...• Bab 3 •...
...»»——⍟——««...
..."Jika mengenalmu adalah sebuah kesalahan, aku akan menjadi pemenang di kesalahan itu sendiri"...
...。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆...
Jarum jam menunjuk ke angka 2 tepat. Dosen yang baru saja menutup layar PowerPoint nya itu menengok jam tanganya.
"Yasudah, kita lanjut lagi minggu depan ya" ujarnya sembari menutup laptop. Mahasiswa mengucapkan terimakasih serempak dan dibalas senyuman tipis oleh dosen mata kuliah psikologi sosial itu.
Begitu tubuh dosen itu sudah menghilang dari balik pintu, gadis bersurai hitam kucir kuda yang sudah mencuat kemana-mana melesat cepat menghampiri ketua angkatannya.
"Pasha!" seru Yumi yang menggebrak meja dengan kasar.
"Astaga! Lu kenapa sih?! Mau matahin meja ini lo, Yum?"
"Pinjemin gue hodie lo!"
Alis Pasha mengkerut, tanganya baru selesai memasukan buku dan ipad-nya ke ransel. "Hodie? Buat apa?"
"Udah... pinjem aja. Sehari doang beneran. Besok bakal gue balikin kondisi bersih rapih wangi!"
"Ya tapi, kenapa tiba-tiba banget. Lo gak mau nyamar jadi maling pake hodie gue kan?"
Yumi mendecak gemas, "Enggak Sa, please pinjemin gue yaaa.. please.. pleasee" gadis itu meracau lengan Pasha sampai membuat pria itu limbung.
"Iya iyaaa! Lepasin gue dulu!"
Yumi tersenyum, ia melepas dengan pelan cengkraman nya. Pasha mendesah berat, ia melepas hodie hitam nya dan menyodorkannya pada Yumi.
Gadis itu tanpa menunggu lama langsung mengenakan hodie milik Pasha, ia juga menyembunyikan kepalanya dibalik tudung hodie.
Pasha kembali mengernyit, "Bener-bener mau ngerampok lu ya Yum? Sadar Yum sadar!! Lu butuh berapa sih, gue pinjemin dulu nih"
Yumi mendecih, ia sedikit berjinjit untuk memegang bahu Pasha. "Tenang, gue bakal jaga nama baik hodie lo baik-baik kok. No worry"
"Don't Worry, cebol!"
"Ya itulah.. yaudah gue balik duluan, Bye!"
Yumi berlari kecil keluar kelas. Pasha menggeleng geli pada tingkah teman seangkatannya itu. Ia melirik Lidya yang baru saja menghampiri nya.
"Temen lo..kenapa lagi"
"Biasalah, kambuh sawan nya"
Pasha manggut-manggut tak heran. Gadis itu memang bukan gadis biasa. Ada saja tingkah aneh yang dibuatnya. Ulah aneh pertamanya adalah, saat masa ospek dulu. Gadis itu berteriak kencang menggeliat ketakutan saat sedang makan siang bersama dihalaman fakultas. Memecah keheningan tenang saat mereka semua fokus makan.
Saat ditanya kakak senior korlap dengan nada tinggi, gadis itu memekik menunjuk lonjongan gemuk berwarna hijau diatas daun pisang yang sedang digunakan untuk alas makan bersama.
"Ada ulat teh pucuk harum kak! Itu...eww eww eww gemuk banget lagi, ewwww!!!"
"Anu... ini mah belimbing wuluh" Lidya mengangkat benda hijau gemuk itu ke atas, tepat ke wajah Yumi.
Sontak semua tertawa membuat senior beserta korlap yang harusnya memasang wajah seram pun ikut terbawa suasana. Walau ujungnya dia harus mendapat hukuman dengan makan belimbing wuluh itu bulat-bulat karena sudah membuat keributan.
Dari situ jugalah, gadis itu berteman dekat dengan Lidya. Ia mengoceh pada Lidya yang membawa belimbing wuluh untuk lalapan makannya. Selera yang unik sekali.
Yumi yang sekarang sudah berada dilantai satu dengan secepat kilat itu menurunkan hodie yang menutupi wajahnya. Ia melepas tudung hodie dan bisa bernapas lega.
"Gak bakal ketemu kan? Dia pasti masih diatas"
Yumi menoleh kembali ke arah tangga. Kemudian bersenandung kecil dengan riang, sampai sesuatu menahan langkahnya. Hodie yang dikenakannya sedikit terangkat karena adanya tarikan dari belakang.
Perasaan Yumi tidak enak.
Intuisinya mengatakan untuk kabur saja, jangan menoleh. Tapi berulang kali Yumi mencoba melangkah, kakinya itu tetap bergerak ditempat karena tarikan tudung hodie yang menahanya.
Yumi perlahan menoleh pelan dengan takut.
"Mau kabur kan?"
"Eh e...enggak tuh"
"Terus kenapa pulang duluan. Pake hodie kedodoran gini lagi. Lu mau sembunyi dari gue? Mau lari dari tanggung jawab ya lo?"
"Gue cuma mau pulang kok! Lagian gue gak merasa harus tanggung jawab ya! Dan mana ada didunia ini yang mau pacaran sama orang yang gak dikenalnya"
"Yaudah kenalan, gue Dermaga"
"Ah~ ya gue udah denger itu sih"
"Udah kenal kan berarti"
"Tunggu! Maksudnya kan bukan sekedar tau nama, tapi juga kepribadian dan latar belakang. Gimana kalo misal lo itu penganut sekte sesat"
"Bukan tuh"
"Oke, gimana kalo gue yang sesat?"
"Otak lo ga mampu juga kayanya nyerap ajarannya"
Yumi mengepalkan tanganya yang menghilang dibalik hodie. Gadis itu menggerutu tanpa suara.
"Ya. intinya gak bisa pacaran sama orang asing. Gue bahkan gak tau nama lengkap lo, jurusan lo, angkatan lo, bokap lo, nyokap lo, kucing lo, makanan favo.... "
Dermaga mencubit bibir Yumi, membungkam keceriwisan gadis itu seketika. Alis Yumi mengkerut tak terima, Ia menepis tangan Dermaga yang menyumpal tiba-tiba itu.
"Dengerin. Gue Dermaga Awan Sebiru, Jurusan tetangga lo, Hubungan Internasional. Angkatan satu tahun diatas lo, 2023. Hal-hal lain bisa lo tau seiring berjalanya waktu"
Mata Yumi berkedip-kedip, mulutnya sedikit terngaga. "Gue Yum... "
"Gak perlu kenalin diri. Gak butuh"
"Lah?!"
"Udah ayo ke parkiran" Dermaga menarik tudung hodie yang Yumi kenakan kearah luar gedung.
Yumi terseret-seret dibawanya, bagai kucing yang dibawa induknya dengan mejinjing di mulut.
"Lepasin aja ih! Gue bisa jalan sendiri" ronta Yumi kesal. Dermaga melepas tanganya, ia menunduk memastikan matanya menusuk mata Yumi.
"Jangan berani coba kabur"
Yumi mendecih, ia menghentak kaki nya sebal. Tanganya mengepal ingin meninju tapi sadar diri tubuhnya tak ada apa-apa nya dibanding lelaki ini.
Akhirnya gadis itu benar-benar mengekor dari belakang menuju parkiran. Sesekali ia melirik jengah punggung lebar lelaki yang didepanya itu. Bercak tumpahan kopi yang sudah kering masih terlihat dikemeja hitamnya. Yumi mendesah berat merasakan kejadian yang begitu tiba-tiba hari ini.
"Nih pake" Dermaga menyodorkan helmnya pada Yumi.
"Lo pake apa?"
"Gak pake apa-apa, gue cuma bawa helm satu. Besok baru gue bawa dua"
"Ya.. hari ini gak usah bareng aja kalo gitu. Besok aja"
"Bawel banget sih, tinggal pake doang" tangan Dermaga mengambil alih helm di tangan Yumi memakaikan nya dengan cepat sampai membuat tubuh Yumi agak tersentak.
Helm kebesaran. Hodie kebesaran. Membuat nya nampak macam seonggok orang-orangan sawah.
"Tunjukin arahnya ya"
"Hah?"
"Arah rumah lo, tunjukin jalanya"
"Ah ya ya, budeg gue pake helm lo berat banget"
"Buruan naik"
Yumi mengangkat kakinya, dengan tinggi yang tak betul-betul tinggi itu ia kesusahan menaiki motor Dermaga, ditambah helm berat yang membuat keseimbangan berkurang.
Dermaga menghela napas panjang. Ia kembali menurunkan standar motornya.
"Pegang pundak gue"
"Ih gak mau, nanti disuruh tanggung jawab lagi"
"Gak. Buruan"
Yumi akhirnya memegang pundak lelaki itu sebagai tumpuan menaiki motor. Begitu berhasil dengan perlahan, Dermaga menaiki motornya dan menjalankannya menuju ke luar kampus.
Keheningan terus tercipta selama perjalanan. Yumi bahkan harus memegang jok belakang demi tak bersentuhan dengan Dermaga. Sesekali ia hanya menunjuk arah belok atau lurus untuk mengarahkannya.
"Itu gang depan belok kiri ya?"
"Hah? lurus?"
"Kiri bodoh!" Yumi sontak mendorong kepala Dermaga. Membuat kepala lelaki itu terhuyung kedepan. Seketika itu juga mata Yumi membulat. Reflek tanganya jelek sekali.
"Maaf-maaf kelepasan"
"Awas aja lo kalo udah sampe nanti, gue bales"
...。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆...
...• TBC •...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments