Berjalan Masing-Masing

Cuaca cukup bagus, tidak terlalu panas dan cocok digunakan untuk jalan-jalan seperti yang dilakukan Delan bersama kekasihnya. Sesuai kesepakatan, pria itu jam sepuluh sudah berada di depan apartemen kekasihnya, tak lama sang perempuan keluar dengan tampilan yang cantik seperti biasanya. Wajahnya terlihat jauh lebih dewasa, juga tampilan dan sikapnya.

Perempuan itu menggandeng lengan Delan yang sudah disiapkan, mereka melempar senyuman lalu berjalan menuju mobil Delan berada. Mereka akan menghabiskan waktu seharian ini, setelah semalam gagal keluar karena Delan yang mengingkari janji. Meski, perempuan itu kesal karena sudah siap, tapi dirinya tidak bisa melampiaskan apalagi Delan langsung menjanjikan hari ini sebagai gantinya.

Seperti biasa, Delan membukakan pintu mobil untuk kekasihnya dengan senyuman manis, juga sang kekasih yang masuk sambil menatap penuh cinta. Momen romantis yang tidak pernah dia lakukan bersama Radella, padahal mereka pasangan sah. Setelah menutup pintu dengan hati-hati, Delan segera berjalan memutar dan duduk di belakang kemudi.

"Delan, aku kangen sama kamu. Beberapa hari ini kamu sibuk sekali, terus semalam tiba-tiba gak bisa dihubungi padahal aku udah siap jalan sama kamu," keluh sang kekasih begitu mobil berjalan.

Delan menoleh sebentar, lalu kembali untuk fokus menyetir. "Maafkan aku, tiba-tiba kepalaku pusing semalam," jawabnya dengan tenang.

Pria itu tidak sepenuhnya berbohong, karena semalam kepalanya pusing karena penuh oleh kenangan sederhana bersama Radella. Kenangan yang tercipta sebagai rutinitas dan kebiasaan, yang awalnya hanya dianggap sepele. Akan tetapi, saat Radella sudah tidak ada, kebiasaan sepele itu malah menjadi sebuah kenangan yang menyesakkan.

Tantri, nama kekasih Delan itu menghela napas. Menatap Delan dari samping, hubungan mereka sudah cukup lama dan dirinya merasa akhir-akhir ini sikap Delan berubah. Pria itu lebih sulit dihubungi, jarang menanyakan kabar meski mereka tidak berkomunikasi lebih dari dua hari.

Delan merasakan tatapan lekat dari sampingnya, melirik sekilas dan sesuai dugaannya, kalau Tantri tengah menatapnya lekat. Dia berdehem singkat, mendadak kegugupan melanda seolah dirinya baru saja ketahuan berbuat sesuatu. "Kenapa?" tanyanya setelah menenangkan diri.

"Entahlah, aku merasa kamu mulai berubah akhir-akhir ini," ungkap Tantri kembali menghadap ke depan.

"Kamu masih marah soal semalam, aku sudah bilang kalau kepalaku pusing," sahut Delan.

Pria itu terkejut mendengarnya, tapi dia tidak menyangkal malah membenarkan dalam hati. Dia sendiri merasakan kalau akhir-akhir ini sering abai kepada sang kekasih. Tanpa sadar mulai menikmati waktunya bersama Radella, meski mereka hanya duduk menonton televisi di rumah. Atau membuat mi instan bersama, lalu saling mengunggulkan buatannya masing-masing.

Momen sederhana itu terlihat kekanak-kanakan, tapi mereka begitu menikmati. Tidak ada yang mau mengalah, hingga keributan kecil terjadi setelahnya mereka tertawa bersama. Salah satu hal sederhana yang membuat Delan mengabaikan Tantri secara tidak sadar, jarang menerima panggilan ataupun memberikan pesan kepada perempuan di sampingnya.

"Bukan soal semalam saja." Tantri menggeleng, dia berpikir sejenak sebelum menjawab. "Lupakan saja, mungkin ini hanya bentuk kerinduanku karena sudah jarang kita menghabiskan waktu bersama."

Perempuan itu memutuskan tidak ingin membahas atau memperjelas, baginya sekarang lebih penting bisa berdua dengan Delan. Tidak ingin merusak momen yang dia rindukan dengan pertengkaran yang dia mulai. Walaupun hanya berputar-putar di jalan tanpa tujuan, tapi bersama Delan, dia merasa senang.

Delan tersenyum tipis, kembali merasa bersalah kepada perempuan di sampingnya. Perempuan itu bisa berpikir dan bersikap dewasa, terbukti dengan dia menekan perasaannya yang mungkin ingin meminta penjelasan sikap Delan yang sedikit berubah. Sekarang, dia bisa sedikit lega dan memberikan pemikiran kalau yang dia lakukan sekarang sudah benar, berpisah dengan Radella.

Sudah ada Tantri yang menemaninya selama dua tahun, selama itu pula kekasihnya tidak pernah bersikap kekanak-kanakan yang bisa memicu pertengkaran. Dia juga mencintai perempuan itu, untuk mendapatkannya butuh perjuangan karena Tantri bukan gadis yang mudah diluluhkan. Dengan berpisah dari Radella, dirinya tidak perlu lagi merasa bersalah atau saling mengkhianati kekasihnya masing-masing.

"Sekali lagi, maafkan aku. Setelah ini, aku akan berusaha semakin dekat lagi sama kamu," balas Delan terdengar meyakinkan.

"Aku harap juga seperti itu," timpal Tantri.

***

Di kamar Radella tengah memandangi ponselnya dengan perasaan kalut, tidak bisa dipungkiri kalau ada sedikit denyutan sakit di dadanya. Matanya menatap nanar layar ponsel yang menampilkan postingan seorang perempuan di sosial medianya. Postingan sebuah foto dua tangan saling bertautan dengan caption romantis yang ditambahkan. Tanpa melihat siapa tangan satunya, Radella jelas tahu dan hafal siapa pemiliknya.

"Kenapa aku merasa sakit hati? Mereka kan memang sepasang kekasih!" teriaknya kesal dengan dirinya sendiri.

Sejak kapan dia memiliki perasaan lemah seperti sekarang, bahkan saat tahu kekasihnya pernah mengantarkan teman perempuannya pun dia biasa saja. Hanya sedikit kesal, karena merasa diselingkuhi lantaran tidak ada omongan apapun. Berbeda dengan sekarang, dia merasa sesak dan sakit dalam dadanya yang membuat matanya perih.

Buru-buru, dia mematikan ponselnya dan mengusap matanya agar tidak ada air yang menetes. Kepalanya menggeleng keras, apa yang dia rasakan tidak benar. Mereka sudah sepakat berpisah agar bisa tenang berhubungan dengan kekasih masing-masing. Karena selama mereka menikah, mereka merasa bersalah dengan kekasih masing-masing, meski itu bukan keinginan mereka.

Selama menikah, mereka memang tidak pernah mempublish hal-hal yang bisa memicu spekulasi. Keluar berdua pun, jarang sekali. Kalau pun keluar, mereka memilih ke tempat yang jauh dari jangkauan orang-orang dikenal. Mereka tidak ingin kekasih mereka tahu, karena pada dasarnya mereka menikah karena perjodohan saja.

"Dan sekarang sudah berakhir, jangan bodoh Radella," cetus Radella mengingatkan diri.

Tepat sekali, ponselnya berdering menampilkan nama sang kekasih yang mengajaknya keluar. Dengan senang, Radella mengiyakan dan segera bersiap setelah membalas kalau mereka akan ketemuan di tempatnya langsung. Radella tidak ingin gegabah meminta kekasihnya menjemput, sudah pasti orangtuanya akan curiga saat tahu nanti.

Dia perlu angin segar untuk menjernihkan pikiran dan mengusir bayang-bayang Delan bersama momen sederhana mereka. Setelah mendapatkan kabar kalau sang kekasih mulai perjalanan ke tempat janjian, dirinya juga bergegas. Kakinya melangkah keluar kamar setelah memastikan penampilannya.

Menuruni tangga, telinganya mendengar suara percakapan kedua orangtuanya. Hari libur memang mereka habiskan di rumah, agar lebih dekat lagi. Sebelum dirinya menikah, mereka biasanya mengabiskan waktu berempat meski tidak setiap pekan karena Radella dan Rasyafa terkadang keluar bersama temannya.

"Mau ke mana?" tanya sang bunda menatap penampilan Radella.

"Mau keluar, Bun, cari angin," jawab Radella tersenyum lebar.

"Yasudah, sana. Jangan pulang kesorean, kamu belum benar-benar sah pisah dari Delan!" sahut sang ayah mengingatkan.

Radella tersenyum tipis, setelah berpamitan dan keluar dari rumahnya dia mendengus kesal. Nama Delan disebut, membuat perasaannya kembali kacau karena mengingat foto yang diposting kekasih suaminya itu. "Dia saja keluar gak ingat aku, ngapain aku harus ingat dia," gerutunya melampiaskan rasa kesal.

Tanpa sadar, itu adalah sebuah bentuk protes dari rasa cemburunya. Namun, Radella tidak akan mau menyadari dan mengakuinya. Mereka berdua saling berpegang teguh pada perjanjian konyol mereka hingga mengabaikan perasaan yang perlahan mulai tumbuh.

Tidak ingin membuang waktu, karena perjalanan cukup jauh, perempuan itu segera menyalakan motornya dan melaju membelah jalanan. Cuaca hangat sangat mendukung untuk mencari angin segar, cocok sekali untuk mengusir perasaan sesak di dadanya gara-gara foto sepasang kekasih. "Lucu sekali, dadaku sakit melihat sepasang kekasih tengah menghabiskan waktu bersama. Jangan konyol, Radella!" ujarnya di tengah jalan sambil tetap fokus mengendarai motornya.

Terpopuler

Comments

Aini Nurcynkdzaclluew

Aini Nurcynkdzaclluew

Aduh, thor bikin jantungku berdetak kencang

2025-10-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!