Bab 5 || Dia mencariku
Dari dekat terlihat sebuah kaki panjang nan jenjang baru saja keluar dari suatu tempat. Diatas bangunan tersebut bertuliskan RUMAH TAHANAN.
"Selamat bebas putraku sayang! " sapa suara dari seorang wanita dengan menggunakan pakaian kantor mewah dan cincin yang bersemayam di jari jemarinya. Ia memeluk pria di hadapannya.
"Terimakasih, Ma. " balas seorang pria dengan suara bass-nya.
Ilham Adinata, akhirnya ia kembali menghirup udara bebas. Padahal belum seumur jagung ia ditahan.
"Malangnya putraku, wajahnya jadi sedikit Tirus. " ujar Ibu Novi.
Kini, mereka berdua sudah berada di dalam mobil mewahnya.
Ilham hanya diam dengan celotehan ibunya.
"Dimana Naya, Ma? " tanya Ilham menatap ibunya datar nan dingin.
Ibu Novi nampak gugup, "dia...dia... "
"Jawab, Ma! " bentak Ilham. Ibu Novi sempat kaget. Bahkan sang supir juga ikutan kaget.
Ibu Novi kembali tenang dan berusaha tersenyum.
"Gimana kalau kita cari perempuan lain aja. Masih banyak perempuan di luar sana yang pastinya, bukan pasti lagi, tapi sangat mau dengan kamu sayang... " bujuknya.
"Aku hanya mau dia. "
Ibu Novi mengedip-ngedipkan matanya karna sangking gugupnya, ia lalu mengambil sebuah buku berisi sebuah daftar beberapa gadis cantik yang ia tunjukkan pada putranya.
"Banyak oleh gadis cantik. Kamu mau yang mana, biar mama carikan. "
Ilham mengambil buku tersebut dan melemparnya ke luar jendela.
"Aku tidak mau tau, Ma. Aku hanya ingin Naya, aku ingin Sanaya Sastra. Bukan yang lain, titik." Ilham menatap sang ibu dengan tajam, memberikan tanda bahwa pendiriannya tidak akan berubah.
Ia hanya ingin Naya seorang.
"Tapi, ini berbahaya Ilham. Mama gak ingin kamu masuk sel sana lagi. " ibu Novi mencemaskan putra semata wayangnya.
Bukannya menjawab ucapan sang Ibu, Ilham malah melotot semakin tajam. Bulu kuduk Ibu Novi seketika meremang, putranya ini begitu menakutkan sekali.
"Baiklah, kalau itu keinginan kamu. Mama akan mencarinya. " Ibu Novi berusaha tersenyum.
Wajah Ilham masih kesal, ia melirik ke luar jendela mobil menatap jalanan dengan wajah serius.
•••
Naya kini sedang berada di dalam kelas. Ia terlihat gelisah.
Bukan.
Tapi, sangat gelisah bercampur takut.
Ilham sudah keluar dari penjara.
Dan yang lebih menakutkan adalah pria gila itu ada di kampus ini.
Kenapa bisa?
Kenapa dia kembali lagi?
Kenapa dia hadir lagi di hidupku?
Dan kenapa harus aku?
Wajah Naya nampak pucat sekali, ia jadi tidak tenang. Keringat dingin mulai muncul di bagian pelipisnya.
Ia bahkan tidak lagi fokus mendengarkan apa yang dikatakan Dosen di depan sana. Ia sibuk dengan pikirannya mengenai Ilham.
"Kamu kenapa Nay?" tanya teman disebelah Naya.
Naya menoleh.
"Wajahmu keringetan tuh!"
"Oh-ya..."Naya nampak gugup sekali. Gadis di sebelahnya langsung memberikan selembar tisu padanya.
"Lagi gak enak badan, ya?" tanyanya.
Naya berusaha tersenyum, "nggak kok. Mungkin karna ruangan ini sesak aja, makanya jadi panas gini. Hehehe..." ia berkilah.
"Ouh...iya sih, kelas ini memang agak sesak aja..."jawabnya.
'Fokus Sanaya Sastra. Mungkin aja itu orang lain, jelas-jelas tadi pagi polisi itu bilang kalau Ilham masih didalam sel.'Naya mulai berkilah untuk menenangkan dirinya yang sedang panik.
Tapi, semakin ia meyakinkan dirinya. Ia bukannya semakin tenang, malah semakin gelisah. Dadanya mulai naik turun, matanya sibuk menatap ke seluruh penjuru kelas. Takut-takut jika Ilham ada di ruangan ini.
Selama Naya di sisi Ilham, ia tau betul bagaimana watak pria itu.
Dia gila.
Bahkan sangat gila.
Rasa takut membuat dirinya jadi kebelet ingin buang air kecil. Ia lalu mengangkat jari meminta ijin pada sang Dosen.
Di toilet, Naya baru saja keluar setelah buang air kecil. Ia mencuci kedua tangannya di wastafel sembari menatap dirinya di cermin. Ia bahkan membasuh wajahnya juga.
Ia merasa lemas seketika.
" Gimana caranya dia keluar dari penjara? Padahal 3 bulan saja belum. "Lirih Naya.
"Gimana ini nak? " tanya Naya mengelus perutnya.
Naya mengigit bibirnya karna sangking takutnya. Ia tidak ingin kembali pada Ilham lagi. Ia benar-benar trauma akan kejadian yang lalu.
Ya, Allah tolong aku...
Ia keluar dari toilet dengan wajah tidak semangat. Namun, ia malah melihat Ilham yang sedang berjalan kearahnya dengan kepala menunduk. Buru-buru Naya bersembunyi dibalik tembok.
Deg... Deg... Deg...
"Dia disini, " gumam Naya yang kaget dengan jilbab yang menutup mulut. Ia kembali mengintip, kini malah Ilham yang sedang berhenti dan mengobrol dengan dosen lainnya di tengah lorong. Itu jalan satu-satunya menuju kelas.
"Gimana ini? " gumam Naya makin panik.
"Aku harus kabur, tapi kemana? " liriknya.
Karna dibelakang toilet ini adalah sebuah sungai besar.
Lalu, Naya menatap dirinya dicermin dengan kain jilbab yang masih menutupi wajahnya.
Ide itu pun muncul.
•••
"Kalau ada yang tidak pak Ilham ketahui, tanyakan saja pada saya, Pak. " ujar seorang Dosen wanita dengan nada genit pada Ilham.
"Iya, Bu. " jawab Ilham sambil tersenyum, sembari membenarkan letak kacamata miliknya.
"Oh ya, ada yang mau saya tanyakan sama Ibu Lidya. " ujar Ilham masih tersenyum manis.
Senyuman yang begitu manis sekali. Hingga orang tidak bisa menyadari sisi lain dari sosok Ilham.
"Apa itu, Pak? "
Mereka mengobrol bersamaan dengan Naya yang lewat dengan memakai cadar. Bukan cadar sih, melainkan jilbab segitiga yang sering Naya bawa sebagai cadangan di kampus.
Naya melewati mereka dengan hanya membungkuk ramah dengan jantung yang berdebar-debar begitu hebatnya. Rasanya ia seperti sedang melewati malaikat maut saja. Bahkan, aroma parfum Ilham saja membuat tubuhnya lemas.
"Apa anda kenal Sanaya Sastra? " tanya Ilham.
Deg... Deg... Deg...
Kaki Naya serasa lemas, ia sontak jatuh mendadak.
Ilham dan Lidya yang melihat itu langsung menghampiri Naya.
"Kamu gak apa-apa? " tanya Ilham yang tepat berjongkok di samping Naya.
Naya hanya menunduk dalam, ia memegang cadar itu dengan erat. "Saya gak apa-apa, Pak. " balas Naya gugup sekali.
Lidya langsung membangun Naya berdiri, "lain kali jalan hati-hati. " pesan Ibu Lidya.
"Makasih pak, Bu. Saya permisi. " balas Naya langsung berjalan dengan cepat sekali.
Meninggalkan Ilham dan Lidya yang masih berdiri di belakangnya.
Namun, mata Ilham terus menatap sosok tersebht penuh selidik.
"Oh ya, siapa tadi namanya Pak? " tanya Lidya.
Ilham masih fokus menatap kepergian Naya yang kini bahkan sudah menghilang.
"Sanaya Sastra, Fakultas Komunikasi."
Ia begitu merasa tidak asing dengan aroma tubuh gadis tadi yang jatuh di depannya. Aroma yang begitu familiar sekali, ditambah suara yang nampak ketakutan.
"Maaf, saya tidak kenal Pak. Saya mengajar di Fakultas Seni. "
"Oh tidak apa-apa, Bu. " Ilham tersenyum menatap Lidya dan sesekali menatap jalan perginya Naya tadi.
Disisi lain, Naya berjalan dengan cepat sembari melihat depan dan ke belakang dengan penuh rasa takut. Dipikirannya saat ini, ia harus segera cepat kabur sebelum Ilham sadar akan kehadirannya. Ia harus segera sampai di kelas. Disana lebih aman untuknya. Sebab, Ilham tidak akan berani mengusik dirinya disana.
Karna hal itu, ia malah menabrak seseorang.
"Awww! "
Naya menyentuh dahinya saat menabrak seseorang. Ia membuka mata dan melihat sosok itu. Sosok bertubuh tinggi, menatap dirinya dengan senyum menyeringai. Ia membeku di tempat.
"Apa kabar istriku? "
To be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Hanan Jkhan
Plot yang rumit tapi berhasil diungkap dengan cerdas.
2025-09-22
0