Bab 5

Hidup Shanum perlahan mulai membaik. Kini ia bisa tertawa lepas setiap kali mendengar suara ayahnya di ujung telepon. Ponsel pemberian Sagara menjadi jembatan kecil yang mempertemukannya kembali dengan sosok yang paling ia rindukan di dunia ini.

Setiap malam, sebelum tidur, Shanum selalu menatap layar ponsel dan tersenyum. Ada ketenangan yang sulit dijelaskan, seolah sebagian luka lama mulai mengering. Ia tak lagi sendirian di kota besar ini.

Namun, di sisi lain rumah megah itu, seseorang justru tenggelam dalam kesunyian.

Sagara, pria dengan sorot mata tajam namun penuh luka, semakin jarang tersenyum. Hanya ketika bersama si kembar, bibirnya sedikit terangkat, itu pun dengan tatapan kosong yang sulit diartikan.

Sejak Sonia pergi tanpa kabar, ada lubang besar di dada Sagara yang tak bisa diisi siapa pun. Luka itu diam-diam menumbuhkan amarah, kesepian, dan rasa kehilangan yang mematikan dari dalam.

Malam itu rumah terasa lengang, hanya suara jarum jam dan desir angin yang menemani. Shanum keluar dari kamarnya sambil membawa teko kosong. Persediaan air minumnya habis, dan ia bermaksud mengisinya di dapur.

Langkah Shanum terhenti di tengah lorong ketika mendengar suara langkah berat yang tidak biasa.

“Pak Gara?” Suara Shanum kecil, nyaris tenggelam oleh detak jantungnya sendiri.

Dari arah ruang makan, muncul sosok Sagara. Rambutnya berantakan, matanya sayu, dan langkahnya sempoyongan. Bau alkohol menusuk hidung Shanum. Ia menelan ludah, cemas.

“Pak Gara!” Shanum memekik kecil ketika Sagara hampir terjatuh. Refleks, ia meraih bahunya, mencoba menahan tubuh pria itu agar tidak terbentur meja.

Sagara menatap wajah Shanum dengan pandangan kabur. Sekilas, ada kelembutan di sana, namun bukan untuknya.

“E… Sonia. Akhirnya kamu pulang juga,” gumamnya dengan suara berat dan lidah yang berbelit.

“Aku bukan Bu Sonia, Pak,” ucap Shanum cepat, berusaha menjauh. Tapi sebelum ia sempat menyingkir, Sagara sudah menariknya ke dalam pelukan yang berbau alkohol.

“Pak! Lepas! Saya bukan Bu Sonia!” Suara Shanum nyaris serak. Tapi Sagara seperti kehilangan kendali. Kedua matanya basah, seolah sedang berjuang melawan kenyataan yang tidak ingin ia terima.

“Kenapa kamu pergi, Sonia? Kenapa?” bisik Sagara di telinga Shanum, sebelum bibirnya tiba-tiba menempel di bibir wanita itu. Menciumnya dengan rakus, tak terkendali.

Mata Shanum membelalak. Dunia seolah berhenti berputar. Tangannya berusaha mendorong dada Sagara, tetapi pria itu jauh lebih kuat. Sebelah tangan Sagara menahan tengkuknya, menekan agar ia tidak bisa menghindar.

Air mata Shanum menetes, bukan karena sakit, tetapi karena ketakutan dan rasa tak berdaya. Dalam kepanikan, tangannya meraih rambut pria itu dan menjambaknya sekuat tenaga.

“Aaakh!” teriak Sagara kesakitan. Tendangan Shanum mengenai tulang keringnya hingga pria itu meringis, limbung, lalu jatuh ke kursi di belakangnya.

Shanum tak menunggu detik berikutnya. Ia berlari sekuat tenaga, menggenggam teko di tangan hingga hampir terlepas. Jantungnya berdetak kencang, napasnya tersengal.

Begitu tiba di kamar, ia mengunci pintu rapat-rapat. Tangannya gemetar. Tubuhnya masih bergetar hebat. Di dalam dadanya, rasa takut bercampur marah, sedih, dan bingung menjadi satu.

“Ya Allah, lindungi aku,” bisiknya pelan sambil menutupi mulut agar isakannya tidak terdengar.

Pagi menjelang, langit tampak tenang seperti tak terjadi apa-apa. Hati Shanum masih bergetar setiap kali mendengar langkah kaki dari arah luar kamar.

Shanum berusaha menyibukkan diri—menyusui, memandikan, dan mengganti popok si kembar lebih cepat dari biasanya, agar semua selesai sebelum Sagara turun ke halaman.

“Tumben anak-anak sudah selesai disusui,” komentar Mbok Iyem sambil menatap Shanum yang duduk di teras bersama dua bayi lucu di stroller.

Shanum menatap langit, berusaha tersenyum. “Cuaca hari ini bagus, Mbok. Udara masih segar, matahari juga hangat.”

Di balik senyum itu, dadanya sesak. Ia masih mengingat kejadian semalam seperti mimpi buruk yang menolak pergi.

Dari ambang pintu, Sagara berdiri memperhatikan mereka. Sorot matanya aneh, antara menyesal dan bingung. Kepalanya masih berdenyut, kakinya nyeri. Ia tidak ingat jelas apa yang terjadi malam itu, tapi samar-samar ia tahu telah melampaui batas terhadap Shanum.

Tubuh Shanum menegang ketika pria itu mendekat. Sagara mengambil stroller bayi dan mulai mendorongnya perlahan di halaman, sementara Shanum hanya bisa duduk diam.

“Apa Pak Gara lupa dengan kejadian semalam?” batin Shanum bergetar.

Shanum menatap sosok pria itu dari belakang. Pria yang selama ini ia hormati, kini membuat dadanya berdegup antara ngeri dan iba. Ia berharap pria itu benar-benar lupa karena tidak ada kata permintaan maaf, dan tidak ada kenangan yang harus diingat kembali. Sejak malam itu, Shanum berjanji tak akan pernah lagi keluar kamar ketika malam tiba.

***

Seminggu berlalu. Luka batin Shanum mulai sedikit memudar, digantikan rasa bahagia yang sulit ia sembunyikan ketika melihat sosok ayahnya datang.

“Ayah,” panggil Shanum begitu melihat Pak Samil berdiri di gerbang, membawa tas kecil di tangan. Ia berlari memeluknya. Air mata mengalir deras di pipinya.

Pak Samil menepuk lembut punggung putrinya. “Majikan kamu sangat baik, Nak. Maka kamu harus merawat anak-anaknya dengan sepenuh hati,” katanya dengan nada bergetar.

Shanum mengangguk, tersenyum di sela air matanya. “Aku menyayangi mereka, Yah. Seperti anakku sendiri.”

Shanum menatap si kembar dengan kasih yang tulus. Ketika salah satu dari mereka menangis, hatinya ikut perih.

Pak Samil menatap bayi perempuan yang tertidur di pelukan Shanum. “Ini bayi perempuan mirip sekali dengan kamu waktu kecil,” ujarnya sambil tertawa kecil.

“Mungkin Arsyla kebanyakan minum ASI aku, ya, Yah. Makanya mirip,” jawab Shanum terkekeh, suaranya pelan tapi bahagia.

Pak Samil kemudian menatap bayi laki-laki yang tengah tersenyum dalam stroller. “Dan yang ini, Abyasa. Lihat matanya saat tertawa mirip Alvin. Matanya membentuk bulan sabit, persis dia.”

Shanum tercekat. Ia baru sadar, setiap kali Abyasa tertawa, ekspresinya begitu mirip dengan mendiang suaminya. Ada rasa hangat yang aneh menjalari hatinya, antara rindu dan pilu yang tak terlukis kata.

Saat itu terdengar suara wanita dari dalam rumah.

“Shanum, mana kedua cucuku?”

Mereka menoleh bersamaan. Dari dalam rumah, muncul sosok elegan berwajah cantik, Mami Kartika, ibu Sagara. Tatapannya tajam namun berwibawa.

“Siapa dia?” tanya Mami Kartika sambil melirik ke arah Pak Samil yang tampak kikuk di teras.

“Nyonya, ini ayah saya. Beliau datang dari kampung untuk berterima kasih kepada Pak Gara karena sudah menolong kami,” jawab Shanum sopan.

Mami Kartika mengangguk ringan, matanya masih menelusuri wajah pria sederhana itu.

Pak Samil tersenyum canggung, menunduk hormat.

"Ayah, ini Nyonya Kartika, maminya Pak Sagara," lanjut Shanum.

“Kartika…?” batin Pak Samil pelan. Tatapannya berubah. Ia menatap wanita itu lama, seolah sedang berusaha memastikan sesuatu.

“Tidak mungkin. Apakah dia … orang yang sama itu?”

Terpopuler

Comments

Kar Genjreng

Kar Genjreng

waduh banyak teka-teki nih mungkinkah Alvin. ayah si kembar' keteika bersama sagara. sudah hamil Anak Alvin,,,,makanya begitu melahirkan langsung kabur karena takut ketahuan bahwa anak anaknya adalah bukan anak Sagara,,,,bisa jadi kan dan Kartika mengapa Ayah' Shanum. seolah. seolah-olah mengenal nya 🤭🤭. wah akan panjang nih ceritanya,,,ok lanjut,

2025-10-24

5

Kar Genjreng

Kar Genjreng

Sagara. mabok jadi Shanum. menjadi pengobat rindu dari bini yang kabur,,,, beruntung Shanum bukan Wanita yang mudah di goda atau wanita sengaja agar di goda. sekarang kalau sore isi teko dan jangan lupa kunci pintu bila perlu pasang gembok di dalam jadi tidak menggunakan kunci cadangan 😄😄

2025-10-24

1

Ita rahmawati

Ita rahmawati

jgn² anaknya sagara sm sonia meninggal terus dituker sm anaknya shanum dn alvin yg ternyta kembar 🤦‍♀️
dn ada apa sm ibunya sagara dn bapaknya shanum,,mantankah 🤣

2025-10-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!