Keesokan harinya, Alya bekerja seperti biasanya. Alya sendiri sudah terbiasa berada di departemen personalia, "Alya, ini buat persiapan rapat," ucap Niken.
"Ini materinya Maura, nanti aku kasih ke dia," ucap Alya.
"Bu Monica minta kamu yang rapat," ucap Niken.
"Tapi, aku gak ngerti materi sebelumnya soalnya Maura yang paham," ucap Alya.
"Yaudah deh, nanti kasih ke Maura aja," ucap Niken dan diangguki Alya.
Sore harinya, Alya pulang lebih cepat karena memang pekerjaannya sudah selesai. Begitu Alya turun dari ojek, para tetangga menatap rendah Alya dan berbicara mengenai batalnya pernikahan Alya.
"Padahal umurnya udah tua loh, udah 30-an, tapi belum nikah-nikah juga. Kemarin pernikahannya batal karena dia gak mau jadi istri kedua, udah untung ada yang mau nikah sama dia, eh malah ditolak," ucap tetangga Alya.
"Tau tuh, cantik juga gak terlalu, cantikan Izma Adiknya. Tapi, gayanya sok banget, perawan tua gak tau diri ya cuma dia," jawab lainnya.
Alya yang mendengarnya hanya diam, Alya tidak ingin menanggapinya karena apapun pembelaan yang Alya katakan semuanya akan sia-sia menghadapi orang seperti tetangganya itu.
"Assalamualaikum," salam Alya.
"Waalaikumsalam," jawab orang-orang yang ada di ruang tamu.
Betapa terkejutnya Alya ketika melihat Ivan dan Okta ada di ruang tamu, "Ngapain dia kesini?" tanya Alya.
"Nak Ivan ini baik loh, padahal kamu udah batalin pernikahannya. Tapi, Nak Ivan mau melamar kamu lagi," ucap Tante Lidya.
"Kalau Alya sih gak mau nikah sama dia, Tante Lidya aja deh yang nikah, Alya gak mau ikut-ikut lagi soal ini," ucap Alya.
"Alya dengarkan saya, sekarang Okta sudah setuju dengan kita, jadi bagaimana kalau pernikahan kita dilaksanakan lagi," ucap Ivan.
"Gak mau, lebih baik saya jadi perawan tua daripada saya harus menikah dengan pria yang sudah menikah," ucap Alya.
"Alya, kamu harus hargai niat baik Nak Ivan. Dia kesini cuma mau melamar kamu, kamu terima saja ya, Ibu yakin Nak Ivan pasti adil," ucap Ibu Riana.
"Ibu saja kalau begitu, sampai kapanpun Alya tidak akan mau menikah dengan dia. Ini hidup Alya, yang menjalani rumahtangga nantinya juga Alya bukan kalian, jadi tidak perlu memaksa Alya buat menerimanya," ucap Alya lalu masuk kedalam kamar.
Setelah penolakan Alya, semua orang di rumah tersebut seolah memusuhi Alya, tidak ada satupun dari mereka yang berbicara dengan Alya termasuk Ibu Riana hingga dua minggu berlalu, dimana Alya sudah bersiap-siap untuk pergi ke Makkah dan tidak ada satupun dari mereka yang tahu mengenai keberangkatan Alya.
Alya berangkat pukul 1 dini hari, rumah sudah sepi dan semuanya pun sudah masuk kedalam kamarnya, Alya hanya menuliskan sebuah surat dan ia taruh diatas mejanya.
Assalamualaikum, Ibu. Ini Alya, maafin Alya karena Alya belum bisa jadi anak yang berbakti pada Ibu, hari ini Alya ingin menenangkan pikiran dan hati Alya. Insyaallah, Alya akan segera kembali, doakan ya Bu semoga dalam menenangkan pikiran dan hati ini Alya bisa menjadi pribadi yang lebih baik, Alya sayang banget sama Ibu.
Setelah menempuh kurang lebih 11 jam perjalanan dengan pesawat, akhirnya Alya sampai di kota yang begitu suci bagi umat islam.
Saat ini jam menunjukkan pukul 8 pagi, sedangkan di Indonesia jam 12 siang. Hal tersebut karena perbedaan waktu antara Indonesia dan Arab dimana waktu Indonesia lebih cepat dibandingkan Arab.
Meskipun Alya pernah ke Makkah, tapi tetap saja rasa kagumnya tidak pernah hilang bahkan rasa kaumnya semakin hari semakin besar.
Alya pergi ke hotel tempat ia menginap dan memilih untuk beristirahat, karena Alya melakukan umrah mandiri sehingga Alya bisa leluasa menentukan jadwal untuk dirinya sendiri.
Siang harinya, bertepatan dengan salat zuhur, Alya bangun lalu membersihkan dirinya dan setelah itu ia keluar dari hotel untuk melaksanakan salat zuhur di Masjidil Haram atau dalam bahasa Arab Al-Masjid Al-Haram.
Sesampainya Alya di Masjidil Haram, Alya melaksanakan salat tahiyatul masjid terlebih dahulu dan setelah itu barulah Alya melaksanakan salat zuhur di Masjidil Haram.
Setelah salat, Alya memilih untuk membaca Al-Qur'an. Cukup lama Alya berada di Masjidil Haram, ditengah bacaannya tangisan Alya tidak dapat ditahan lagi, air matanya tidak ingin berhenti bahkan dadanya sudah terasa sakit dan bahunya pun sudah naik turun.
"Ya Allah, maafkan hambamu ini yang datang ke rumahmu hanya ketika ada masalah hiks hiks hiks. Hamba mohon ampun Ya Allah, hamba terlalu banyak melakukan kesalahan yang bahkan tidak pantas untuk dimaafkan, tapi engkau maha pengampun Ya Allah, ampuni dosa-dosa hambamu ini hiks hiks hiks," doa Alya.
Alya mengakhiri bacaannya dan membaca dzikir, dari tempatnya Alya menatap ka'bah dari kejauhan. Air matanya kembali mengalir tanpa bisa ia cegah, kali ini tangisan Alya terdengar begitu perih, banyak orang yang ada disana menatap sedih Alya, mereka tidak tau masalah apa yang dihadapi Alya hingga tangisan Alya begitu menyakitkan bagi mereka yang melihatnya.
Tak terkecuali seorang Ibu-ibu yang sejak tadi berada di Masjidil Haram untuk melaksanakan salat, Ibu-ibu tersebut melihat bagaimana sedihnya Alya ketika membaca Al-Qur'an tadi hingga setelah Alya menyelesaikan bacaannya dan berdiam diri lalu kembali menangis.
"Masalah apa yang kamu hadapi wahai anak muda? mengapa tangismu begitu memilukan?" tanya Ibu-ibu tersebut.
"Umi Fatimah, ayo kita ke hotel," ajak Bu Fitri.
"Kamu duluan saja, saya masih mau disini," ucap Umi Fatimah.
"Tapi, rombongan sudah keluar Masjidil Haram," ucap Bu Fitri.
"Tidak apa-apa, saya tahu hotel tempat kita menginap," ucap Umi Fatimah.
"Umi sedang lihat apa?" tanya Bu Fitri karena melihat Umi Fatimah yang begitu fokus melihat ke depan.
"Lebih baik kamu kembali ke rombongan, bilang kalau saya sekalian sholat Ashar disini," ucap Umi Fatimah dan diangguki Bu Fitri.
Setelah kepergian Bu Fitri, Umi Fatimah kembali menatap Alya yang masih menangis hingga beberapa saat kemudian tangisan Alya pun mulai reda, Alya mengusap air mata yang membasahi pipinya.
Alya berada di Masjidil Haram hingga malam hari, sekitar pukul 9 malam barulah Alya kembali ke hotel. Begitu Alya sampai di hotel, Alya melihat ke luar jendela dimana terlihat lautan manusia yang berada di luar hotelnya.
"Ya Allah, semoga setelah ini keluargaku berubah dan menerima segala keputusanku, aku capek Ya Allah kalau harus berhadapan dengan mereka," gumam Alya.
Alya membersihkan tubuhnya lalu melihat ponselnya karena memang sejak sampai di Makkah, Alya belum membuka ponselnya sama sekali.
Begitu Alya membuka ponselnya, terdapat panggilan dan pesan dari keluarganya mulai dari Ibu Riana, Tante Mira, Om Ilham dan Izma.
.
.
.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
darsih
semangat kaka lanjut ka cerita nya
2025-10-21
1
nuraeinieni
bagus tuh aliya fokus ibadah saja,biarkan skenario allah yg bicara.
2025-10-21
0