Hari Pertama

"Selamat pagi!" seru Radella ikut bergabung bersama keluarganya untuk sarapan.

Semuanya menoleh, kompak menatap aneh pada sulung di rumah itu hingga membuatnya tersenyum kikuk. Ikut duduk di samping adiknya, tempat duduk miliknya sebelum pindah dan tinggal bersama Delan. Menatap makanan dengan penuh selera, dia harus mengalihkan pikiran dari Delan, dengan makanan salah satunya.

"Apa itu kebiasaan Kakak yang baru saat di rumah bang Delan?"

Radella mendengus, niat hati ingin mengalihkan pikirannya dari pria itu, tapi belum ada satu menit, adiknya sudah menyebut nama orangnya langsung. Perempuan itu menoleh, memberikan tatapan tanya padahal dia langsung ingin memberikan tatapan membunuh. Bukan hanya sang adik yang menatap, kedua orangtuanya juga masih memperhatikan dirinya.

"Dari dulu kali," balas Radella mencoba biasa saja.

"Mentang-mentang sekarang sudah menjadi gadis kembali, bangunnya seenaknya." Bunda Suci ikut menimpali, membuat perasaan Radella kembali dilanda kesal. Kenapa keluarganya tidak bisa memahami dirinya yang tidak ingin membahas pria itu lagi.

Tidak ingin membahas bukan karena rasa marah atau kecewa, tapi dia takut malah terus kepikiran. Hal itu tidak baik bagi otak dan hatinya, mereka sudah sepakat mengakhiri semuanya dengan baik-baik karena berbeda jalan. Jadi, dia tidak ingin memperumit dengan terus memikirkan dan terbayang bagaimana momen sederhana mereka sehari-hari.

"Kamu sudah siap gini, mau ke mana?" Radella mengubah pembicaraan saat ada kesempatan, tidak menjawab sindiran bundanya yang pasti akan terus berlanjut kalau dirinya jawab. Lebih baik mengabaikan, meski dalam hatinya terus meminta maaf karena merasa tidak sopan dengan sang bunda.

Rasyafa meneliti penampilannya, lalu menatap wajah Radella dengan tersenyum cerah. Senyuman yang mampu membuat Radella merinding, dengan pancaran mata Rasyafa yang cerah. Sebelum Rasyafa menjawab, buru-buru Radella memalingkan wajah tidak lagi penasaran.

"Kakak mau ikut, gak?" balasnya sambil bertanya dengan ceria.

"Mau ke mana memangnya?" Bukannya mengabaikan seperti perintah otaknya, bibirnya malah mengikuti perasaannya yang penasaran karena jarang menemukan adik pemalasnya keluar pagi di saat hari Minggu seperti ini.

Rasyafa tersenyum manis sebelum menjawab, yang sukses membuat Radella semakin merinding. Wajah adiknya benar-benar mencurigakan dan menakutkan sekarang, pikir Radella. Sedangkan, kedua orangtua mereka hanya menggeleng menyaksikan drama saudara di pagi hari ini. Mereka menyadari begitu merindukan di mana Radella dan Rasyafa saling menggoda seperti ini, membuat perasaan mereka menghangat sebagai orangtua.

"Mau main ke rumah Divina," jawab Rasyafa tersenyum cerah. Namun, tidak bagi Radella yang langsung mendengus kesal. Dirinya harusnya bisa menebak, kalau teman dekat adiknya hanya Divina, adik iparnya atau adik kandung Delan, mereka seumuran.

"Gimana, Kak, mau ikut, gak?" tawarnya lagi lalu tertawa kecil saat melihat wajah kesal kakaknya semakin menjadi.

"Aku sekalian mau pendekatan sama bang Delan, meski calon duda, tapi dia tetap keren dan menarik," sambungnya semakin membuat telinga Radella panas. Adiknya benar-benar semakin jago menggodanya, bahkan terang-terangan di hadapan orangtuanya yang malah ikut tertawa.

"Bunda juga setuju, kalau nanti Delan jadi duda, kamu yang jadi pasangan selanjutnya," celutuk sang bunda semakin membangkitkan suasana.

"Ayah juga, sayang kalau Delan dilepaskan begitu saja. Dia tipe menantu yang sudah cocok dengan Ayah."

"Ayah, Bunda ...," rengek Radella tidak menyangka ayah dan bundanya malah ikut menimpali omong kosong Rasyafa.

***

Di tempat lain, seorang pria baru saja datang pagi dengan berniat menumpang sarapan. Pria itu adalah Delan yang datang ke rumah orangtuanya, bukan karena tidak bisa memasak. Namun, setiap langkah di rumahnya dia selalu terbayang sosok Radella. Setahun bukan waktu sebentar untuk menciptakan momen bersama sebagai orang yang tinggal di bawah atap yang sama.

Sekalian keluar juga setelah semalam memberikan janji kepada sang kekasih untuk menghabiskan waktu bersama sebagai penebus dirinya yang ingkar janji. Meski masih nanti sekitar jam sepuluh, tapi Delan tidak bisa terus diam rumah yang akan membuat pikirannya melayang. Tidak seharusnya pikirannya terus tertuju pada Radella, mereka telah sepakat untuk berjalan masing-masing.

"Selamat pagi!" seru Delan membuat ketiga orang lainnya menoleh sambil terkejut.

Di tempat makan ada kedua orangtuanya beserta sang adik yang mengerutkan dahi, kecuali sang papa yang bisa mengatur ekspresi. Mereka terkejut akan kedatangan Delan di pagi hari, juga sapaan yang belum pernah mereka dengar sebelumnya keluar dari Delan. Sedangkan, pria itu merutuki mulutnya karena tidak bisa mengontrol.

Bersama Radella, mereka selalu melempar sapaan yang awalnya Delan anggap lebay. Namun, Radella terus mengatakan setiap pagi saat mereka akan menikmati sarapan. Hingga, membuat dirinya ikutan dan akhirnya mereka mulai terbiasa melakukan hal yang terdengar hangat bagi sebagian orang.

"Bang Delan?" Tawa sang adik pecah begitu saja saat sadar apa yang baru saja kakaknya katakan.

Mengabaikan tawa dari adik, tatapan geli dari mama dan papanya, Delan memilih ikut bergabung. Dia sudah pasrah kalau setelah ini akan diserang dengan pertanyaan atau ejekan. Apalagi gadis di sampingnya yang belum puas menyelesaikan tawanya.

"Sejak kapan kak Delan bisa menjadi anak lebay gitu?" sambungnya di sela-sela tawanya. Matanya menatap lucu Delan yang hanya bisa berekspresi datar.

"Ma, Pa, Delan ikut sarapan, ya?" pintanya mengabaikan tawa ejekan dari sang adik.

"Kenapa? Bang Delan, kesepian ya sekarang?" sahut sang adik sambil mengusap air mata yang keluar di ujung matanya.

"Kamu jadi nganterin Radella?" tanya sang mama menatap lekat putranya.

Mereka sudah tahu karena saling melempar informasi di antara dua orang tua tersebut. Hanya saja, Marisa ingin mendengar dari bibir putranya langsung juga ekspresi saat mengatakannya. Mereka sudah mendengar bagaimana Delan tidak bisa berujar sebagimana mestinya seorang suami yang akan mengembalikan istrinya kepada orangtuanya.

Jelas kabar itu membuat Marisa senang, mereka hanya tinggal menunggu kedua anaknya merasakan perasaan masing-masing lalu kembali lagi. Anak-anaknya memang butuh waktu untuk saling menyadari kalau sudah ada perasaan di antara mereka. Terbukti dengan sulitnya Delan berujar demikian di hadapan orangtua Radella.

"Iya, Ma," jawab Delan terdengar enggan. Dirinya ingin segera menyelesaikan sarapannya lalu naik ke kamar sambil menunggu jam sepuluh untuk keluar bersama kekasihnya.

"Terus, gimana?" sambung Marisa masih setia menatap anaknya.

"Maksud, Mama?" Tentu Delan bingung, bukannya setelah mengantar dirinya bisa kembali pulang lagi.

Marisa berdecak, meski melihat jelas bagaimana beratnya wajah anak saat membahas Radella, Marisa tetap ingin mendengar. "Ya, Kamu di sana gimana? Menyerahkan kembali Radella kepada orangtua mereka?"

Tangan Delan terhenti menyendok makanannya, kembali teringat momen memalukan baginya. Seharusnya, dia bisa langsung mengakhiri lalu mendaftar ke pengadilan agama. Nyatanya, malah dia membisu dan kalimat yang sudah dirangkai selama perjalanan buyar begitu saja seolah enggan untuk keluar.

"Delan, gak buru-buru dulu, Ma. Lagian, kita mungkin masih akan terlibat untuk mendaftar perceraian ke pengadilan agama," alibinya dengan gugup setelah terdiam untuk menyusun kata.

"Pasti setelah bercerai dari bang Delan, banyak pria yang langsung mengantre untuk jadi pasangan kak Radella," celutuk Divina sambil menatap sang mama yang ikutan tersenyum jahil.

Tangan Delan kembali terhenti, dahinya mengernyit tidak suka mendengar celetukan dari Divina. Meski tahu, kalau mereka sebenarnya juga sudah memiliki kekasih masing-masing. Namun, ada rasa tidak rela saat memikirkan akan ada pengganti dirinya yang akan bersanding dengan Radella.

"Radella tidak akan secepat itu untuk menikah lagi?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!