"Dasar tidak berguna, wanita rendahan pembawa sial..!"
Umpat nyonya Hong terdengar dari paviliun utama. Su Zihan yang terbaring tak berdaya, meneteskan airmata. Ini bukan yang pertama, tapi tetap saja hatinya terluka mendengar cacian itu.
"Kenapa dia tidak mati saja bersama bayinya..? hidup juga tidak ada manfaatnya." umpat nyonya Hong lagi.
"Ibu, fikirkan kesehatanmu. Tenanglah...!" ucap pelan Zhen Nilu.
"Bagaimana aku bisa tenang..? wanita rendahan itu melahirkan bayi perempuan. Entah kesialan apa yang akan diberikan oleh mereka untuk keluarga Hong dimasa depan..?" sahut nyonya Hong.
Bibi tabib yang mendengar, amat merasa marah. Siapa yang tahu akan jalan takdir hidup, lagi pula apa salahnya dengan memiliki anak perempuan..?
Bibi tabib mengusap lembut tangan Su Zihan "jangan dengarkan mereka, lebih baik kau susui bayimu."
Bibi tabib memindahkan bayi perempuan itu kepangkuan Su Zihan.
Wanita berusia dua puluh tiga tahun itu pun patuh, mendekap putrinya dengan penuh kasih lalu memberikan ASI.
Tak lama Yu Lan datang dengan semangkuk tonik yang tadi ia buat. Nampak asap tipis menguap dipermukaan mangkuk.
"Aku bantuk kakak ipar meminumnya..!" tawar Yu Lan, meniup tonik herbal dipermukaan sendok setelah duduk disisi ranjang.
Su Zihan tersenyum tipis "terimakasih...!" ucapnya.
"Kalau begitu bibi pamit..! ini resep obatnya, diminum tiga kali sehari." ucap wanita berusia empat puluh lima tahunan menyodorkan kertas bambu.
"Kondisimu sangat lemah, kau harus beristirahat setidaknya satu bulan untuk memulihkan kesehatanmu. Jangan melakukan pekerjaan apapun terlebih dulu.
Pesan bibi tabib pada Su Zihan yang diiyakan.
"Terimakasih bibi, maaf sudah merepotkan..!" ucap Yu Lan menaruh mangkuk lalu merogoh pinggangnya, mengambil kantung koin perak untuk diserahkan pada bibi tabib.
"Tidak perlu sungkan, ini sudah menjadi tugasku." sahutnya menerima upah dari pekerjaannya.
Yu Lan mengantarkan bibi tabib sampai diambang pintu, sebelum kembali membantu kakak iparnya menghabiskan tonik herbal.
"Ibu...!" panggil dua bocah laki-laki memasuki paviliun.
Yu Lan dan Yu Zihan tersenyum lebar melihat dua balita tampan itu.
Wang Bolin berusia lima tahun dan Wang Fei empat tahun. Putra Yu Lan bersama sang suami Wang Chun, pemilik toko herbal Wang dikota Guizhou.
"Apa adikku perempuan..?" tanya Wang Bolin menatap berbinar wajah sang bayi dengan pupil jernihnya.
Su Zihan terkekeh "iya, adikmu perempuan."
"Yei, akhirnya aku punya adik perempuan." sorak Bolin dan Fei melompat riang.
Su Zihan dan Yu Lan terbahak.
Jang Mei datang membawa semangkuk bubur sayur, kedua balita langsung mengadu senang.
"Bantu ibu untuk membersihkan kakak iparmu." titah Jang Mei pada sang putri.
"Ibu, biar nanti suamiku saja yang melakukannya. Ini kotor bu..!" cegah Su Zihan tak enak hati.
"Tidak apa-apa, menunggu suamimu masih lama pulangnya." sahut Jang Mei.
Selimut dan kasur tipis digulung diganti dengan yang baru, setelah membantu Su Zihan mengganti pakaian.
"Makanlah, ibu mau mencuci ini dulu."
Su Zihan memegangi tangan ibu mertuanya. "Ibu istirahat saja, biar nanti suamiku yang mencucinya." ucapnya dengan netra memanas.
Ia amat bersyukur memiliki ibu mertua yang teramat baik.
Jang Mei tersenyum, mengusap lembut tangan menantunya. "Jangan khawatirkan ibu, kau habiskan makanmu lalu istirahat."
"Biar aku membantu ibu..!" kata Yu Lan melihat kearah kedua putranya.
"Baik ibu..! kami akan menjaga bibi dan adik." jawab Bolin dan Fei yang mengerti akan maksud tak terucap ibunya.
Bolin dan Fei naik ketas ranjang, duduk disisi Su Zihan bermain dengan bayi mungil yang mulai bisa membuka matanya.
"Adikku cantik sekali..!" kata Bolin mengusap lembut pipi bayi itu dengan ibu jarinya.
"Iya, cantik seperti ibu, nenek dan bibi...!" sahut Fei.
Su Zihan tersenyum "tentu saja cantik, karena kedua kakak lelakinya juga sangat tampan."
"Siapa nama adikku bibi..?" tanya Fei.
"Tunggu pamanmu pulang, nanti paman yang akan memberi nama." sahut Su Zihan.
Mereka terus bertukar kata, dengan diselingi kekehan riang. Sampai dimana Jang Mei dan Yu Lan kembali bergabung disana.
BRAK PYAR
Suara gaduh terdengar dari paviliun utama.
"Jadi perempuan rendahan itu melahirkan bayi perempuan..?" suara bariton tuan Hong terdengar.
Ternyata pria itu sudah kembali dari penginapan.
"Aku sudah sangat malu karena keluarga Hong yang terhormat memiliki menantu seorang budak, sekarang malah melahirkan bayi perempuan. Sungguh kesialan apa lagi yang akan wanita hina itu berikan dimasa depan..?" nyonya Hong menimpali.
"Ini semua salahmu..? kalau saja kau dulu tidak membawa wanita itu untukku jadikan selir. Keluarga Hong kita tidak akan menanggung karma memalukan seperti ini."
"Kenapa jadi menyalahkan aku..? Kau sendiri yang mau memiliki selir."
"Tapi bukan wanita rendahan dari keluarga miskin seperti itu."
Perdebatan dengan suara meninggi, lantang terdengar oleh para insan dipaviliun yang ditinggali oleh Jang Bing.
Yu Lan menggeram marah, sementara Jang Mei dan Su Zihan menangis tersedu.
Sudah menjadi makanan setiap hari bagi mereka, dihina, diperlakukan kasar dan diperbudak semaunya. Tanpa bisa melawan atau pun membela diri.
Langkah kaki terdengar mendekat, Jang Mei dan Su Zihan langsung mengusap airmata mereka hingga bersih.
BRAK
Pintu dibuka paksa.
Tuan dan nyonya Hong menghampiri dengan wajah merah padam, menatap nyalang tiga wanita berbeda usia diatas ranjang.
"Enak sekali kalian duduk santai disini." kata tajam tuan Hong.
"Cepak bekerja, lakukan tugas kalian..!" tunjuknya pada Jang Mei dan Su Zihan.
"Tuan..! waktu makan malam masih lama, pekerjaan apa yang harus aku lakukan..?" tanya Jang Mei.
"Bersihkan halaman, paviliun utama, cuci baju kotorku. Dan bukan cuma kau yang melakukannya, menantu rendahanmu ini juga harus bekerja."
"Tuan..! Han'er baru saja melahirkan, dia masih lemah. Biarkan Han'er beristirahat."
"Tidak usah manja. Aku juga pernah melahirkan, tidak ada masalah setelahnya meski aku harus bekerja." kata nyonya Hong.
"Cih, memang apa yang kau kerjakan setelah melahirkan..?" tanya ketus Yu Lan.
"Diam kau anak kurang ajar..!" bentak tuan Hong "apa itu yang diajarkan ibumu selama ini, bersikap tidak sopan kepada orangtua..?"
"Dia bukan orangtuaku." sahut berani Yu Lan.
"Anak terkutuk, keparat kau...!" umpat Tuan Hong menampar pipi kiri Yu Lan.
"Ibu...!" seru Bolin dan Fei.
"Tuan...!" seru kaget Jang Mei.
Yu Lan menatap nyalang sang ayah, kebenciannya semakin subur tertanam disanubari. Dalam hati ia bersumpah, kelak dimasa depan semua kesakitan yang sudah ia dapatkan harus terbalaskan.
"Jangan menjadi anak yang tidak berbakti, atau kau mau langit menghukummu..?" tunjuk tuan Hong.
Jang Mei menarik perlahan tangan Yu Lan untuk duduk diam disisinya.
"Jangan membuang waktu, cepat kau bangun..! Bersihkan paviliun utama, jika kalian mau ada makanan malam ini." titah nyonya Hong pada Su Zihan.
"Biar aku saja nyonya...!"
"Kau kerjakan yang lain...!" jawab tuan Hong.
Dengan susah payah, Su Zihan melangkahkan kaki meninggalkan bayinya yang dijaga oleh Bolin dan Fei. Sementara Jang Mei pergi kepekarangan belakang untuk mencuci pakaian.
Sedangkan Yu Lan, berlari menuju keladang guna memberi tahu kakak lelakinya Jang Bing. Pria itu harus cepat pulang untuk melindungi istri dan putrinya.
KERTAS KULIT HEWAN
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments