Saat akan masuk masjid setelah wudhu sena bertemu dengan teman semasa SMA nya.
"Weh gus sena, gimana kabarnya nih?" Tanya teman sena yang bernama tony.
"Alhamdulillah ton, kamu gimana kabar, kerja dimana sekarang?" Tanya sena balik.
"Alhamdulillah sehat sen, aku kerja di pabrik pengolahan susu." Jawab tony.
"Alhamdulillah, jadi tinggal nikah dong." Kata sena lagi.
"Belum berani sen, he he he...." jawab tony.
"Kita lanjut nanti ngobrolnya, sekarang sholat dulu ton!" Kata sena menjeda obrolan mereka.
Setelah sholat sena mengajak tony ke warung depan masjid, biar ngobrolnya lebih asik ditemani kopi.
"Kita ke warung depan saja ton, jadi ngobrolnya lebih asik kalo sambil ngudud." Kata sena mengajak tony.
"Ayo gass lah!" Jawab tony.
Berdua melangkah ke warung, sena pesan kopi hitam dan tony pesan kopi susu.
"Mentang mentang di pabrik susu, kopi juga harus di campur susu ton." Ujar sena meledek tony.
"Ha ha ha ha... bukan gitu sen, aku kalo kopi hitam ga kuat lambungnya." Jawab tony.
"Asal di imbangi air putih insyaAllah ga papa ton." Kata sena lagi.
Obrolan terus berlanjut, sena terus bertanya tentang pengolahan susu, sampai tanya soal dapat bahan bakunya dari mana saja, dan ternyata tony di pabrik susu adalah manager logistik.
Tak terasa sudah jam 5 sore, setelah bertukar nomer ponsel sena dan tony berpisah.
Sampai pondok setengah 6, sena lekas mandi dan langsung menuju masjid, sampai masjid sudah banyak santri dan santriwati.
"Ndul, adzan!" Ucap sena memerintah salah satu santri untuk adzan, sambil menepuk pundaknya.
Sena memang selalu memanggil ndul pada santri yang belum ia kenal, atau santri baru.
Santri itu langsung maju untuk melaksanakan adzan.
Mungkin karena baru pertama kalinya jadi suara adzan agak sedikit bergetar karena grogi.
"Tak apa, namanya juga latihan, berlatih terus sama ustadz mustofa!" Kata sena pada sang santri setelah selesai adzan terlihat malu.
"Nggih ustadz!" Jawab sang santri.
Tak lama kemudian abah masuk masjid di ikuti mustofa dan rofik.
"Iqomah sen!" Printah abah.
"Ndul iqomah!" Ucap sena pada santri yang tadi adzan.
Meski grogi namun santri itu tak bisa membantah, ia segera berdiri dan mengumandangkan iqomah dengan nada bergetar.
Sholat maghrib dilaksanakan, abah yang menjadi imamnya.
Setelah sholat dan bersalaman dengan abah dan jamaah di samping kanan kirinya sena mundur dan memanggil santri yang tadi adzan.
"Ndul sini!" Kata sena melambai tangan pada santri itu.
"Dalem ustadz!" Kata santri setelah mendekat pada sena.
"Namamu siapa?" Tanya sena yang kini merangkul pundak santri.
"Lukman ustadz." Jawab santri sambil menunduk dengan kedua tangan saling pegang didepan.
"Ikut aku!" Kata sena masih merangkul lukman, mengajak lukman ke kamarnya yang ada di samping ndalem kiyai.
"Aslimu dari mana?" Tanya sena saat sudah sampai depan kamar.
"Kota P ustadz, baru 2 minggu di sini." Jawab lukman.
"Ini sarung sama peci buat kamu, juga ada kitab kitab buat kamu belajar, ya wis, kamu boleh balik ke pondokmu!" Kata sena menyuruh lukman balik kepondoknya sendiri.
"Nggih ustadz, maturnembahnuwun!" Jawab lukman membungkuk hormat pada sena.
Abah dan mustofa yang melihat dari kejauhan menghentikan lukman saat lewat depan mereka.
"Santri, sapa namamu?" Tanya mustofa.
"Dalem yai, ustadz, saya lukman." Jawab lukman.
"Kamu disuruh ngapain sama sena nak?" Tanya abah.
"Ngapunten abah yai, saya hanya dikasih sarung, peci, sama beberapa kitab buat belajar." Jawab lukman jujur.
Abah manggut manggut dan tersenyum, sebab sangat tahu maksud sena memberikan sarung dan pecinya pada lukman.
"Nanti sehabis isya kamu ketemu abah di ndalem!" Perintah abah, kemudian melanjutkan jalan ke ndalem.
"Nnggih abah yai." Jawab lukman masih menunduk sopan.
Adzan isya berkumandang, kali ini santri senior yang melantunkan seruan sholat itu.
Para santri langsung berbondong ke masjid, melihat masjid sudah penuh dan dirasa sudah siap semua, sena memerintahkan iqomah.
Kali ini sena yang jadi imam, kebetulan tamu abah yai baru pamit pulang saat adzan dikumandangkan, jadinya tak bisa ikut berjamaah di masjid.
Setelah sholat selesai abah yai sekeluarga makan malam bersama.
"Sen, nanti kamu masih mulang ngaji?" Tanya abah setelah selesai makan malam.
"Masih abah, sekalian pamitan sama santri." Jawab sena.
"Tadi kamu ngasih sarung sama peci dan kitab ke lukman kan?" Tanya abah lagi.
"Iya abah, lukman dari kota P, sena rasa lukman punya potensi jadi anak hebat, mungkin kelak bisa jadi hafidz quran kalo mau belajar tekun." Jawab sena lagi.
Abah yai hanya senyum dan manggut manggut.
"Ya wis, tadi lukman abah suruh kesini, tapi belum datang juga." Kata abah selanjutnya.
Lalu terdengar ketukan pintu dan ucapan salam, sena berjalan membuka pintu.
"Kang fuad, ada apa kang, monggoh masuk." Kata sena setelah menjawab salam dan membukakan pintu.
"Ngapunten gus, cuma mau nganter lukman, katanya dipanggil abah yai, tapi ga berani kesini sendiri." Jawab fuad.
"Cek!! Gus lagi gus lagi! Ya wis, sini masuk man!" Kata sena lagi sambil protes ke fuad sebab masih memanggilnya dengan sebutan gus.
"He he he he.... ya wis masuk sana man, saya pamit ke pondok lagi gus, eh, kang sena!" Kata fuad dengan badan sedikit membungkuk.
"Iya kang silahkan, nanti jam 9 sudah pada kumpul ya!" Jawab sena.
"Nggih siap kang!" Jawab fuad kemudian undur diri ke pondok setelah mengucap salam.
"Masuk man, sini duduk!" Perintah sena mengajak lukman masuk.
Lukman mengikuti masuk, saat akan duduk di lantai sena langsung menarik lukman agar duduk di sofa.
Abah yai keluar dari ruang keluarga, lukman menyambut dan menyalami dengan takzim kemudian duduk lagi di samping sena.
"Umurmu berapa man?" Tanya abah yai.
"Mau 11 abah yai." Jawab lukman dengan duduk tangan diapit kedua kaki dan kepala menunduk.
"Santai saja man, jangan tegang gitu!" Kata sena sambil merangkul pundak lukman.
"Nggih gus." Jawab lukman.
"Cek! Ketularan fuad kamu manggil aku gus!" Kata sena sedikit kesal.
"Ha ha ha ha...... jangan panggil sena gus man! Panggil kang saja, nanti kalo kamu panggil gus terus bisa marah beneran dia." Kata abah yai menjelaskan pada lukman.
"Nggih abah, maaf kang sena, saya tidak tau." Jawab lukman polos.
"Ya wis gapapa, kamu katanya dari kota P, tepatnya daerah mana?" Tanya sena kembali ke pembicaraan awal.
"Desa banjarsari kang, agak jauh dari pusat kotanya." Jawab lukman.
Degh!
Sena kaget dan abah pun demikian.
"Kamu kenal sama pak hidayat man?" Tanya sena langsung pada lukman.
"Pak hidayat!?
Kalau pak hidayat ayahnya mas abi saya kenal kang." Jawab lukman.
"Ibunya abi namanya siapa?" Tanya sena lagi.
"Ibunya mas abi namanya bu siti, tapi kadang ada yang panggil bu am." Jawab lukman lagi.
Dari jawaban lukman sena yakin kalo itu adalah ayah dan ibu kandungnya.
"Pak hidayat kerjanya apa man?" Tanya sena lagi.
"Pak hidayat kerjanya tukang bangunan kang, dulu pernah kerja pas mbangun rumah saya, kalo bu am kadang ikut jadi buruh panen kalo lagi musim panen padi." Jawab lukman jujur, sebenarnya ingin bertanya mengapa sena menanyakan pak hidayat, namun perasaan tak enak menguasai dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments