Melati membekap mulutnya tak percaya, perempuan itu menggeleng cepat. "Tidak mungkin mas Revan main api di belakangku, mungkin ini milik temannya, atau sengaja nitip belanja sekalian."
Melati meneliti kembali struk belanja di tangannya, tangannya terlihat bergetar, 10 dus susu kehamilan dengan berat bersih 900 gr tertera di sana juga buah-buahan. Struk berlogo minimarket terkenal di negeri ini, beralamat di Bandung dengan waktu dan tanggal 2 hari yang lalu.
Wanita itu terduduk lemas di depan meja rias, pandangannya menerawang kedua bola matanya terlihat mengabur.
"Aku nggak boleh berburuk sangka dulu, aku harus menyelidikinya," Gumamnya sambil menyeka kedua matanya yang mulai berair. Melati menyimpan struk itu sebagai bukti di laci meja rias dan dia akan mencari bukti lain untuk menguak perselingkuhan suaminya.
Setelah menyimpan bukti itu ditempat aman, dengan langkah berat Melati membawa keranjang pakaian kotor itu ke ruang laundry. Sri, ART yang bertugas mencuci sudah standby di sana.
"Udah semua mbak Mel," tanya Sri.
Melati mengangguk lesu. "Sudah mbak."
Sri meletakkan ember yang dipegangnya lalu mendekati majikannya.
"Mbak Melati kok lemes gitu, seperti sedang banyak yang dipikirkan."
Melati hanya tersenyum getir. "nggak apa-apa mbak, aku hanya capek aja ngurus anak-anak."
"Harusnya mbak Melati dengerin saran mas Revan buat nyari baby sister ngurus 5 anak itu nggak gampang lho mbak, rasa lelah itu pasti ada meski hati senang. Pasti sudah di charge kan?" Ledeknya, sambil menyenggol bahu majikannya.
Melati tersipu, "Apa sih mbak."
Sri melirik ke seprei yang masih teronggok di keranjang pakaian kotor.
"Pantas saja nyuci sprei," godanya. "Pasti tadi malam main kuda-kudaan ya?"
Melati mendengus kesal dan mencubit lengan ART-nya. "Kamu seperti mas Revan aja Mbak, mesum!"
Sri perempuan berusia hampir 40 tahun itu terkekeh. "Emang bener kan? Tau nggak mbak, melihat kemesraan mbak Melati sama mas Revan, jiwa jomblo saya meronta-ronta."
Muka Melati bersemu merah. "Ish mbak Sri, jomblo apaan,emangnya suami dan anak mbak mau dikemanain?"
"Kan dikampung mbak, beda lagi urusannya."
"Saya masih ingat pas waktu mbak Melati sama mas Revan masih sekolah dulu, saya inget betul lho mbak, mbak Melati mencintai mas Revan secara ugal-ugalan, tak taunya mas Revan malah nikah sama cewek lain. Tapi yang namanya jodoh nggak akan kemana, akhirnya mas Revan menyadari bahwa mbak Melati cinta sejatinya. Meski mbak harus menunggu dudanya mas Revan. Untung saja istrinya mas Revan meninggal saat melahirkan."
"Hush, jangan seperti itu mbak nggak ada yang untung di sini, semua yang terjadi adalah takdir. Jodoh, rezeki, maut sudah ada yang ngatur mbak. Safina udah meninggal 13 tahun yang lalu nggak perlu diungkit lagi, dia meninggal karena mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan Alice. Yang perlu kita lakukan mendoakannya."
Sri mengangguk dan memandang kagum pada majikannya.
"Untung saja ya mbak, Alice mirip banget sama ayahnya, jadi nggak keliatan kalau non Alice anak sambung mbak Melati. Non Alice juga sayang banget sama mbak Mel."
Melati menghela nafas panjang, bibirnya tersenyum membayangkan wajah Alice yang kini menginjak kelas 2 SMP, cantik, energik, dan selalu bermanja padanya.
"Alice dari bayi memang dekat sama saya mbak Sri, tau sendiri kan mas Revan sering memintaku datang ke rumah ketika Alice sakit."
"Iya ya mbak, mengingat itu kasihan juga sama non Alice, dia belum sempat melihat wajah ibunya."
"Iya mbak, rasa sayangku pada Alice sama besarnya pada Arjuna, si kembar Nakula Sadewa juga Ayana."
"Mbak Melati adalah ibu sambung yang paling sempurna yang pernah saya temui. Cantik, baik, Sholehah dan pintar menyenangkan suami. Pantas saja mas Revan begitu tergila-gila sama mbak Mel.
Melati tertawa kecil mendengar pujian dari ART-nya.
"Mbak Sri terlalu berlebihan memuji, aku bukan manusia yang sempurna pasti punya banyak kekurangan."
Melati terdiam sejenak saat teringat struk belanjaan yang ditemukan dari kantung jas suaminya. "Sayangnya mas Revan mulai bermain api dibelakangku mbak." Gumamnya dalam hati.
Sri menyenggol lengan majikan. "Lha mbak Melati malah melamun."
Melati tergagap dan menyudahi obrolannya dengan Sri. "Ya sudah mbak, lanjutkan pekerjaannya, aku mau melihat Ayana dulu."
Melati naik kembali ke lantai atas, dan dia melihat putrinya tengah bermain di atas karpet.
"Eh anak bunda bangun, kesiangan ya? Makanya jangan tidur larut malam."
Ayana tampak tertawa memperlihatkan giginya yang terlihat lucu dan menggemaskan.
"Kamu seperti ayahmu saja, kalau diomeli malah pamer gigi. Mandi yuk!"
Melati merentangkan kedua tangannya dan Ayana berjalan tertatih menghampiri ibunya dan mendekap tubuh ibunya dengan erat.
Melati memang tak memperkerjakan baby sitter untuk membantunya merawat ke 5 anak-anaknya. Dia ngeri melihat berita di TV dan media sosial seorang baby sitter menganiaya anak majikannya, bahkan ada yang lebih mengerikan lagi yaitu menggoda suami majikannya. Melati khawatir hal itu terjadi dalam kehidupan drama rumah tangganya. Tak heran dia sering kelelahan dan qualitas tidurnya pun terganggu, akibatnya kantung mata cukup terlihat di wajahnya. Ia juga khawatir jika baby sister yang dipekerjakannya menggoda suaminya, secara Revan memiliki ketampanan yang bisa dikatakan nyaris sempurna.
Tubuh tinggi menjulang 183 cm, wajah bak artis drama China dan satu lagi dulu waktu mereka masih berseragam putih abu-abu Revan adalah ketua OSIS dan ketua tim basket sekolah yang digilai cewek-cewek cantik di SMA Bonavista.
Setelah memandikan dan mendandani putrinya Melati membiarkan Ayana bermain, dan dengan gampangnya dia menyuapi putri bungsunya tanpa ada drama penolakan.
Sementara itu dikantor Revan sedang berkutat dengan berkas-berkas penting di tangannya, sesekali dia melihat ke layar monitor untuk mengecek kerjasama yang baru saja di sepakati. Tiba-tiba konsentrasinya terganggu oleh deringan ponsel yang memecah kesunyian ruangan kantor.
Revan melirik sekilas pada layar ponsel, bibirnya berdecak kesal.
"Ck...Ngapain lagi sih perempuan itu, aku sudah berbaik hati bertanggungjawab atas anak yang ada dalam kandungannya, seminggu sekali aku juga mentransfer uang untuk memenuhi kebutuhannya dan kemarin aku juga sudah mengunjunginya. Apalagi sih yang diinginkannya?" Gerutunya. "Lama-lama ngelunjak! Dikasih hati minta jantung. Merepotkan!"
Revan mengabaikan telepon itu, namun deringan ponsel itu tak juga berhenti. Beberapa saat kemudian sebuah notifikasi pesan masuk. Ting!
Buru-buru Revan membuka dan membacanya sekilas.
'Angkat aa, atau kamu terima akibatnya'
"Iya hallo ada ada Wi?"
"Enggak bisa aku sibuk, bukannya kemarin aku sudah dari sana, istriku bisa curiga. Jangan menyalahi perjanjian kita, kalau kamu masih ingin hidup enak."
Revan segera memutus panggilan dan meletakkan ponsel itu dengan kasar diatas meja. Prakk!
Tatapan Revan menerawang. "Maafkan suamimu ini sayang, kalau sudah saatnya aku akan memberi tahumu apa yang terjadi 3 bulan lalu."
Revan mengusap wajahnya dengan kasar, menandakan dia sangat frustasi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
siti maesaroh
kan beneran revan selingkuhh aku bener" sakit hati van km bener" khianati melati km juga udah dikasih hati melati mlh minta jantung ya 😭😭😭 kasihan melati kk thor
2025-10-02
0
うacacia╰︶
Bikin susah move-on, semoga cepat update lagi ya thor!
2025-09-29
0
siti maesaroh
kira kira revan belanja punyaannya siapa ya,aku dh takut klo revan selingkuh nih😢
2025-10-02
0