bab 5

"Ya wis, kamu kalo mau jadi hafidz quran belajar yang rajin, jangan lupa puasa senin kamis!" Kata sena mengalihkan obrolan.

Dalam hatinya ia sangat sedih mendengar bahwa kehidupan keluarga kandungnya berbanding terbalik dari dirinya.

"Kamu terusin ngobrol sama abah, nanti nyusul ke gazebo paling belakang ya!" Kata sena lagi, kemudian pergi ke kamarnya.

"Nggih kang." Jawab lukman.

"Dia sena, anak abah, dia bisa tau apa cita citamu masuk pondok, kamu pengin jadi hafidz kan?" Tanya abah setelah sena pergi ke kamar.

"Nggih abah, saya kaget tadi kang sena bisa tau cita cita saya, padahal saya belum cerita." Jawab lukman.

"He he he he.... kalo cita citamu kepengin tercapai ya ikutin apa kata sena tadi!" Kata abah lagi.

"Nggih abah, insyaAllah akan saya laksanakan." Jawab lukman.

Obrolan berganti topik, abah yai yang dominan bertanya pada lukman, tentang keluarga lukman dan kehidupannya.

Sampai jam 10 lukman di minta menyusul sena di gazebo paling belakang, tepatnya di pojokan tembok keliling pondok.

"Assalamualaikum ustadz!" Kata lukman, kini rasa canggung dan malunya sedikit hilang.

"Waalaikumsalam!" Jawab semua yanga da di gazebo.

"Sini naik man, duduk sebelah kang fuad!" Kata sena menyuruh lukman naik gazebo.

Lukman menurut naik, sebelum duduk ia menyalami semua yang ada di gazebo.

"Kamu harus muali belajar melek malam man, jadi nanti terbiasa!" Kata sena pada lukman lagi.

"Nggih tadz!" Jawab lukman.

"Nah sekarang aku mau ngomong sama kalian semua, sebelumnya aku minta maaf jika selama mendampingi kalian aku banyak salahnya, terutama sering nyuruh itu ini." Kata sena membuka obrolan serius.

"Mulai besok kalian akan didampingi kang mus." Lanjut sena.

"Memangnya kang sena mau kemana?" Tanya kang badri.

"Merantau kang!" Jawab sena sekenanya.

Kemudian sena menceritakan pada santrinya tentang rencananya pergi dari pondok.

Sena juga menitipkan lukman pada santri senior agar di bimbing dan ditemani biar merasa betah di pondok.

"Begitulah kakang semua, sekali lagi aku pamit, insyaAllah kapan kapan kita bisa bertemu lagi, aku titip lukman pada kalian!" Kata sena menutup pembicaraan malam ini.

"Nggih kang sena siap!" Jawab para santri.

Jam 2 sena menyudahi obrolan dan ngajinya, sengaja agar setaminanya terjaga saat perjalanan besok.

Adzan subuh berkumandang, sena sudah terbangun dan sudah rapih tinggal jalan ke masjid.

Sampai masjid sena diminta abah untuk jadi imam, alasanya sebagai salam perpisahan sebab nanti jam 7 sena akan berangkat ke kota P.

Stelah sarapan seperti biasa keluarga abah besantai di ruang keluarga.

"Aku udah transfer buat bekal dan modal kamu sen." Ucap gus rofik mengawali perbincangan.

Seketika ponsel sena berdering ada notif M banking.

"Kebanyakan ini mas!" Ucap sena setelah melihat yang uang yang di tranfer kakaknya.

"Memang masmu transfer berapa sen?" Tanya abah.

"500 juta bah, sena juga masih ada tabungan dari pas magang jadi penyuluh peternakan waktu lagi bikin skripsi."jawab sena.

"Udah kamu pake saja, lagian selama kamu ngajar di pondok gaji kamu ga pernah di ambil!" Ucap gus rofik menjelaskan.

"Ya wis, anggap itu gaji kamu selama ini!" Kata abah menambahi.

"Wis ga usah protes!" Ucap gus mustofa saat melihat sena akan ngomong lagi, Seketika sena jadi urung bicara.

"Ya wislah, maturnembahnuwun abah, umi, mas rofik dan mas jones!" Kata sena pada akhirnya.

"Weh,ganti lagi nama kakamu sen?" Tanya abah sambil tertawa kecil.

"Ha ha ha ha...... jones apa lagi sen?" Tanya rofik sambil tertawa.

"Jomblo ngenes!" Jawab sena yang kemudian sudah dipiting oleh mustofa sang kakak.

Seketika ruangan jadi ramai penuh tawa, meski korbanya selalu mustofa yang jadi objek keisengan sena.

Namun begitulah anak anak abah farid dan umi fatimah, biar saling meledek namun tak pernah bertengkar betulan, ujung ujungnya tertawa bersama.

Tepat jam 7 sena berpamitan pada abah, umi dan kedua kakaknya.

"Sena pamit abah, mohon doanya selalu biar sena menjadi anak yang berbakti." Ucap sena saat menyalami abah dengan takzim.

"Iya le, hati hati di jalan, pandailah membawa diri, buat orang tuamu disana bangga, tetaplah jadi sena yang dermawan!" Ucap abah yang kini memeluk sena.

"Sena pamit umi, maafkan sena yang selalu merepotkan umi, dan terimakasih sudah merawat sena selama ini." Kata sena kini beralih pada umi fatimah.

"Iya le, hati hati, tak ada yang repot bagi umi kalo untuk anak anak umi, kamu jaga diri baik baik, selalu kabari umi!" Jawab umi ditengah isak tangis memeluk sena.

"Nggih umi, sena akan selalu ingat pesan umi, sena akan tetap jadi anak umi meskipun jauh." Ucap sena sambil melepas pelukannya pada umi fatimah.

"Sena pamit mas, salam buat mba sita dan keponakan gantengku burhan." Kata sena saat berpamitan pada rofik.

"Iya sen, nanti mas sampaikan, kamu hati hati, kalo butuh bantuan atau sesuatu jangan sungkan, segera kabari mas!" Jawab rofik juga memeluk sena.

"Iya mas, terimakasih." Jawab sena.

"Sena pamit mas mus, terimakasih sudah memilih aku jadi adikmu, maaf jika selama ini sering gangguin dan jail sama mas mus." Kata sena langsung memeluk mustofa.

Mustofa tak bisa berkata kata, hanya suara tangis yang keluar dari mulutnya.

Dekapan mereka begitu erat, seakan enggan dipisahkan.

Bagaimana tidak, mustofa lah yang dulu merengek meminta sena ikut pulang ke pondok bersama abah dan uminya.

Mustofa lah yang menjaga, mengajari dan menemani sena, bahkan menghibur sena saat sena menangis.

Dan kini mesti berpisah, meski jarak kota S dan kota P hanya 6 jam perjalanan, namun jelas rasa rindu akan menghampiri.

"Terimakasih sen, sudah mau menjadi adikku, maafkan masmu ini, jika sering memarahi dan mengganggumu, datanglah kapan saja, di sini juga masih rumahmu." Kata mustofa yang sudah agak tenang suasana hatinya.

"Iya mas, sena pasti datang ke sini lagi." Jawab sena.

Sekeluarga mengantar sena sampai depan, sena menggendong ranselnya naik ke vespa dan menjalankan dengan pelan meninggalkan pondok.

2 jam perjalanan, memasuki kota T sena memutuskan untuk istirahat, mesin vespanya butuh pendinginan, dan sena sendiri butuh asupan kopi.

Sena menepikan vespanya tepat di depan warung rames, sebab pasti disana tersedia kopi.

"Monggoh mas silahkan, kalo mau makan monggoh ambil sendiri!" Kata bapak pemilik warung dengan sopan.

"Saya pesan kopi hitam saja pak." Jawab sena.

"Oh siap, pake gula apa pahitan mas?" Kata bapak itu lagi.

"Pake gula sedikit pak." Jawab sena.

"Nggih mas, di tunggu sebentar!" Jawab bapak warung kemudian ke dalam.

Setelah istirahat dirasa cukup dan kopi pun sudah habis, sena melanjutkan perjalanannya ke kota P.

Masuk kota W sena mampir SPBU untuk mengisi bahan bakar dan rehat sebentar meregangkan otot otot badanya.

Ia duduk di kursi kantin pojok SPBU, meminum air mineral yang ia beli di kantin tadi, dan kemudian menyalakan rokoknya.

Sena melihat jam tangannya, 11:00 nanggung kalo mau jalan sebentar lagi waktu dhuhur datang, sena memutuskan untuk menunggu waktu dhuhur sambil memainkan ponselnya.

Saat sedang asik main ponsel sena dikejutkan dengan kedatangan wanita muda menggendong balita usia 1tahun dan menggendong ransel besar akan duduk di sebelahnya.

"Permisi mas, numpang duduk." Ucap wanita itu.

"Oh silahkan mba." Jawab sena bergeser sedikit ke arah kanan.

Wanita itu meletakan ranselnya di bawah kemudian duduk di samping sena.

"Waaaaaaaaaaa!!!!! Num, num bun." Seketika anak dari wanita itu menangis kencang.

"Cup, cup, cup, iya nanti beli minum de, bunda istirahat dulu ya, habis sholat kita jalan lagi." Kata wanita itu menenangkan anaknya.

Terpopuler

Comments

ginevra

ginevra

ceritanya seru

2025-10-26

1

Hoa xương rồng

Hoa xương rồng

Membuatku terhanyut.

2025-10-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!