Lady Meriel akhirnya di tempatkan di istana barat, istana yang khusus diperuntukan bagi selir Kaisar. Semua perabotan dan dekorasi di dalamnya dipilih dengan teliti sesuai selera Meriel. Penuh kemewahan dengan harga yang sangat tinggi. Ia tidak ingin kalah dari Ratu Corvina, jadi segala sesuatunya harus terlihat serupa, bahkan lebih megah dari milik sang Ratu.
"Akhirnya aku sampai di posisi ini," ucapnya, dengan senyum puas, sambil mengamati sekeliling ruangan yang penuh dengan kemewahan yang telah ia pilih sendiri.
Pelayan pribadinya, menunduk hormat padanya. "Selamat atas gelar barunya, Nyonya."
Meriel duduk santai di sofa empuknya sambil menikmati secangkir teh hangat. Ini adalah kehidupan yang selalu ia impikan di layani, bukannya melayani seperti dirinya yang dulu. Setelah sekian lama berjuang selalu mencoba menarik perhatian dari sang Kaisar, akhirnya ia mendapatkan apa yang ia inginkan. Berawal dari rasa iri nya terhadap kehidupan Corvina yang selalu nampak bahagia, membuatnya berambisi merebut posisi Corvina. Dengan wajah polos dan cantiknya, ia selalu mencuri-curi kesempatan memandang Kaisar saat menemani Corvina yang selalu berusaha menempel pada Kaisar.
"Lita, apakah aku bisa merebut posisi ratu dari Corvina?" tanya Meriel tiba-tiba, suaranya terdengar mengerikan oleh rasa percaya diri yang berlebihan.
Pelayan itu terkejut, namun segera menundukan kepalanya.
"Nyonya, anda tidak kalah cantik dari Yang Mulia ratu, dan sepertinya Yang Mulia kaisar lebih menyayangi Nyonya. Jadi, tidak akan sulit bagi Nyonya mencapai posisi itu, asalkan Nyonya segera hamil."
Meriel tersnyum puas. "Kamu benar, Lita. Aku harus lebih sering menghabiskan malam bersama Kaisar, agar aku bisa segera hamil. Dan anak ku akan menjadi putra mahkota kelak."
"Saya mendengar gosip dari para pelayan di istana Ratu, Nyonya," ujar Lita dengn suara yang lebih pelan, "Katanya Yang Mulia kaisar tidak pernah mengunjungi kamar Ratu setelah Yang Mulia dekat dengan Nyonya. Sepertinya pesona Nyonya benar-benar telah memikat hati Yang Mulia kaisar."
Meriel tersenyum bangga. Mendegar perkataan pelayannya itu semakin memperkuat rasa percaya dirinya. Kini ia merasa bahwa ia adalah satu-satunya wanita kesayangan Kaisar.
"Besok akan di adakan pesta kebun untuk merayakan pengangkatanku sebagai selir. Kamu harus memastikan agar aku tampil mempesona di depan semua tamu kerajaan." ujar Meriel dengan tegas.
"Baik, Nyonya. Pelayan tata rias Nyonya adalah yang terbaik, jadi wajah Nyonya akan selalu terlihat berseri. Anda tidak perlu khawatir."
Meriel ersenyum puas. "Kamu benar. Tapi, gaun-gaunku tidak lebih baik dari milik Ratu," ujar Meriel demgan nada kesal, "aku ingin mengenakan gaun yang paling indah di pesta nanti."
Pelayannya berpikir sejenak. "Kalau begitu Nyonya harus menemui desainer langganan Ratu secepatnya, sebelum Ratu memesan terlebih dahulu."
Meriel terbelalak lalu tersenyum lebar. "Kamu memang pintar, Lita! kalau begiitu, segera temui desainer itu sebelum utusan ratu mendahului kita."
"Baik, Nyonya. Kalau begitu saya permisi." Pelayan itu membungkuk lalu pergi meninggalkan Meriel dengan langkah cepat.
Meriel bangkit dari duduknya, lalu berjalan menuju jendela. Ia tahu segala yang ia miliki saat ini ia raih dengan kelicikannya dan ambisi yang begitu besar. Maka dari itu, ia tidak akan membiarkan siapapun menghalangi jalannya, termasuk Ratu sekalipun. Saat ia sedang memandangi halaman istananya, ia melihat Kaisar dan pengawalnya dari kejauhan sedsng berjalan menuju istana Ratu. Dahinya mengernyiti. Kaisar akan mengunjungi Ratu?
Ia segera berbalik, berjalan menuju pintu setelah memastikan penampilanya tetap sempurna di depan cermin.
"Aku akan mengunjungi istana Ratu," katanya dengan percaya diri, setelah sampai di depan pintu.
Pelayan yang di depan pintu langsug menunduk. "Baik, Nyonya."
Meriel melangkah keluar dari istanya di temani pelayan yang berjalan di belakangnya dengan langkah yang penuh percaya diri. Ia tahu, jika ia ingin mengalahkan Ratu, ia harus bergerak cepat untuk menghalangi Kaisar berduaan dengan Ratu.
"Ayo, ambil jalan pintas," ujar Meriel pada pelayannya, suara tegas penuh tekad. "Kita harus sampai lebih dulu."
"Baik, Nyonya," jawab pelayan itu, patuh.
Mereka berjalan cepat, langkah-langkah Meriel penuh dengan tujuan yang jelas, sementara pelayannya hanya bisa mengikuti dengan bingung. Ada sesuatu yang sedang direncanakan Meriel, sesuatu yang membuatnya tak sabar untuk segera sampai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments