba menangkap keanehan yang mungkin tersembunyi di balik rutinitas dunia Muggle.

Ia masih belum percaya sepenuhnya bahwa sebentar lagi ia akan melihat dunia lain — dunia sihir.

“Profesor,” katanya, menahan langkah agar tidak terlalu tertinggal, “apa uang pound bisa dipakai di dunia sihir?”

“Tidak,” jawab Profesor McGonagall singkat tanpa menoleh. Suaranya tetap tenang, tapi tegas seperti biasanya. “Kau bisa menukarnya di Gringotts, bank milik para goblin. Lima pound sterling untuk satu Galleon, tapi batasnya hanya seratus Galleon per transaksi. Dunia sihir juga punya birokrasi — dan terkadang, lebih rumit dari dunia Muggle.”

“Begitu, ya.” Ethan mengangguk pelan. Ia menyelipkan tangannya ke saku, mengeluarkan segepok uang kertas yang dilipat rapi.

“Aku menabung sejak dua tahun lalu,” katanya pelan. “Kupikir suatu saat bakal butuh buat biaya sekolah… kalau ada yang mau menerimaku.”

Profesor McGonagall menatap sekilas tumpukan uang itu, sedikit terkejut dengan ketertiban dan jumlahnya.

“Kau anak yang bijak,” komentarnya pendek. “Dan praktis.”

Ethan hanya tersenyum tipis. “Kebiasaan hidup di panti, Profesor. Kalau tidak hemat, ya kelaparan.”

McGonagall tidak menjawab, tapi ada sesuatu yang lembut di balik tatapan tajamnya. Ia melanjutkan langkah, berbelok ke sebuah gang sempit di sisi jalan besar.

Udara di sana berubah — lembap, dingin, dan berbau batu tua yang basah.

“Biasanya,” katanya sambil menatap kanan-kiri, “aku akan mengajak murid Muggle naik Bus Ksatria. Tapi dunia sihir sedang… tidak stabil akhir-akhir ini.” Ia menatap Ethan. “Kita akan Apparate.”

“Apparate?” Ethan mengulang, bingung. “Itu apa—”

“Pegang tanganku, Ethan. Dan jangan lepaskan.”

Belum sempat ia bertanya lagi, dunia di sekelilingnya pecah.

Tekanan dahsyat menghimpit tubuhnya dari segala arah — seperti ditarik melalui pipa sempit, tanpa udara, tanpa cahaya.

Suara mendengung di telinganya, pandangan berputar cepat, lalu… bum.

Ethan tersentak berdiri di tempat asing. Batu-batu di bawah kakinya terasa dingin, dan dunia kembali berputar pelan di matanya. Ia berpegangan pada dinding, menahan mual.

“Ugh… apa barusan itu?” napasnya terengah.

McGonagall hanya mengangkat tongkat, mengarahkannya pada Ethan. Sinar lembut berwarna perak meluncur, menyelimuti tubuhnya.

Dalam hitungan detik, rasa mualnya berkurang.

“Maafkan aku,” ujar McGonagall lembut. “Bahkan penyihir dewasa pun kadang kehilangan keseimbangan setelah Apparate pertama kali.”

Ethan menarik napas panjang. “Jadi itu… teleportasi?”

McGonagall tersenyum samar. “Namanya Apparition. Kau baru akan belajar itu di tahun ketujuh nanti — kalau sudah punya lisensi resmi.”

“Rasanya brutal,” gumam Ethan sambil menepuk dadanya. “Tapi keren juga.”

Profesor McGonagall menggeleng kecil, lalu melangkah maju. “Ayo, jalan kaki saja sekarang. Lebih aman.”

 

Beberapa menit kemudian, mereka tiba di antara dua toko yang tampak biasa saja — satu toko kaset dengan papan nama kusam, dan satu lagi toko buku bekas. Di tengah-tengahnya berdiri sebuah bar kecil, cat hitamnya pudar, jendelanya buram oleh debu. Orang-orang berlalu-lalang di depan, tapi tak seorang pun menoleh.

“Profesor,” bisik Ethan, “mereka… tidak bisa melihat tempat ini?”

McGonagall menoleh, matanya berkilat kecil di balik kacamata. “Pengamatan yang tajam. Tempat ini dilindungi oleh jimat penyembunyi. Namanya Leaky Cauldron. Hanya penyihir yang bisa melihatnya.”

Begitu mereka melangkah masuk, dunia luar seolah lenyap.

Udara di dalam terasa hangat, bercampur aroma bir mentega, asap pipa, dan kayu tua. Ruangan itu remang, namun suasananya hidup.

Beberapa penyihir duduk di sudut, berbicara pelan sambil menatap sekeliling dengan waspada. Di balik meja bar, seorang pria berkepala botak sedang menggosok gelas, senyumnya tipis tapi ramah.

“Tom,” sapa McGonagall dengan nada akrab, “bagaimana bisnismu?”

Tom mengangkat bahu, lelah. “Masih berdiri, Profesor. Tapi semalam ada baku tembak lagi antara Auror dan simpatisan di Knockturn Alley. Ledakannya sampai bikin kaca di sini retak.” Ia menunjuk ke jendela belakang yang masih berbekas garis putih. “Kalau begini terus, pelanggan kabur semua.”

McGonagall menggeleng pelan. “Hati-hati, Tom. Dunia sedang… rapuh.”

Lalu, ia menepuk bahu Ethan. “Ini Ethan Cross, calon siswa Hogwarts.”

Tom memandang Ethan, lalu senyumnya mengembang. “Mahasiswa baru, ya? Selamat datang, Nak. Dunia luar sedang tak tenang — kalau malam, jangan berkeliaran sendirian.”

Ethan menunduk sopan. “Terima kasih, Tuan.”

“Ah, sopan juga anak ini,” gumam Tom sambil tertawa kecil.

Mereka melangkah melewati bar, menuju pintu belakang yang mengarah ke teras kecil. Hanya ada satu dinding bata besar dan tong sampah di sebelahnya. Udara di sana sedikit berbau besi dan lembap.

“Di balik dinding ini ada jalan utama dunia sihir,” ujar McGonagall. “Perhatikan baik-baik, karena nanti kau akan datang sendiri ke sini.”

Ia mengeluarkan tongkat sihir dari balik jubah, mengangkatnya sedikit.

Dengan gerakan anggun, ia mengetuk tiga bata di atas tong sampah, lalu dua ke kanan.

Bata-bata itu mulai bergetar. Suara retakan lembut terdengar ketika batu-batu bergerak mundur, bergeser, dan berputar membentuk lengkungan besar. Dari celah yang terbuka, cahaya hangat memancar — disertai suara ramai pasar, derap langkah, dan aroma kertas, rempah, serta logam.

“Selamat datang di Diagon Alley, Ethan,” kata McGonagall dengan senyum tipis.

 

Ethan melangkah maju, matanya membesar.

Di depannya terbentang jalan berbatu panjang, berliku ke kejauhan, dikelilingi toko-toko ajaib yang berjejer rapat. Etalase menampilkan buku-buku tebal dengan sampul yang berbisik, jubah yang berkilau seperti air, dan tongkat sihir yang tampak berdenyut lembut dalam wadah kaca.

Di kejauhan, suara burung hantu bercampur tawa anak-anak dan panggilan pedagang.

Sebuah poster besar terpajang di dinding: wajah seorang penyihir berambut gelap dengan tulisan “Wanted: Dark Allegiance Suspect”.

Namun, di balik keindahan itu, Ethan merasakan sesuatu yang lain — ketegangan halus di udara.

Beberapa toko tertutup rapat, dan di antara kerumunan, tampak sosok-sosok berjubah panjang dengan emblem emas di dada: para Auror, berjalan cepat dengan pandangan tajam.

“Profesor,” bisiknya pelan, “orang-orang berjas panjang itu… bukan pembeli, kan?”

McGonagall melirik sekilas. “Auror,” jawabnya tenang. “Penegak hukum sihir. Dunia sedang gelisah, Ethan. Tapi Diagon Alley masih tempat paling aman di Inggris. Dan Hogwarts…” Ia menatap pemuda itu lembut. “Lebih aman lagi.”

Ethan menatap jalan ramai itu — antara kagum dan waspada.

Dunia ini hidup, berwarna, dan… berbahaya.

Untuk pertama kalinya, ia benar-benar menyadari:

Ia bukan lagi sekadar pengamat. Ia sudah melangkah ke dalam dunia yang selama ini hanya dianggap dongeng.

Episodes
1 Chapter 1 – Ethan Cross & Kekuatan Super
2 Chapter 2 – Hogwarts
3 Chapter 3 – Profesor McGonagall
4 Chapter 4 – Diagon Alley
5 Chapter 5 — Tongkat Ajaib
6 Chapter 6 — Tuan dan Nyonya Potter
7 Chapter 7 — Jimat
8 Chapter 8 – The Leaky Cauldron
9 Chapter 9 — Barrier Spell
10 Chapter 10 — Spell Test
11 Chapter 11 – Hagrid
12 Chapter 12 – Pertemuan
13 Chapter 13 – Sirius
14 Chapter 14 — Mad-Eye Moody
15 Chapter 15 — Agnes Bulstrode
16 Chapter 16 – Charles McKinnon
17 Chapter 17 — Main Mahjong
18 Chapter 18 — Kedatangan
19 Chapter 19 – Pemilihan Asrama
20 Chapter 20 – Slytherin?
21 Chapter 21 — Ruang Bersama
22 Chapter 22 — Bertengkar
23 Chapter 23 — Charms
24 Chapter 24 — Abnormal
25 Chapter 25 — Kepekaan Magis
26 Chapter 26 — Buku Teks Senior
27 Chapter 27 — Klub Mantra
28 Chapter 28 — Mantra Ekstrasi Terarah
29 Chapter 29 — Kelas Ramuan
30 Chapter 30 — Rencana
31 Chapter 31 — Pangeran Berdarah Campuran
32 Chapter 32 — Awak Konflik
33 Chapter 33 — Surat
34 Chapter 34 — Kunjungan ke Gubuk Hagrid
35 Chapter 35 — Kentang dan Iga Babi
36 Chapter 36 — Catatan Lily
37 Chapter 37 — Daftar Ramuan
38 Chapter 38 — Sukacita
39 Chapter 39 — Mantra yang Sangat Tajam
40 Chapter 40 — Quidditch
41 Chapter 41 — Permainan Penuh Kekerasan
42 Chapter 42 — Biaya Perlindungan
43 Chapter 43 — Informasi
44 Chapter 44 — Hantu Slytherin
45 Chapter 45 — Mantra Levitasi Luar Biasa
Episodes

Updated 45 Episodes

1
Chapter 1 – Ethan Cross & Kekuatan Super
2
Chapter 2 – Hogwarts
3
Chapter 3 – Profesor McGonagall
4
Chapter 4 – Diagon Alley
5
Chapter 5 — Tongkat Ajaib
6
Chapter 6 — Tuan dan Nyonya Potter
7
Chapter 7 — Jimat
8
Chapter 8 – The Leaky Cauldron
9
Chapter 9 — Barrier Spell
10
Chapter 10 — Spell Test
11
Chapter 11 – Hagrid
12
Chapter 12 – Pertemuan
13
Chapter 13 – Sirius
14
Chapter 14 — Mad-Eye Moody
15
Chapter 15 — Agnes Bulstrode
16
Chapter 16 – Charles McKinnon
17
Chapter 17 — Main Mahjong
18
Chapter 18 — Kedatangan
19
Chapter 19 – Pemilihan Asrama
20
Chapter 20 – Slytherin?
21
Chapter 21 — Ruang Bersama
22
Chapter 22 — Bertengkar
23
Chapter 23 — Charms
24
Chapter 24 — Abnormal
25
Chapter 25 — Kepekaan Magis
26
Chapter 26 — Buku Teks Senior
27
Chapter 27 — Klub Mantra
28
Chapter 28 — Mantra Ekstrasi Terarah
29
Chapter 29 — Kelas Ramuan
30
Chapter 30 — Rencana
31
Chapter 31 — Pangeran Berdarah Campuran
32
Chapter 32 — Awak Konflik
33
Chapter 33 — Surat
34
Chapter 34 — Kunjungan ke Gubuk Hagrid
35
Chapter 35 — Kentang dan Iga Babi
36
Chapter 36 — Catatan Lily
37
Chapter 37 — Daftar Ramuan
38
Chapter 38 — Sukacita
39
Chapter 39 — Mantra yang Sangat Tajam
40
Chapter 40 — Quidditch
41
Chapter 41 — Permainan Penuh Kekerasan
42
Chapter 42 — Biaya Perlindungan
43
Chapter 43 — Informasi
44
Chapter 44 — Hantu Slytherin
45
Chapter 45 — Mantra Levitasi Luar Biasa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!