Suaminya sedang menikmati malam bersama wanita lain, sedangkan dia sedang mati-matian menahan diri untuk tidak menangis.
Wanita mana yang akan sudi jika mengetahui suaminya ada main dengan wanita lain. Tapi selain bisa menangis Amel tidak bisa melakukan apapun.
Dia kemudian pergi ke sofa kecil yang ada di kamarnya. Lalu dia menatap jendela yang menghadap ke kebun kecil yang ada di belakang rumah. Dia tertidur tanpa menutup jendela.. matanya sembab, entah berapa jam dia menangis.
Dia menangisi sikap suaminya, dia juga menangisi nasibnya.. "semoga saja Nanda tidak benar-benar menyelingkuhi aku!" Lirih Amel....
Paginya tiba...
Amel mengerjap, wanita itu langsung bangun dan langsung pergi ke dapur.. dia melihat tempat tidur masih rapi, yang menandakan suaminya semalam tidak pulang..
Bukannya marah, Amel hanya tersenyum kecil. "Jadi gitu!" Batin Amel...
Wanita itu kemudian pergi ke dapur, hendak menyiapkan sarapan untuk putrinya....
Tapi, ketika dia sampai di sana, ternyata ada sang mertua yang sedang bermain ponsel di meja makan.
Tanpa bertanya pada mertuanya, Wanita itu pergi menuju kompor..
“Mau ngapain kamu? Bulan udah jalan! Dia udah dijemput sama temennya!” Ucap Erma dengan nada dingin....
Amel menoleh, “sama temennya?”tanya wanita itu. “Kenapa dia nggak pamit dulu sama aku? Terus dia Kenapa nggak sarapan dulu?”
Erma diam, dia tidak berniat menjawab pertanyaan menantunya.. tapi... “Belikan kuota, kuota ibu udah sekarat! Yang 100-gb aja!” Ucap wanita itu yang setiap hari kerjaannya hanya main Facebook.
“Bu!! Aku lagi nggak bicarain kuota. Aku nanya anakku kenapa berangkat tanpa pamit sama aku?!”
Erma menggebrak meja makan, “Apa bedanya pamit sama kamu atau pamit sama ibu! Jangan lebay Amel, pantas saja Nanda nggak betah tidur di rumah, wong punya istri kayak badut sirkus kayak gini, udah gitu emosian..”
“Bu!” Pekik Amel... Apakah tadi ibu mertuanya mengatakan Jika dia badut sirkus? “Kenapa ibu selalu menghinaku? Kenapa ibu selalu mengatakan jika aku tidak pantas menjadi istrinya Mas Nanda, kami menikah sudah berjalan hampir 15 tahun Bu!! Dan Ibu masih mengatakan hal yang sama!”
“Suruh siapa kamu nikah sama anak saya! Hah!” Erma tak mau kalah, “udahlah saya capek debat sama kamu!! Cepat isikan saya kuota, Saya mau live streaming nih sama temen-temen!” Wanita itu kemudian pergi meninggalkan meja makan, meninggalkan Amel sendirian dapur.
Amel kemudian pergi ke toilet yang ada di dekat dapur, seketika dia kaget ketika melihat penampakan wajahnya, “pantes aja aku disebut badut sirkus! Ternyata muka aku berantakan banget...”
Semalam dia lupa mencuci wajahnya, Padahal dia sedang memakai full make up, dia melihat eyelinernya yang berantakan, pantas saja dia dibully lagi oleh sang mertua.
Wanita itu kemudian mencuci wajahnya... Ah dia menarik nafas, kemudian duduk di meja makan...
Wanita itu menatap jam dinding, senyumnya tergambar sekilas, kemudian dia ingat harus pergi ke sekolahan sang anak.
“Ya ampun Bulan! Awas aja kalau ada aduan tentang dia lagi...”
Wanita itu kemudian pergi ke kamar, tapi baru juga dia akan masuk ke dalam kamarnya, tiba-tiba Nanda datang..
"Kamu baru pulang?"tanya Erma, kepada sang anak. Tapi wanita itu nampak tidak marah sama sekali, dia biasa saja melihat sang putra baru pulang, Padahal di rumah ini ada anak dan istrinya, ke mana semalam dia? Tidur di manakah dia?
"Mas!" Panggil Amel..
Tanpa menjawab pertanyaan Ibu ataupun istrinya Dia melewati Amel begitu saja..
"Mas aku manggil kamu!" Seru Amel.
Mereka berdua berjalan beruntun masuk ke dalam kamar, dengan Amel, yang mengekor di belakang Nanda.
"Kamu dari mana Mas? Kenapa semalam Kamu tidak pulang? Apa semalam kamu pergi dengan wanita itu? Jawab aku Mas! Kamu keterlaluan ya.." ucap Amel beruntun...
Tapi Nanda, "kamu ini bawel banget sih! Kamu nanya apa? Lalu kenapa kalau aku pergi sama dia?"
Amel tersenyum, senyumnya begitu menyesakkan dada. "Jadi bener! Semalam kamu pergi sama wanita itu? Iya mas?"
Nanda menatap istrinya, "Lalu kenapa kalau aku pergi sama dia? Amel, Bukankah aku sudah menjelaskan kepada kamu sebelumnya, jika Riska itu adalah anak direktur. Untung aja aku tidak dibatalkan naik jabatan, gara-gara kamu menamparnya semalam, Untung aja dia baik!”
“Untung aja dia baik?” Amel membeo. “Jangan-jangan semalam kalian----“ ucap Amel dengan nada curiga, “Apakah semalam kalian berbagi cairan?”
“Amel!” Bentak Nanda, “Kenapa ucapan kamu frontal sekali, tahu dari mana bahasa seperti itu? Aku nggak nyangka ya kalau kamu itu ternyata liar juga mulutnya!” Seru Nanda...
“Jadi benar? Semalam kalian tidur bersama?”
Nanda tidak menjawab.. dia pergi ke kamar mandi..
“Jawab aku Mas! Semalam kamu pergi sama wanita itu dan tidur bersama?”
Nanda masih diam, tapi diamnya itu adalah sebuah jawaban telak untuk Amel. Lagi-lagi air mata Amel turun. “Jahat kamu Mas! Hanya demi sebuah jabatan kamu rela tidur dengan wanita itu seperti laki-laki murahan!”
“Amel.....” Teriak Nanda, “jaga mulut kamu!” Suaranya menggelegar, air liurnya sampai muncrat-muncrat keluar, bahkan kepalanya sampai bergetar, matanya melotot, urat-urat lehernya sampai terlihat. “Aku bisa merobek mulutmu gara-gara tidak sopan!”
Namun siapa sangka Amel maju, “sobek lah!!
Sobek lah mulutku," wanita itu mendekat kan mulutnya ke depan wajah Nanda. "Sobek......! Hentikan ucapanku, yang kata kamu adalah sebuah hinaan ini.." tantang wanita itu...
"Harusnya kamu mendukungku! Riska bisa kujadikan batu loncatan untuk naik jabatan lebih tinggi lagi?! Dan jika aku punya banyak uang kamu juga yang akan diuntungkan!"
"Aku tidak butuh uang itu!" Seru Amel. "Kamu pilih aku atau dia Mas!" Tanya wanita itu menantang.
Nanda menatap Amel dari ujung kepala sampai ujung kakinya.. "kamu berani bertanya seperti itu? Serius?! Apa kamu masih mau jawaban? Lihatlah kamu Amel! Dan kamu dibandingkan dengan Riska, Astaga Amel, Seharusnya kamu bersyukur, sekarang kehidupan kita jauh lebih baik, apalagi sekarang aku menjabat sebagai general manager, dan kamu masih bertanya Aku pilih siapa? Jelas aku akan memilih Riska!"
"Jadi aku?"tanya Amel dengan suara bergetar.
Tapi Nanda mengambil sesuatu dari dalam dompetnya, lalu menyimpannya di atas nakas "belilah baju yang pantas! Jangan pakai baju kayak gini Setelah kamu lebih cantik, baru kamu bertanya, aku pilih kamu atau Riska..."
"Lalu kenapa kamu tidak menceraikanku saja sekarang?” Ucap Amel Apakah dia sekarang sedang menantang Nanda?
Tangan Nanda mengepal ketika mendengar ucapan Amel.
Lalu Nanda masuk ke dalam kamar mandi, lalu laki-laki itu membanting pintunya, sampai kaca yang ada di dekat pintu kamar mandi terjatuh.
Prang....
Ini yang tidak Amel sukai dari Nanda, ketika mereka bertengkar laki-laki itu akan pergi begitu saja tanpa menyelesaikan pertikaian mereka.
Amel kemudian mengambil pakaiannya, hari ini dia harus menemui kepala sekolah gara-gara sang Putri.
Dia tidak memperdulikan Nanda, dengan diamnya laki-laki itu dia sudah tahu jawabannya. Kali ini Amel kalah, Nanda sepertinya membela Riska, Tapi tak lupa wanita itu mengambil kartu hitam yang diberikan oleh suaminya, tapi ingat ya itu bukan black card, itu hanya kartu kredit prioritas saja...
Dia menaiki taksi... tak lama kemudian dia sudah sampai di depan sekolahan putrinya... Dia bergegas pergi, ke ruangan guru...
Dan ketika dia sampai disana betapa kagetnya ketika ada seorang wali murid sudah menatapnya dengan mata melotot.
Di sampingnya juga ada Bulan, dan juga seorang bocah laki-laki yang menunduk sambil menangis di dekat ibunya. Sebenarnya bukan bocah laki-laki, karena sepertinya usianya sama dengan Bulan.
"Maaf saya terlambat.."ucap Amel, sambil masuk ke ruangan itu.
Matanya sudah menatap tajam pada putrinya yang justru santai...
"Silakan duduk Bu!" Ucap seorang guru yang akan menangani kasus ini...
Amel duduk, belum juga duduk 5 menit, wanita yang tadi duduk bersama anak laki-laki dan juga putrinya itu langsung menatapnya dengan tatapan marah, tanpa aba-aba dia langsung bersuara..
"Kamu harus tanggung jawab ya, Bu! Anakmu telah menonjok putraku!" Seru wanita itu.
"Bulan ? Nonjok?" tanya Amel, dia langsung menatap putrinya. Lagi? Kenapa anaknya ini senang sekali berantem.
Tapi Bulan hanya santai, "aku bisa jelasin ini kok! Kenapa aku sampai nonjok dia.”
Kemudian ibu laki-laki yang ditonjok oleh Bulan, "belum apa-apa anak kamu sudah ngaku Bu, kalau dia memang nonjok anakku! Aneh padahal perempuan, tapi kasar sekali!”
Kemudian guru yang bertugas untuk melerai perdebatan ini, bersuara.. Dia sendiri sudah menengahi Bulan dan juga teman laki-lakinya ini, dan guru itu juga sudah bertanya kenapa Bulan sampai menonjoknya.
“Jadi begini Bu Amel, Bulan ini nonjok temannya kemarin, sampai hidungnya berda4rah-dar4h,” jelas guru itu kepada Amel.
Amel mendengarkan dengan seksama, “lalu Bagaimana Pak? Anak saya mukul temannya pasti juga karena sebab kan!”
Ibu bocah laki-laki yang ada di samping Amel tidak terima ketika Amel mengatakan itu. “Jelas-jelas anak kamu yang salah ya Bu, dia mukul anak saya sampai seperti ini!”
Amel juga melihat jika bocah laki-laki itu sedikit bonyok. “Maaf ya Bu, pasti ini ada sedikit miskomunikasi,” ucap Amel, dia tahu pasti putrinya salah, ini bukan kali pertama dia dipanggil ke sekolah gara-gara putrinya melakukan kekerasan.
“Habisnya si onta ini ngatain aku preman!! Eh giliran ditonjok malah kalah,”seru Bulan.
“Bulan!” Tegur Amel.
Dan ibu bocah laki-laki itu, tidak terima ketika anaknya yang tampan Paripurna ini dipanggil onta.
“Kamu lihat sendiri kan Bu, mulut anakmu ini! Aneh deh, udah gayanya kayak preman, mulutnya kurang ajar, nggak sopan! Kok ada ya, wanita seperti itu!”
Bulan merasa kesal ketika dikatai seperti ini, “anak tantenya aja lemah bin payah! Masa ditonjok gitu aja langsung mimisan! Payah!”
Kemudian seorang guru meminta Bulan untuk diam, “Bulan sebaiknya minta maaf sama Ari ya, kamu juga harus minta maaf sama ibunya.”
“Enggak ah! Orang si onta ini yang salah. Harusnya dia yang minta maaf, Karena dia udah ngata-ngatain aku pak!” Ketus Bulan
Tapi ketika dia melihat tatapan ibunya, “Oke aku minta maaf!”
Bulan menatap Ari, “Heh Ri, gue minta maaf yah! Karena udah bikin lo mimisan, tau gitu kemarin gue bikin muka lu bonyok aja sekalian!”
“Bulan .” Kaget Amel.
Gadis itu kemudian menipiskan bibir, lalu menarik nafas. “Tante mamanya Ari, Aku minta maaf ya, gara-gara aku, si onta ini sampai mimisan.. aku janji lain kali nggak akan melakukan itu sama Ari.”
Ari hanya bisa menggertakkan giginya karena emosi. “Gadis ini!” Batin Ari.
Keduanya kemudian diminta bersalaman oleh guru, walaupun sebenarnya Ibu Ari sangat emosi kepada anak Amel ini.
“Aw!” Ari terpekik, ketika tangannya diremas oleh Bulan.
Sedangkan Bulan, dia tersenyum menatap Ari dengan mata memicing.
“Kalian boleh keluar ya!” Ucap guru yang bertugas, meminta kedua anak ini untuk keluar dari ruangan tersebut.
“Hogeeyyy!” Jawab Bulan, Dia kemudian menatap ibunya. Setelah itu mereka pergi...
Setelah kedua anak itu pergi, kini giliran Amel yang meminta maaf. Setelah sedikit perdebatan, Amel akhirnya mengganti rugi, uang yang katanya dipakai untuk pengobatan bocah laki-laki yang ditonjok oleh putrinya.
Setelah selesai, Amel kemudian pergi dari sekolahan itu.
Dia kemudian berjalan melewati banyak anak yang sedang istirahat. Tapi sayang dia tidak menemukan putri bengalnya.
“Kemana gadis bengal itu,” Batin Amel.
Setelah dia berdiri hampir 20 menit, tidak ada penampakan putrinya. “Awas aja nanti dia di rumah...” Gumam Amel.
Wanita itu kemudian pergi dari sekolahan.
Dia naik taksi, kemudian meminta diantar untuk pulang, tapi setelah setengah jalan, wanita itu kemudian meminta Pak sopir untuk memutar arah, “Saya mau ke mall Pak! Yang dekat sini aja.. tolong anterin saya ya...” Ucap wanita itu, kemudian pergi dengan Pak sopir menuju sebuah mall yang tak jauh dari lokasinya sekarang.
Amel berdiri di depan mall.. dia menatap bangunan megah itu.
Dengan bekal kartu hitam milik suaminya, wanita itu kemudian masuk.. “dia bilang aku tidak boleh irit. Kan... Ok. Kali ini aku tidak akan irit.....” Batin Amel, senyumnya terlihat jahat..”Aku tidak akan menjadi wanita yang mudah ditindas! Awas aja dia..”
Seperti orang kesetanan, wanita itu kemudian membeli beberapa baju, tas, sepatu... Saat dia memasuki salah satu gerai, yang lumayan terkenal.
Bahkan sampai membuat kartu suaminya nya limit.
“Jadi cuman segitu saldonya!” Batin Amel, pada kartu kredit prioritas milik suaminya.
Sekitar hampir 2 jam, Amel memutari mall tersebut. Di tangannya ada beberapa paper bag.. “apa aku harus ke salon juga?" Batin wanita itu....
Saat dia sedang melenggak-lenggokkan dirinya di mall mewah tersebut, tiba-tiba seseorang tertegun ketika melihatnya, langkahnya juga ikut terhenti...
"Amel!" Seseorang terdiam... Memanggil Amel dengan suara pelan.
Amel yang di tangan kanan dan kirinya penuh dengan belanjaan juga ikut tertegun ketika melihat seseorang itu.
Beberapa menit kemudian, kini mereka sudah berada di dalam satu ruangan..
"Pulanglah! Lihatlah dirimu, apakah pantas, seorang keturunan Diningrat, memakai baju murah seperti itu?"tanya lelaki tersebut... "Lalu kenapa, kamu belanja barang-barang murah itu? Apa suamimu tidak memberikan kamu uang yang cukup?"
Tapi Amel, "untuk apa kakek memintaku pulang? Aku nggak mau!" Wanita itu ongkang-ongkang kaki..
"Jangan keras kepala!! Pulanglah, biar Ayah dan ibumu, kakek yang mengurus! Mau sampai kapan kamu hidup miskin seperti ini! Sedangkan uang keluargamu, tidak akan habis dimakan 7 turunan, tujuh tanjakan, 7 tikungan!"
Amel menatap Pak tua itu. “Aku nggak mau!” Ketus Amel, Wanita itu kemudian bangkit, dia hendak meninggalkan kakeknya, kakeknya yang kaya raya, kakeknya yang sebenarnya sudah lama sekali tidak dia temui..
Sebelum cucu durhakanya pergi, lelaki itu kemudian berucap. “Hanya gara-gara laki-laki itu, kamu rela menentang Semua keluargamu!”
Amel terdiam, “aku pulang dulu!” Ucapnya pelan... Tak peduli dengan ucapan kakeknya.
Namun baru juga dia melangkah beberapa langkah, tiba-tiba suara kakeknya benar-benar membuat dia tertegun.. “Apa kamu tahu, kenapa sekarang suamimu mendapat jabatan di perusahaannya? Apa kamu tidak mau bertanya kepada kakek tua ini? Atas kontribusinya terhadap jabatan suamimu itu?”
Seketika Amel berbalik badan, “jangan bilang kalau jabatan suamiku atas perintah kakek?”.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments