Bab 4 || Ada bayangan aneh
"Apa kau tidak tertarik denganku?"
"Aku merasa kecewa sekali Naya, dengan wajahku yang tampan ini tidak bisa memikatmu. "
"Tapi, aku tidak peduli. Kau milikku, titik. "
Naya terbangun di tengah malam dengan dada naik turun. Ia segera mengambil segelas air putih yang berada di sebelah kasurnya.
"Astaghfirullah'alazim... Astagfirullah lazim.... Astagfirullahaladzim... " Naha beristighfar.
"Tenang Naya itu hanya mimpi... " lirih Naya.
Ia melirik jam yang masih pukul 11 malam. Padahal baru saja 2 jam yang lalu ia terlelap tidur.
Ia mendengar suara ponselnya bergetar, itu notifikasi chat yang masuk.
Di layar terkunci terlihat. Sebuah nomor asing dan ada kalimat tertera di bawahnya.
"Siapapun yang punya nomor ini, aku minta maaf ya mbak atau mas. Aku salah kirim pesan. Sekali lagi aku minta maaf. "
Naya bernafas lega, ternyata hanya orang yang salah kirim chat. Ini bukan pesan dari Ilham.
Kembali ia menghabiskan air putih tersebut.
Tap~ Tap~Tap~
Suara langkah sepatu lewat di depan pintu kamar Naya. "Siapa yang lewat malam-malam pakai sepatu? " gumam Naya.
Naya sudah tidak lagi menempati kos-annya yang lama. Karna saran dari Calla untuk menyuruhnya pindah saja, berhubung kampus naya juga sudah pindah.
Kini, kosan Naya berbentuk seperti rumah besar yang memiliki 4 kamar, satu dapur dan dua kamar mandi. Jadi, jika sesuatu pada dirinya akan ada teman satu kos an yang melindungi dirinya.
"Duh, jadi kebelet. " lirih Naya.
Faktor hamil membuat dirinya jadi sering buang air kecil ke kamar mandi terus-terusan.
Beruntungnya jarak kamar mandi dekat, tepat di sebelah kamar Naya. Dan disebelahnya ada dapur. Naya yang tidak mengenakan jilbab berjalan perlahan sembari ingin menyalakan lampu dapur.
Cetak!
Lampu menyala.
Ia pun berjalan ke kamar mandi.
Cetak!
Lampu mati kembali.
Naya berhenti, "kok mati, sih?! "
Ia kembali menyalakannya.
Cetak!
Lampu kembali menyala.
Ia pun berjalan lagi.
Cetak!
Lampu kembali lagi. Sepintas ada bayangan yang lewat di sekitar dapur. Naya jadi merinding.
"Viola! " panggil Naya pelan.
Tak ada sahutan.
"Kak Nanda? "
Biasanya yang sering begadang di tengah malam adalah mereka berdua. Sedangkan dua teman kos nya lagi sedang ikutan acara di kampus.
Tak ada sahutan.
Buku kuduk Naya semakin berdiri, ditambah ia melihat ada sosok seseorang bertubuh tinggi sedang berdiri di samping lemari dekat dapur.
'Hantu?' pikiran Naya mulai paranoid. ' ... atau itu pencuri? '
Ia berjalan mendekat. Mencoba menyulitkan matanya memastikan sesuatu itu. Naya merasakan atmosfer yang berbeda saat ingin mendekati sosok itu. Ia bahkan, sudah siap dengan gagang sapu di tangannya.
"Kak Nay! " seseorang dari belakang menepuk bahu Naya pelan.
Naya kaget. Ia menikah ke belakang.
"Viola! "
Seorang gadis manis berusia 18 tahun. Ia adakah junior di kampus Naya dan namun beda fakultas. Ia berada di fakultas Seni & Desain.
Ia langsung menghidupkan lampu.
"Kak Naya ngapain malam-malam pegang sapu segala? " tanyanya heran.
"Itu karna... " Naya menoleh ke arah lemari. Sosok misterius itu tidak ada disana.
Kemana perginya? pikirnya.
"Kenapa Kak? " tanya Viola juga bingung sambil mengikuti arah pandang Naya.
Apa hanya perasaan aku aja? Pikir Naya lagi.
"Tadi aku kayak lihat ada orang yang berdiri di samping lemari ini nih."tunjuk Naya.
"Oh, maksudnya itu ini?"tanya Viola menunjukkan sebuah patung manekin di sebelah lemari lainnya lagi.
Naya terperangah.
"Jadi cuma patung manekin doang?"
"...ini punya kamu, Vi?"
"Iya. Tadi siang aku bawa manekin ini kesini." Viola menjelaskan.
Naya kembali terdiam, entah kenapa ia jadi takut begini semenjak terakhir kali Ilham menelpon dirinya. Pikirannya jadi penuh dengan pria itu saat ini. Ia jadi tidak tenang.
Melihat Naya yang nampak diam, membuat Viola melambaikan tangan pada Naya.
"Kamu gak apa-apa, Kak?"
"Gak apa-apa, tadi mau ke kamar mandi aja. " balas Naya.
"Ouh. Oh ya, Kak. Nih, aku baru balik beli makanan. Kak Naya pasti suka deh. Ini aman kok untuk bumil dan dedek utun" senyum Viola.
" So sweet banget sih. " Naya tersentuh dengan perhatian Viola.
"Buruan ke kamar mandi, ntar ngompol di celana pulak. Habis itu baru kita makan bareng. " ejek Viola.
Naya memasang wajah masam yang dibuat-buat, "iya iya. "
•••
Naya dan Viola kini sedang menikmati putu bambu di ruang tamu hanya berdua saja. Ruang tamu mungil dengan dilengkapi sebuah TV oleh sang pemilik kos tersebut. Namun, sangat nyaman. Ruang tamu yang berada di depan pintu kamar Naya dan Viola.
"Gimana enak, nggak? " tanya Viola.
"Enak banget, Vi. Berani kamu ya keluar malem-malem. "
"Ini Jakarta kak, jantungnya kota. Jam segini itu masih awal banget. Lagian yang jual juga deket kok. Tuh disebelah dua rumah dari kosan ini. "
Naya makan sambil mendengarkan cerita Viola. "Kok aku baru tau, ya? " tanya Naya.
"Makannya kalau diajak hangout itu ikut dong. Jangan dirumah doang, dedek utun pasti juga pengen jalan-jalan. " sindir Viola.
"Gak bisa, Vi. Aku kan harus fokus belajar. Biar pas waktunya, tahun depan wisuda sekalian lahiran. " ujar Naya.
Viola hanya mangut-mangut.
"Kok Kak Naya gak pernah cerita ya. Suaminya kak Naya. Masakan Kak Naya tinggal di kota ini sendiri sambil kuliah dan lagi hamil pulak. "
Naya jadi berkeringat dingin mendengar pertanyaan Viola. Tidak mungkin kan dia mengatakan suaminya itu seorang dosen sakit jiwa dan kini sedang berada di penjara.
"Dia kerja di luar negeri." bohong Naya.
"Dimana?"
"Di—di (sambil berpikir ) di Jepang. Ya, dia jadi Perawat di Jepang."
"Wih, keren. Tapi kalian kok gak pernah vidcall, ya?"
"Dia sibuk. Kami lebih sering chat saja..."
"Ouhhh..."
"Kak Naya kal..."
Hoamm!
Naya pura-pura mengantuk, "yuk tidur, viola. Udah ngantuk banget nih. Bentar lagi jam 12 malam." ajaknya, sebelum Viola bertanya lebih jauh lagi.
"Yuk! Bumil memang harus tidur lebih awal."senyum Viola langsung masuk kedalam kamarnya.
Naya juga masuk dan langsung mengunci kamarnya. Ia bernafas lebih lega.
"Gak mungkin kan Ilham udah lepas dari penjara? Pasti ini hanya akal-akalan dia aja biar aku jadi takut." lirih Naya segera naik keatas ranjang.
"Aku harus ke kantor polisi untuk memastikannya."
"...kali ini aku harus mengatasi masalahku sendiri."
•••
Naya kini sedang duduk di depan petugas kepolisian. Ia duduk di seberang meja sembari menunggu sang polisi mengecek komputer di depannya.
"Iya benar, Mbak. Pria yang bernama Ilham Adinata masih berstatus tahanan." ujar Polisi tersebut.
Naya menghembuskan napas dengan lega sembari mengucapkan syukur dalam hati.
"Terimakasih, Pak. Saya permisi dulu"
"Iya, mbak."
Naya keluar dari kantor kepolisian. Ia bisa bernafas dengan lebih lega. Sekarang ia bisa melanjutkan hidup dengan lebih tenang.
"Kita aman, Nak."lirih Naya mengelus perutnya.
Naya melirik jam di jam tangan miliknya. Sudah hampir jam 9. Segera ia menaiki motor matic miliknya untuk segera pergi ke kampus. Beruntungnya jarak kampus dari kantor polisi ini cukup dekat hanya memakan waktu sekitar 10 menit saja.
Tak butuh lama, Naya tiba di area kampus. Segera ia buru-buru turun dari motornya. Masih ada waktu 5 menit lagi sebelum Dosen masuk ke kelas. Namun, matanya teralihkan akan sosok seseorang.
Terasa familiar sekali punggung itu. Punggung dari sosok pria tinggi yang mengenakan kemeja casual berwarna hitam sedang berjalan puluhan meter di depannya.
Tubuh tingginya, cara jalannya. Semuanya terasa tidak asing bagi Naya. Entah dari bisikan apa ia malah mengikutinya secara hati-hati dari belakang. Tak lama pria itu berbelok masuk ke sebuah kelas.
Naya bahkan sampai lupa jika jam kelas mungkin saja sudah dimulai. Ia mulai mengintip dari celah jendela.
"Pagi semuanya!" ucap suara baritone dari pria yang diikuti oleh Naya.
Suara itu, pikir Naya.
Suara yang sama sekali tidak asing di telinganya.
Jantungnya seolah beberapa detik berhenti dan kini malah berpacu dengan cepat mengalirkan darah ke seluruh tubuhnya.
Ia membeku di tempat saat melihat wajah itu.
Dunia Naya bahkan berhenti berputar saat menyadari siapa itu.
"Ilham!"
To be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments