bab 5 apa mungkin itu dia.

Keesokan harinya…

Matahari baru saja naik di atas langit kota. Di kawasan industri kecil di pinggiran kota, para karyawan pabrik garmen mulai berdatangan. Di antara mereka, Viola terlihat bergegas dengan rambut yang masih sedikit lembap karena mandi terburu-buru. Ia tidak tahu bahwa hari itu akan menjadi awal dari pertemuan tak terduga.

Dari kejauhan, sebuah mobil hitam elegan berhenti di depan kantor kecil tempat Viola bekerja. Seorang pria berjas abu-abu turun dengan langkah mantap. Semua mata karyawan seketika tertuju padanya wajah tampan, aura berkelas, dan tatapan tajam yang sulit diabaikan.

Pria itu adalah Jovan.

Namun kali ini, bukan sebagai orang yang dikejar musuh atau pria terluka yang diselamatkan di tengah malam, melainkan sebagai perwakilan perusahaan besar yang akan bekerja sama dengan pabrik garmen tempat Viola mencari nafkah.

"Selamat pagi, Pak,"sambut kepala bagian produksi dengan sopan. "Anda perwakilan dari Grup Adiwangsa, benar?"

Jovan mengangguk pelan, menyembunyikan keterkejutannya begitu matanya menangkap sosok yang dikenalnya di antara para pekerja "Viola."

Gadis itu berdiri di dekat mesin jahit, menunduk, seolah tak menyadari kehadirannya. Tapi sesaat kemudian, tatapan mereka bertemu.

Viola terdiam. Ada sesuatu di balik sorot mata pria itu yang begitu familiar… tapi ia ragu.

"Tidak mungkin…" gumamnya dalam hati.

Wajah itu memang mirip pria yang ia tolong malam itu — tapi kini tampak begitu berbeda, dengan setelan rapi dan wibawa yang memancar.

Namun sebelum Viola sempat memastikan, Jovan segera menghindar.Ia berpura-pura menatap dokumen di tangannya, kemudian berbicara dengan staf lain untuk mengalihkan perhatian. Ia tahu, jika terlalu dekat, ia bisa membahayakan gadis itu.

Pertemuan singkat itu berakhir tanpa sepatah kata pun di antara mereka, tapi sejak hari itu, hati Viola tidak tenang.

Setiap kali ia pulang kerja, ia merasa ada seseorang yang mengikutinya.

Bayangan samar di ujung jalan, suara langkah kaki di belakangnya, atau motor yang melintas perlahan setiap kali ia melewati gang sempit menuju kontrakan semuanya membuatnya gelisah.

Di suatu malam, saat ia menutup pagar kontrakan, ia berbisik pada dirinya sendiri, "Kenapa aku merasa semua ini… ada hubungannya dengan pria itu?"ucapnya lirih.

Ada rasa kesal, karena ia benci merasa diawasi. Tapi di sisi lain, hatinya masih diliputi penasaran dan tanda tanya besar, siapa sebenarnya Jovan, dan kenapa setiap kali nama itu terlintas, bayangan ketakutan dan perasaan hangat hadir bersamaan di hatinya

Sementara itu, di balik layar, Jovan berdiri di depan jendela ruang kerjanya di lantai atas gedung tinggi, menatap laporan di tangannya laporan yang berisi nama Viola Amandha.

Ia menggenggam dokumen itu erat, menyadari bahwa semakin ia berusaha melindunginya, semakin dalam pula perasaannya terjerat pada gadis sederhana itu

Di tempat yang berbeda...

Sebuah rumah megah di kawasan elit Jakarta berdiri megah, dikelilingi taman yang tertata rapi dan penjagaan ketat. Di ruang tamu berbalut marmer, Tuan Ardan dan Nyonya Maya, orang tua Jovan, tengah duduk berhadapan dengan wajah tegang.

"Sudah saatnya Jovan menikah, Maya,"ucap Tuan Ardan dengan nada berat. "Aku sudah janjikan pada keluarga Adibrata. Pernikahan itu akan memperkuat kerja sama dua perusahaan besar. Dia tidak bisa terus menunda."

Nyonya Maya menatap suaminya dengan raut khawatir.

"Aku tahu, tapi kamu sendiri lihat bagaimana dia akhir-akhir ini. Dia lebih sering murung, bahkan jarang pulang. Aku rasa ada sesuatu yang dia sembunyikan."

Belum sempat mereka melanjutkan pembicaraan, suara pintu besar terbuka. Jovan melangkah masuk, masih mengenakan setelan formal, wajahnya tampak lelah dan sedikit pucat. Luka di lengan kirinya belum sepenuhnya sembuh, tapi ia berusaha menutupi bekasnya di balik lengan jas.

Tuan Ardan berdiri, menatap anaknya tajam.

"Kau ke mana saja seminggu ini, Jovan? Kami hampir mengira kau diculik! Apa yang sebenarnya terjadi malam itu?

Aku mendengar jika kamu mabuk dan terluka...!"

Jovan menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Namun dalam ingatannya, malam itu kembali terputar kilatan lampu disko, suara musik keras, dan kemarahan yang meledak setelah salah satu tamu di klub itu menghina keluarganya.

Ia yang kehilangan kesabaran memprovokasi sekelompok preman di tempat hiburan itu.

Semua berawal dari kata-kata tajam dan ejekan, tapi berakhir dengan perkelahian besar.

Dalam kekacauan itu, ia terluka parah dan terpisah dari orang-orang suruhannya.

Itulah malam ketika ia berlari tanpa arah dan akhirnya diselamatkan oleh Viola.

"Aku hanya… butuh waktu sendiri," jawab Jovan akhirnya, suaranya datar."Aku tidak ingin membicarakan malam itu lagi."

Namun Tuan Ardan tak bisa menerima alasan itu.

"Waktu sendiri? Kau hampir mati, Jovan! Dan sekarang kau malah menghindar dari tanggung jawabmu terhadap keluarga ini. Kau pikir kita bisa terus menutupi ulahmu di media?"

Sedikit saja kamu bertindak, maka mereka akan menyerang, dan apa kamu ingin ulahmu itu akan berimbas pada perkembangan perusahaan, pikir Jovan..!!"

"pa..aku tahu apa yang aku lakukan,aku sudah dewasa, bukan pria baru lahir kemarin, biarkan aku menentukan seperti apa mauku...!!"

Suasana menjadi panas.

Nyonya Maya mencoba menenangkan keduanya, namun Jovan sudah kehilangan kesabaran. Ia berbalik dan meninggalkan ruangan tanpa sepatah kata.

Di dalam kamarnya ia berdiri menatap langit sore yang mulai memerah.

Dalam diam, ia menggenggam ponselnya jempolnya berhenti di kontak bertuliskan nama "Viola."

Kontak yang baru saja ia dapatkan dari berkas perusahaan di mana Viola bekerja.

"Aku tak tahu kenapa, tapi setiap kali aku mengingatmu… semua ini terasa lebih ringan," gumamnya lirih.

Namun jauh di dalam hatinya, Jovan tahu,selama rahasia besar tentangnya dan luka yang ia timbulkan sendiri belum selesai, Viola tak akan pernah aman di sisinya.

bentar ya di tempat yang berbeda sore itu Viola mengatakan kepada dirinya sendiri,kalau ia merasa mengenal pria yang merupakan utusan dari perusahaan Adiwangsa, hanya saja ia tidak terlalu yakin, kalau memang itu Jovan mengapa Jovan tidak mengenalinya dan bahkan mungkin menyapanya.

"Ah mungkin aku terlalu berharap.. atau mungkin aku terlalu merindukannya sehingga semua orang yang ada di mataku, selalu saja mirip dengannya..!"

Viola meraih ponselnya, namun sayangnya ,mereka belum sempat bertukar nomor ponsel, Jovan pergi dengan terburu-buru meninggalkan kontrakan, dan menghilang tanpa kabar, hingga saat ini ia tidak pernah tahu,entah apa alasannya, yang ia tahu pria itu pergi tanpa berpamitan dengan nya.

malam itu Viola lalui dengan perasaan resah dan sedikit rasa takut namun jauh dulu buka hatimu berharap suatu saat nanti mereka akan dipertemukan kembali oleh takdir.

dan pada akhirnya,Viola pun segera bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum akhirnya ia benar-benar beristirahat...

Terpopuler

Comments

Kaylin

Kaylin

Lanjut dong, ceritanya makin seru!

2025-10-09

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!