Sikap mencurigakan Rayyan

Ayra mengintip dari balik gang, memeriksa apakah Daniel sudah pergi atau belum. Setelah mengetahui Daniel sudah tidak ada di sana, Ayra segera keluar dari tempat persembunyiannya. Ia bisa bernafas lega.

"Huhh...! Selamat!" Gumammya.

Ia naiki sepedanya dan segera menggoes dengan cepat menuju rumah nya. Sesampainya di rumah, Ayra menyenderkan sepedanya di tempat biasanya. Sebelum masuk, ia memperhatikan halaman yang terlihat bersih. Perlahan ia membuka pintu lalu melongok ke dalam.

"Whaat??"

Mata Ayra terbelalak, melihat keadaan rumah yang sudah rapih tak seperti biasanya. Ia menutup pintunya, melangkah perlahan sambil terus memperhatikan seluruh ruangan yang nampak bersih.

"Ini hari apa si? Tumben banget mereka bersih bersih. Oh iya lupa, ini hari gajian ku, huh...! pasti mereka ada maunya!" Gumam Ayra sambil mencibir.

Ia berjalan menuju dapur, keadaan dapur pun sama, semua nampak bersih dan rapih. Bahkan di atas meja sudah tersaji beberapa menu yang masih hangat.

Ayra mengerenyit menatap meja makan, ia letakkan tas lalu duduk di kursi. Tak lama, mertua dan adik iparnya keluar. Mereka tersenyum dan nampak sangat ramah menyambut kepulangan Ayra.

"Ayra sudah pulang?" Ibu mertuanya mendekat lalu mengambilkan Ayra nasi dan lauk.

Melihat itu, Ayra hanya mencibir, ia sudah bisa menebak apa yang akan terjadi setelah itu.

"Ayo Ayra, makan dulu, ini masakan ibu sendiri lho, ya meskipun gak seenak masakan mu, tapi ini spesial lho," kata mertua sambil menyodorkan makanannya.

Adik iparnya juga mendekat, mulai memijit mijit bahu Ayra dengan lembut.

"Mbak Ayra pasti capek, aku pijitin ya..."

Ayra menggaruk kecil pelipisnya, ia sudah hafal benar bagaimana gelagat mereka. Tapi untuk sesaat, Ayra menikmati suasana itu.

"Mumpung mereka semua sedang waras dan banyak mau, hihihi," Batin Ayra.

Tak lama, Rayyan juga keluar dari kamar dan ikut bergabung bersama mereka, ia ingin mencomot satu ayam goreng di piring. Namun, tangannya segera di tepis oleh ibunya.

"Rayyan...! Jangan dong! Itukan untuk Ayra!" bentak ibunya.

"Pelit amat, satu doang juga!" Gerutu Rayyan, ia kembalikan ayam goreng itu piring.

Ibunya beralih menatap Ayra yang masih duduk menatap menu dihadapannya.

"Ayo Ra dimakan. Jangan dilihatin aja! Nanti keburu dingin," Ujar mertuanya.

Alih alih menyentuh makanan yang sudah diambilkan oleh mertuanya, Ayra justru mengambil tas dan mengeluarkan amplop coklat berisi uang gajiannya lalu sengaja menghitungnya dihadapan mereka. Saat Ayra menghitung uang tersebut, mata mereka melotot memperhatikannya. Ayra melirik mereka sekilas.

"Dasar mata duitan!" Batin Ayra.

Ayra merapihkan uangnya kembali, lalu meletakkan di meja makan. Seketika, mereka bertiga berhambur saling dahulu merebut uang yang Ayra letakkan di meja.

"Yeiii..., ibu yang dapat duluan!" Teriak mertua sambil mengangkat uang tersebut.

"Yaaa ibu, cepet banget ambilnya, bagi aku bu, aku mau ke salon," ucap adik ipar Ayra kesal kalah cepat dengan ibunya.

"Ibu ini kalau masalah duit cepet banget, jangan lupa Rayyan juga butuh uang itu, jangan dihabiskan!" Imbuh Rayyan.

"Iya iya, kalian pasti ibu bagi...!" Balas ibunya sambil menghitung uang dari Ayra.

Melihat mereka, Ayra jadi tak nafsu untuk makan, ia beranjak dan pergi ke kamarnya.

***

Ayra meletakkan tas di meja, mengambil handuk lalu membersihkan diri. Usai membersihkan diri dan mengganti pakaian, ia duduk di dekat jendela menatap langit malam.

"Krieeet" terdengar suara pintu terbuka.

Rayyan muncul, lengkap dengan sebatang rokok menyala yang masih menyumpal mulutnya.

"Ckk..., bisa gak si kalau masuk kamar gak usah sambil merokok? kamu tau kan mas, aku ini gak bisa terkena asap rokok?"

"Kamu ini aneh, kamu kan koki, pekerjaan kamu di dapur, tapi kenapa kamu tidak suka dengan asap?" Ujar Rayyan sambil mematikan rokoknya.

Ayra hanya mendengus, matanya masih terus menatap gelapnya langit malam.

"Ayra...! Kok gajimu tidak naik naik sih? padahal kan kamu bekerja sudah lama, seharusnya sudah naik dong?"

Mendengar pertanyaan Rayyan, Ayra jadi terkejut, ia sampai tersedak ludahnya sendiri.

"Ukhuk ukhuk."

Rayyan mendekat, lalu menyodorkan air putih padanya.

"Terimakasih," ucap Ayra.

"Coba kamu bicara sama bos mu, seharusnya gaji mu sudah naik berlipat lipat, apa lagi kamu kan koki terbaik, restoran tempat kamu bekerja juga bisa terkenal karena kamu, masa gaji gak dinaikkan," ujar Rayyan lagi.

Rayyan duduk di tepi ranjang, ia mengeluarkan ponsel lalu berseluncur di media sosial sambil terus mengoceh perihal gaji Ayra.

"Iya, besok aku ngomong sama bos!" jawab Ayra tak mau memperpanjang ocehan Rayyan.

"Oiya mas, ada yang lebih penting dari pada perihal gaji!" Ayra berdiri, menghampiri Rayyan dan ikut duduk di tepi ranjang.

"Apa?" Tanya Rayyan terus menatap ponsel.

"Pas pulang tadi, aku lihat teman mu, siapa itu namanya? Yang sering datang kemari itu, yang kepalanya botak!"

"Ohh Safar..."

"Ya, itu...! Aku lihat dia sedang diintrogasi oleh pengawal tuan Daniel."

"Haaa...!" Saking terkejutnya, Rayyan sampai menjatuhkan ponselnya.

Ayra menunduk meraih ponsel yang jatuh dan memberikan pada Rayyan.

"Ih kamu ini mas! Ponsel dijatuhin begitu, kalau rusak nanti gimana coba? Untung gak apa-apa."

"Eh kamu serius kalau Safar diintrogasi pengawal tuan Daniel? Kamu gak salah lihat kan? Kamu tahu dari mana kalau itu tuan Daniel?"

"Aku lihat orangnya tadi, kan dia sering muncul di media sosial dan televisi, siapa coba yang gak kenal sama tuan Daniel?" Kata Ayra berpura pura. Padahal dia sendiri baru tahu Daniel ketika di restoran tadi.

"Gawat...! Lalu kamu lihat tidak Safar pergi kemana setelah itu?"

"Aku gak tau, sepertinya dibawa ke dalam mobil deh!"

"Gawat...!" Rayyan nampak panik, ia langsung meraih jaket dan hendak keluar.

"Eh mas mau kemana?" Panggil Ayra.

"Keluar sebentar! Oiya..." Rayyan berbalik menghampiri Ayra.

"Kalau ada datang kemari mencariku, bilang kalau aku sudah tidak tinggal di sini lagi."

"Kenapa?"

"Sudah, jangan banyak tanya, bicara saja seperti itu!"

"Iya iya. Eh tunggu dulu mas!"

"Apa lagi?"

"Besok aku cuti setengah hari, aku izin jenguk ayah ya, sudah berapa minggu ini aku tidak menemuinya, aku rindu sekali dengannya."

"Terserah kamu, yang penting kamu gak boleh menginap, berangkat sendiri, pulang sendiri!"

"Terimakasih banyak ya mas!"

"Hemmm"

Setelah itu, Rayyan keluar dari kamar dengan terburu-buru. Lalu tak lama terdengar suara deru motor Rayyan pergi meninggalkan rumah.

"Aneh, seperti ada yang ia sembunyikan, dia terlihat mencurigakan! Tapi terserah deh, yang penting besok aku boleh jenguk ayah, besok aku mau izin sama bos, lalu langsung pergi ke rumah ayah," Kata Ayra sambil mengulas senyum karena merasa senang. Setelah itu, ia menutup pintu kamarnya dan bergegas untuk beristirahat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!