Aisya yang merasa ngeri jika harus berlama-lama berduaan dengan si Kakek yang terkesan memaksa menikah dengannya.
Aisya yang kesal akhirnya memutuskan untuk pergi dari sana, tanpa menjawab lamaran dari sang Kakek. Lagian ia harus melanjutkan perjalanannya ke kota. Sang Kakek menatap punggung Aisya yang menjauh dengan tatapan penuh arti.
Kembali ke atas jembatan, Aisya celingukan mencari kang ojek yang tadi mengantarnya. Saat ia terlalu fokus pada si kakek sampai tak menyadari kang ojek sudah pergi entah ke mana.
"Ya ampun, gini amat dah nasibku. Dicampakkan camat, sekarang kang ojek ikut-ikutan ninggalin lagi," gumam Aisya, meratapi nasibnya.
Dengan perasaan kesal karena lamaran mendadak dari kakek-kakek di bawah jembatan, ia kembali menggerutu.
"Dasar aki-aki! Emangnya aku se-jompo itu apa? Sampai dilamar? Si Rani aja nikah sama satpol Hendra yang tampan, Dewi sama Dimas, dosen incaran kaum hawa. Trus … aku sama opa-opa? Huaaa!! Gini banget sih nasib jomblo dari lahir!" seru Aisya frustrasi. Kepalanya terasa berasap sekarang.
Tak lama kemudian, sebuah mobil angkutan berhenti di depannya.
"Aisya, ngapain kamu di sini?" tanya seorang pria dari balik kemudi. Rupanya Bang Tatan, supir angkot yang dikenalnya.
"Eh, Bang Tatan. Mau ke terminal, tapi dari tadi nggak ada angkutan yang lewat," jawab Aisya dengan wajah lesu. Bahunya merosot lemas.
"Jam segini mana ada lagi angkutan ke sana, ini sudah jamnya angkutan balik," jawab Bang Tatan, Ia menggeleng prihatin.
"Terus gimana dong! Masa balik lagi sih!" keluhnya. Ia enggan membayangkan harus kembali ke desa, menghadapi tatapan sinis dan bisik-bisik tetangga.
"Jadi gimana, mau nunggu di sini, atau ikut balik ke desa," tanya Bang Tatan lagi.
Merasa tak punya pilihan lain, Aisya akhirnya mengangguk pasrah. Tidak mungkin juga ia menginap di bawah jembatan seorang diri.
"Ya udah deh, Bang. Balik aja," putusnya lesu.
Ia segera naik ke dalam angkutan dengan perasaan campur aduk. Sambil menatap keluar jendela, ia kembali mengenang kejadian yang menimpanya dalam dua hari ini.
Setelah satu jam, akhirnya ia sampai di persimpangan jalan menuju rumahnya. Aisya langsung turun setelah membayar ongkosnya, dengan langkah gotai, ia kembali mengenang nasibnya, saat menatap kearah tenda pengantin yang masih berdiri kokoh di sana, tapi sayang pengantinnya pasti bukan lagi dirinya.
hatinya kembali berdenyut nyeri, Aisya terus membawa langkahnya menuju rumahnya, tatapan sinis dan bisikan para warga yang mencibirnya terdengar samar.
Andai aku menguasai tiga elemen: air, udara dan tanah, tak perlu pikir dua kali pasti akan aku tiup tuh tenda sampai ke laut samudera, biarin aja tuh si Riska sama Adrian akad nikah di tegah laut, kalau bisa mereka menetap di sana sampai beranak cucu," gerutunya dalam hati sambil melangkah pulang.
"Hay! Aisya," sapa Riska yang tiba-tiba muncul mengangetkan Aisya yang lagi megerutu kesal.
"Eh! Buset dah! Cobaan apa lagi ini, sudah menghindar juga. Curiga nih! Riska pasti salah satu saudaranya jelangkung, datang tak di undang, balik naik odong-odong pasti," gerutu Aisya dalam hati. Ia berusaha menyembunyikan kekesalannya di balik tatapan dingin.
"Hm! Mau apa lagi?" ketus Aisya. Nada bicaranya terdengar tak bersahabat.
"Biasa aja dong! Mukanya!" sindir Riska sinis. Ia menyeringai puas melihat ekspresi kesal di wajah Aisya.
"Nggak bisa. Muka aku udah cantik dari lahir! Jadi nggak bisa biasa aja. Kenapa emangnya, masalah buat lo?" tantang Aisya. Ia berusaha bersikap cuek, meskipun hatinya terasa perih.
"Ih! PD-nya! Di rumah nggak ada kaca besar pasti! Ngaca dong! Mending cepet balik gih! Di rumah ada kakek-kakek yang aku denger-denger sih, mau ngelamar kamu!" ujar Riska dengan tawa meremehkan. Ia merasa diatas angin karena berhasil merebut Adrian yang tampan dari Aisya. Sekarang, ia bahkan mengejek Aisya yang akan dilamar oleh seorang kakek-kakek.
"Apa?" Aisya tersentak kaget. Jantungnya berdebar semakin kencang. Jadi, kakek-kakek itu ada di rumahnya sekarang?
"Dasar kakek-kakek! Gara-gara dia, aku jadi diketawain si Riska. Ketawanya renyah banget lagi, kayak kerupuk baru keluar dari penggorengan," geram Aisya dalam hati. Ia mempercepat langkahnya menuju rumah.
"Selamat ya, Aisya! Semoga langgeng sama kakek-kakek!" teriak Riska, lalu tertawa penuh kemenangan. Tawanya menggema di sepanjang jalan.
Sepanjang jalan menuju rumah, Aisya mendengar bisikan-bisikan tetangga yang membicarakannya. Beberapa dari mereka bahkan tertawa mengejek.
"Duh! Malu, banget aku! Masak sih! Aku di lamar Kakek-kakek bukannya oppa-oppa? Minimal oppa versi lite gitu! yang ngelamar? Masak sama opa-opa, aki-aki, mbah-mbah atau apalah namanya itu, bisa-bisa nanti aku viral kayak drama film yang sempat ramai di mensos, 'Walid nak Aisya boleh?' Huaaa!! Suram bangat sih nasib aku! Apa nggak ada pangeran bertopeng gitu! Yang muncul tiba-tiba nyelamatkan gadis malang ini?" Ia terus menggerutu dalam hatinya.
Mata Aisya terasa panas, air mata mulai menggenang di pelupuk mata. Hatinya merasa sesak saat orang-orang mencibir dirinya tanpa perasaan. Ia merasa begitu malu, sedih, dan putus asa. Nasibnya benar-benar terasa seperti lelucon yang pahit.
Aisya terus berjalan, melewati orang-orang yang sedang berbisik membicarakan tentang dirinya. Gagalnya pernikahan dirinya dan Adrian sudah menjadi buah bibir di desanya.
Aisya mempercepat langkahnya berharap segera sampai di rumah dan bersembunyi dari semua tatapan sinis dan bisikan mengejek itu.
Di tenda sendiri pesta rakyat sudah di mulai sejak tadi, banyak para warga yang berdatangan untuk menonton, atau sekedar mencari hiburan. Siapa saja boleh datang dan bernyanyi sesuka hati di atas panggung sana.
"Eh! Aisya, selamat ya. Akhirnya kamu nggak batal nikah! Seenggaknya masih ada yang ngelamar kamu, meskipun udah kakek-kakek sih! Kapan nih, acaranya?" sindir Bu Nining, yang terkenal sebagai ratu gosip di desanya.
Aisya terpaksa menghentikan langkahnya, ia menarik nafas dalam-dalam sebelum mulai mengeluarkan kata-kata mutiaranya.
"Kapan acaranya? Bu Nining juga kapan nih! Botaknya? Tuh rambut rontok mulu!" ceplos Aisya sewot.
Senyum sinis Bu Nining seketika memudar, kaget dengan keberanian Aisya.
"Orang cuman nanya juga!" sungut Bu Nining yang hanya berani mengomel dengan suara pelan.
Namun kekesalannya tak berhenti di situ, beberapa langkah kemudian ia kembali menghentikan langkahnya.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
azela
ha ha lucu bangat sih Aisya ternyata absrud juga/Grin//Grin//Grin/
2025-10-20
1
afifah aefa 🇲🇾💜🇵🇸
Hahahaha sampai ke sini walid😂
2025-10-11
2
Ita Xiaomi
Kocak pantang menyerah nih si kakek cosplay 😁
2025-10-09
3