Chapter 2 – Hogwarts

Udara pagi London terasa dingin dan lembap. Kabut tipis masih menggantung di atas atap Panti Asuhan Gereja Elrens, sementara sinar matahari yang malu-malu baru mulai menembus jendela kaca patri yang retak di tepinya. Di kamar sempit di lantai dua, seorang anak laki-laki duduk bersila di lantai, tubuhnya tegak, napasnya teratur.

Ethan Cross membuka matanya perlahan.

Di depan matanya, sebatang barbel melayang anggun di udara, berputar dalam lintasan berbentuk angka delapan. Otot-otot di rahangnya menegang; peluh menetes dari pelipisnya ke lantai kayu yang sudah kusam.

Konsentrasinya penuh.

Ia menahan barbel itu tetap di udara—tidak hanya sekadar mengangkat, tapi mempertahankan kestabilan, mengontrol setiap gerak kecil seperti mengatur detak jantungnya sendiri.

Lima belas menit. Dua puluh. Tiga puluh.

Waktu berjalan lambat.

Akhirnya, denyutan di kepalanya mulai terasa. Dunia sedikit berputar. Ia menarik napas dalam-dalam dan perlahan menurunkan barbel itu ke lantai dengan lembut, seolah benda itu memiliki berat sehelai bulu.

“Empat puluh menit penuh,” bisiknya sambil tersenyum kecil. “Semakin mudah dikendalikan.”

Ia memijat pelipisnya sebentar, lalu terkekeh pelan.

“Kapan ya aku bisa terbang dengan pedang seperti di novel wuxia?”

Ucapan itu melayang ringan di udara, tapi tidak ada yang menjawab. Di luar, hanya suara angin yang menyusup lewat celah jendela.

Ethan berdiri, meregangkan tubuhnya. Tubuh itu ramping namun padat—hasil latihan keras bertahun-tahun, meski ia masih berusia sebelas. Namun di balik kekuatan fisiknya, ada sesuatu yang lebih misterius: kekuatan pikirannya.

Sesuatu yang ia sebut “telekinesis”… tapi mungkin dunia punya nama lain untuk itu.

Dan tanpa ia sadari, jauh di langit utara Inggris, puluhan bayangan bersayap tengah menembus kabut. Burung-burung hantu, membawa surat bersegel merah, terbang cepat melewati lembah dan kota—menuju anak-anak terpilih.

Salah satu di antaranya, seekor burung hantu cokelat besar, membentangkan sayapnya melewati atap-atap tua London.

Tujuannya: Panti Asuhan Gereja Elrens.

Keesokan paginya, panti masih sunyi. Hanya suara burung gereja yang bersahut-sahutan di genteng, menandai awal hari baru. Ethan, seperti biasa, sudah bangun lebih dulu dari siapa pun. Ia membuka jendela, menghirup udara pagi yang masih beraroma embun, lalu turun ke halaman dengan pakaian olahraga sederhana.

Di sana, ia mulai berlatih satu set Tinju Tongbei—gerakan cepat dan lentur yang menuntut keseimbangan sempurna antara kekuatan dan keanggunan.

Tubuhnya meluncur, berputar, memukul udara dengan presisi nyaris sempurna.

Tak ada penonton, tak ada pelatih, tapi setiap langkahnya seolah diatur oleh irama tak terlihat—sebuah simfoni antara disiplin dan ketenangan.

“Huff…” Ia menghembuskan napas panjang setelah gerakan terakhir. Embun menempel di kulitnya yang hangat oleh keringat. Ia menatap matahari yang mulai muncul dari balik gereja tua, lalu tersenyum kecil. “Dunia ini masih terlalu lambat untukku,” katanya pelan, separuh bercanda.

Setelah menggulung lengan bajunya, ia berjalan ke kafetaria. Aroma bubur labu hangat langsung menyambut dari arah dapur.

“Selamat pagi, Ibu Triss. Aku mencium bubur labu dari luar,” sapa Ethan ceria.

“Selamat pagi, Ethan,” jawab Suster Triss—wanita tua dengan wajah teduh dan mata lembut di balik kerudung abu-abunya. Ia menuangkan bubur ke mangkuk. “Kamu selalu bangun paling awal. Andai semua anak di sini bijaksana seperti kamu, hidupku pasti lebih tenang.”

Ethan tertawa kecil, menerima mangkuk itu. “Kalau mereka sebijak aku, Ibu bakal bosan.”

Mereka tertawa sebentar sebelum Ethan duduk di sudut meja kayu besar dan mulai makan. Bubur itu sederhana tapi hangat, dan di dunia yang dingin serta penuh rahasia seperti ini, kehangatan kecil semacam itu terasa berharga.

Setelah sarapan, ia berpamitan dan kembali ke kamarnya.

Namun begitu pintu terbuka, langkahnya terhenti.

Seekor burung hantu cokelat bertengger di atas meja, menatapnya dengan mata bundar berwarna kuning keemasan. Sayapnya rapi, posturnya tegak seperti prajurit dalam penjagaan.

Burung itu mengeluarkan suara rendah, lalu menurunkan satu kaki—ada sebuah amplop tebal di sana, diikat dengan pita merah tua.

Ethan membeku.

Ia menutup pintu perlahan, berjalan mendekat dengan hati-hati. Setiap langkah terasa seperti melangkah ke dalam mimpi yang aneh.

Burung itu meletakkan amplop di atas meja, kemudian diam di ambang jendela, menunggu… seperti tahu tugasnya belum selesai.

Ethan menatap amplop itu. Tidak ada prangko. Hanya tulisan tangan indah berwarna hijau zamrud:

Kepada Tn. Ethan Cross,

Panti Asuhan Gereja Elrens, Shaftesbury Avenue, London.

Ia membaliknya. Di bagian belakang, ada segel lilin merah bertanda perisai besar berhuruf “H”, dikelilingi empat simbol hewan: singa, elang, luak, dan ular.

Dunia seolah berhenti.

Ethan menatap lambang itu lama, jantungnya berdetak pelan tapi berat. Ia mengenal simbol itu.

Pernah melihatnya—tidak di dunia ini, tapi dalam ingatan samar, dari masa yang terasa seperti mimpi.

Ia menelan ludah.

“Tidak mungkin…” suaranya hampir berbisik. “Ini… Hogwarts?”

Angin pagi meniup tirai, seolah ikut membenarkan ucapannya.

Ethan duduk perlahan di kursi, menatap surat itu seolah takut akan menghilang bila ia berkedip. Ia membuka amplopnya hati-hati, dan sebuah gulungan kertas tebal meluncur keluar.

Tulisan tinta hitam elegan memenuhi halamannya.

Sekolah Sihir Hogwarts

Kepala Sekolah: Albus Dumbledore

(Presiden Konfederasi Penyihir Internasional, Ketua Wizengamot, Ordo Merlin Kelas Satu)

Kepada Tuan Cross yang terhormat,

Dengan senang hati kami informasikan bahwa Anda telah diterima di Sekolah Sihir Hogwarts.

Terlampir daftar buku dan perlengkapan yang diperlukan untuk tahun pertama.

Perkuliahan dimulai pada tanggal 1 September, dan kami menunggu balasan Anda paling lambat 31 Juli.

Hormat kami,

Minerva McGonagall

Wakil Kepala Sekolah

Ethan membaca daftar perlengkapan yang menyertainya:

jubah hitam, sarung tangan kulit naga, teleskop, buku-buku mantra, dan—tentu saja—tongkat sihir.

Ia mendesah pelan, antara tak percaya dan kagum.

“Jadi... ini bukan sekadar kekuatan mental biasa. Aku benar-benar… penyihir.”

Burung hantu itu masih di jendela, menatapnya dengan sabar, seperti menunggu jawaban.

Ethan mengangkat kepalanya, menatap keluar jendela—ke langit London yang mulai terang.

Pikirannya berputar cepat: Dumbledore. Potter. Voldemort. Nama-nama yang samar dalam ingatannya kembali bermunculan.

Namun satu hal membuatnya tercekat:

Film yang ia ingat berlatar tahun 1990-an.

Sedangkan sekarang… tahun 1980.

“Jadi aku berada sebelum semuanya dimulai,” gumamnya perlahan. “Sebelum Potter lahir… sebelum perang besar… sebelum segalanya.”

Ia menatap surat di tangannya lagi—simbol “H” itu kini terasa berat, seolah memanggil takdir yang belum ia pahami.

Senyum tipis muncul di wajahnya. “Baiklah, Hogwarts. Mari kita lihat… rahasia macam apa yang kau sembunyikan.”

Burung hantu itu mengeluarkan suara pelan, seolah mengerti.

Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya di dunia ini, Ethan Cross merasa sesuatu yang selama ini ia cari—jawaban tentang kekuatannya, asal-usulnya, dan mungkin, takdirnya—akhirnya mulai terungkap.

Episodes
1 Chapter 1 – Ethan Cross & Kekuatan Super
2 Chapter 2 – Hogwarts
3 Chapter 3 – Profesor McGonagall
4 Chapter 4 – Diagon Alley
5 Chapter 5 — Tongkat Ajaib
6 Chapter 6 — Tuan dan Nyonya Potter
7 Chapter 7 — Jimat
8 Chapter 8 – The Leaky Cauldron
9 Chapter 9 — Barrier Spell
10 Chapter 10 — Spell Test
11 Chapter 11 – Hagrid
12 Chapter 12 – Pertemuan
13 Chapter 13 – Sirius
14 Chapter 14 — Mad-Eye Moody
15 Chapter 15 — Agnes Bulstrode
16 Chapter 16 – Charles McKinnon
17 Chapter 17 — Main Mahjong
18 Chapter 18 — Kedatangan
19 Chapter 19 – Pemilihan Asrama
20 Chapter 20 – Slytherin?
21 Chapter 21 — Ruang Bersama
22 Chapter 22 — Bertengkar
23 Chapter 23 — Charms
24 Chapter 24 — Abnormal
25 Chapter 25 — Kepekaan Magis
26 Chapter 26 — Buku Teks Senior
27 Chapter 27 — Klub Mantra
28 Chapter 28 — Mantra Ekstrasi Terarah
29 Chapter 29 — Kelas Ramuan
30 Chapter 30 — Rencana
31 Chapter 31 — Pangeran Berdarah Campuran
32 Chapter 32 — Awak Konflik
33 Chapter 33 — Surat
34 Chapter 34 — Kunjungan ke Gubuk Hagrid
35 Chapter 35 — Kentang dan Iga Babi
36 Chapter 36 — Catatan Lily
37 Chapter 37 — Daftar Ramuan
38 Chapter 38 — Sukacita
39 Chapter 39 — Mantra yang Sangat Tajam
40 Chapter 40 — Quidditch
41 Chapter 41 — Permainan Penuh Kekerasan
42 Chapter 42 — Biaya Perlindungan
43 Chapter 43 — Informasi
44 Chapter 44 — Hantu Slytherin
45 Chapter 45 — Mantra Levitasi Luar Biasa
Episodes

Updated 45 Episodes

1
Chapter 1 – Ethan Cross & Kekuatan Super
2
Chapter 2 – Hogwarts
3
Chapter 3 – Profesor McGonagall
4
Chapter 4 – Diagon Alley
5
Chapter 5 — Tongkat Ajaib
6
Chapter 6 — Tuan dan Nyonya Potter
7
Chapter 7 — Jimat
8
Chapter 8 – The Leaky Cauldron
9
Chapter 9 — Barrier Spell
10
Chapter 10 — Spell Test
11
Chapter 11 – Hagrid
12
Chapter 12 – Pertemuan
13
Chapter 13 – Sirius
14
Chapter 14 — Mad-Eye Moody
15
Chapter 15 — Agnes Bulstrode
16
Chapter 16 – Charles McKinnon
17
Chapter 17 — Main Mahjong
18
Chapter 18 — Kedatangan
19
Chapter 19 – Pemilihan Asrama
20
Chapter 20 – Slytherin?
21
Chapter 21 — Ruang Bersama
22
Chapter 22 — Bertengkar
23
Chapter 23 — Charms
24
Chapter 24 — Abnormal
25
Chapter 25 — Kepekaan Magis
26
Chapter 26 — Buku Teks Senior
27
Chapter 27 — Klub Mantra
28
Chapter 28 — Mantra Ekstrasi Terarah
29
Chapter 29 — Kelas Ramuan
30
Chapter 30 — Rencana
31
Chapter 31 — Pangeran Berdarah Campuran
32
Chapter 32 — Awak Konflik
33
Chapter 33 — Surat
34
Chapter 34 — Kunjungan ke Gubuk Hagrid
35
Chapter 35 — Kentang dan Iga Babi
36
Chapter 36 — Catatan Lily
37
Chapter 37 — Daftar Ramuan
38
Chapter 38 — Sukacita
39
Chapter 39 — Mantra yang Sangat Tajam
40
Chapter 40 — Quidditch
41
Chapter 41 — Permainan Penuh Kekerasan
42
Chapter 42 — Biaya Perlindungan
43
Chapter 43 — Informasi
44
Chapter 44 — Hantu Slytherin
45
Chapter 45 — Mantra Levitasi Luar Biasa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!