Bab 4 : Keluarga Sebastian

~Anak Sultan

"Biar Nja yang buka!" seru senja, melompat-lompat menuruni anak tangga dengan lincah dari ujung kamarnya.

Ia menarik pintu kokoh yang berat dengan kedua tangannya yang montok. Wajah Samudra dan Shaka menyapanya dengan seulas senyuman terukir di wajah.

"Kakak... !" teriak Senja lantas menubruk tubuh jangkung milik kedua kakaknya.

"Hai gemoy! Ka Sam kangen kamu pipi embem!" seru Samudra seraya mencubit pipi putih nan tembem milik Senja

"Pipi bakpau, udah mandi belum. Bau acem!" ejek Shaka.

"Aku udah mandi lho!" jawabnya mengerucutkan bibirnya yang merah. "Kakak gendong!" teriaknya pada Samudera.

"No! Your body is very heavy," tolak Sam membuat bibir Senja semakin mengerucut.

Mata Senja melirik Shaka, pria itu mengangkat bahunya sekilas lalu berlalu meninggalkan senja.

"Percuma ya aku punya kakak yang tampan dan ganteng tapi nggak sayang padaku!" omelnya sambil menghentakkan kakinya berkali-kaki di lantai marmer.

Di balik punggung Senja, berdiri dengan tegap seorang pria muda berusia belasan menatap Senja dengan tatapan berkilat. 'Sepertinya ini gadis yang selalu dibicarakan Sam padaku. Tidak salah lagi meski tubuhnya gendut tapi wajahnya rupawan. Anak Sultan memang damage nya gak main-main! Ayo Gavin tebarkan pesonamu di depan Anak Sultan ini," gumamnya dalam hati.

"Hai Nona kecil! Kamu bisa mengandalkan ku. Tulang dan ototku lebih kuat dari mereka," ucap Gavin penuh rayuan.

Senja memutar tubuhnya dan seketika mematung melihat sosok pria muda tampan di hadapannya, "Ka—kamuu siapa?" tanyanya masih dengan wajah takjub.

"Perkenalkan aku Gavin, teman satu team kedua kakakmu." Gavin mengulurkan tangannya di hadapan Senja.

"Se— Senja... " sambutnya lirih

"Bagaimana? Jadi kamu mau naik ke punggungku, my princess?" tanyanya dengan panggilan yang manis. Gavin memasang punggungnya untuk dinaiki Senja.

"T—tidak usah, tidak perlu." Wajah Senja merona, ia bergegas meninggalkan ruang tamu dimana Sam, Shaka dan Gavin berkumpul di sana.

Setengah berlari Senja menemui Deswita di halaman belakang. Gadis bertubuh langsing dan memiliki tinggi semampai itu sedang menyiram tanaman di kebun bunga milik keluarga Sebastian Prawiranegara.

Brugh!

"Aww ... Senja! Kamu membuat bajuku kotor!" pekik Deswita saat tubuhnya terpelanting karena tubuh Senja menabraknya.

"Ma—maaf Wit, aku mau ngasih tahu kamu, di depan ada cowo ganteng. Sepertinya hari ini adalah hari keberuntunganku. Dia harus jadi crush aku!" seru Senja melompat-lompat dengan bahagianya.

Deswita mengulas senyuman palsu, di balik topengnya, jiwa rivalitasnya bergetar. Ia ingin tahu setampan apa pria yang ditaksir anak majikannya.

"Wita!" panggil bu Mira kepala pelayan di kediaman Senja. "Di depan ada tamu, buatkan minum untuk mereka dan bawakan juga cemilan kesukaan den Shaka."

"Baik mam!" jawab Wita.

~Rayuan Dan Rencana Jahat

Deswita melipat selang lalu menatap Senja dengan mata berkilat, "ayo Nja' kita lihat seberapa tampan crush kamu itu!" ucapnya, di mata Senja tingkah aneh Deswita seperti dukungan seorang sahabat yang ikut berbahagia dengan kebahagiaannya. Tapi jauh di lubuk hati Deswita, apa yang Senja miliki harus menjadi miliknya.

"Aku malu, Wit! Sampai sekarang kakiku masih gemetar, nggak sanggup lagi aku ke sana. Kamu aja gih yang ke sana. Aku ingin tahu penilaianmu tentang cowo itu," ujarnya, ia mendorong lembut tubuh Deswita untuk segera membawakan minuman.

"Yakin nih nggak mau ikut, ntar nyesel lho kalau dia kepincut padaku!" jawab Deswita penuh racun.

"Aku tahu kamu tidak akan mengkhianati aku, iya kan Wit?" tanya Senja polos

"Tentu saja tidak. Itu tidak mungkin, dia adalah crush kamu, aku akan mendukungmu sampai kalian jadian. Ya sudah balik ke kamar gih, nanti aku sampaikan salam kamu untuk cowo itu!" ucapnya penuh janji palsu seperti janji para caleg yang kita dengar setiap lima tahun sekali itu.

Deswita berjalan dengan anggun ke arah ruang tamu, tangannya memegang nampan yang berisi minuman dingin dan beberapa cemilan di dalam toples untuk Shaka. Setiap langkah terukur, pinggulnya yang ramping bergoyang dengan lembut. Bibir yang sudah diberi perona dengan warna lembut, terus menampilkan senyuman.

"Hallo ka Sam, ka Shaka, selamat datang... " sapa Deswita, matanya langsung menangkap sosok Gavin yang tadi dibicarakan Senja.

"Hai Wit, letakkan minumannya di atas meja. Setelah itu siapkan baju rumah untukku di kamar," titah Sam dengan tatapan ramah.

Gadis itu mengangguk lembut, tapi tatapannya tidak bisa lepas dari sosok pemuda seusia anak majikannya yang sedang tertunduk dan fokus melihat layar handphonenya.

'Lumayan... Mata gadis overweight itu memang tahu mana produk berkualitas," gumam Deswita dalam hatinya.

Ia meletakkan nampan di atas meja. Saat posisinya akan berjongkok di sisi meja, dengan sengaja Deswita menyentuhkan bokongnya ke sisi kaki Gavin. Pria muda yang sejak tadi hanya fokus ke handphone kini beralih ke arahnya.

"Owh maaf, tidak sengaja," ucapnya, tatapannya penuh rayuan.

Gavin terperanjat, matanya nyaris tidak berkedip saat melihat Deswita. Dia yang terkenal playboy di sekolah, baru kali ini melihat gadis cantik yang terlihat lembut namun diam-diam berani menggodanya dengan cara yang elegan. Mata Gavin memindai Deswita dari atas hingga bawah. Gadis itu membalasnya dengan senyuman manis.

"Silahkan di minum, permisi... " ucapnya sopan dan suaranya dibuat semerdu mungkin.

Kedua majikannya tidak ada yang menjawab keramahan Deswita, mereka sibuk dengan gawai dan larut dalam permainan mobile legend. Sementara Gavin sudah jauh meninggalkan keseruannya dengan gawai karena gadis muda di depannya sudah menarik perhatiannya. Tatapan Deswita seakan menyambut tatapan penasaran Gavin padanya, gadis itu dengan sengaja melewati Gavin dengan sedikit sentuhan tangannya di atas paha pemuda itu. Mata Gavin melebar saat Deswita seakan memberi kode agar ia mengikuti gadis itu.

"Guys, bolehkah aku meminjam toilet kalian?" tanya Gavin.

"Silahkan Vin, jangan sungkan anggap aja rumah sendiri. Wit... Tunjukan Gavin toilet untuk tamu," perintah Shaka.

"Ayo ka, aku antar," ajak Deswita dengan tatapan menggoda.

Gavin mengekori Deswita masuk ke bagian dalam rumah Sam dan Shaka. Ia sempat berdecak kagum melihat interior rumah sahabatnya yang merupakan anak konglomerat itu, seumur hidupnya baru kali ini Gavin melihat rumah yang begitu mewah. Ia membayangkan jika ia bisa menjadi bagian dari keluarga Sebastian Prawiranegara, pasti ia juga akan menikmati kemewahan ini.

"Di sini ka, toiletnya." suara Deswita memecah kekagumannya pada rumah mewah itu

"Baik, terima kasih. Sebenarnya aku tidak ingin ke toilet. Tapi aku penasaran denganmu, siapa namamu, apa hubungan kamu dengan Sam dan Shaka?"

"Namaku Deswita ka, aku anak pak Sebastian... Adik dari mereka," Deswita menunjuk punggung Sam dan Shaka

"Adik? Bukankah adik mereka hanya satu?" tanya Gavin penasaran. Ia harus dengan teliti mengenali anggota keluarga konglomerat itu agar tujuannya dengan mudah tercapai.

"He'em, tepat sekali! Dan mereka memiliki satu orang anak angkat yang sudah yatim. Salam kenal ka... " Deswita memutar tubuhnya lalu meninggalkan pria muda itu, membiarkan Gavin menebak sendiri siapa anak angkat yang dimaksud.

Deswita menaiki anak tangga ke arah kamar Samudera. Langkahnya tidak luput dari tatapan Gavin. Hingga tubuh gadis itu menghilang di balik pintu kamar. Setelah dari toilet, Gavin kembali bergabung ke ruang tamu. Ia menghempaskan tubuhnya di sofa, isi kepalanya menyimpan berbagai pertanyaan. Tangannya dengan lincah menggulir mesin pencarian tentang keluarga Sebastian Prawiranegara.

Di mesin pencarian tidak pernah ditampilkan siapa anak gadis yang dimiliki keluarga tersebut. Lalu ia menemukan beberapa foto dan video di media sosial sebuah perusahaan yang dimiliki Sebastian, saat perayaan ulang tahun anak perusahaan tersebut. Di sana wajah keluarga Sebastian terpampang dengan jelas. Sebastian bersama isteri sahnya, Samudera, Shaka dan anak gadis yang tadi memperkenalkan diri sebagai Deswita.

Mata Gavin berkilat penuh rencana gelap. Melihat kebahagiaan yang tertangkap kamera dari anggota keluarga tersebut, dadanya terasa sesak. Udara di ruangan itu serasa memberi tekanan yang kuat pada dirinya. Rahangnya mengeras, tangannya mengepal di atas pahanya. Selama ini ia dan ibunya hidup dalam keterbatasan, sementara mereka hidup mewah dan penuh kebahagiaan.

Akan tetapi ia harus lebih lama lagi bersabar untuk membalaskan dendamnya pada Sebastian dan Monica. Meruntuhkan lawan akan lebih mudah mendekati jantung pertahanannya. Ia tidak punya senjata atau kekuatan apapun untuk melawan kekuasaan dan kekuatan Sebastian. Maka strategi yang harus ia mainkan adalah menjatuhkan Bastian dengan kehancuran putra putrinya.

"Sebentar lagi aku akan mengukir senyuman di wajah mama. Gavin berjanji akan membuat mereka hancur, Ma... " gumam Gavin dalam hatinya.

Terpopuler

Comments

Dee

Dee

Wah ini cewek emang dari awal udah red flag banget keliatan jahatnya dari vibenya aja

2025-10-25

2

Dee

Dee

Aku sampe balik ke bab 1, pengin tau visualnya Gavin🤣

2025-10-25

2

Dee

Dee

Ih lucu banget sih kamu pengen tak cubit deh, tapi cubit lembut aja ya 😁

2025-10-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!