Bab 5 ~ Pindahan

Sekitar jam 10 malam Gaffi baru masuk kamar , dari selesai makan malam Gaffi asik mengobrol dengan Zidan dan Ayah Syahdan .

" Tok Tok Tok " , Gaffi mengetuk pintu kamar Zira namun tidak ada sahutan dari dalam kamar .

" Dek boleh Abang masuk ? " , tanya Gaffi namun lagi-lagi tidak ada jawaban .

Kemungkinan Zira sudah tidur dan ketika kenop pintu diputar ternyata pintu dikunci dari dalam .

Gaffi tak ambil pusing ia bisa beristirahat di ruang tv .

" Pasti Zira kecapean kasian dia " , batin Gaffi .

Baru saja Gaffi mau membaringkan tubuhnya disofa , tiba-tiba Zidan datang menghampirinya .

" Kenapa tidur disini Gaf ? " , tanya Zidan bingung.

" Kamar nya dikunci gapapa mungkin Zira udah tidur kasian kecapean dia " , jawab Gaffi dan melanjutkan membaringkan tubuhnya disofa.

" CK " , Zidan berdecak seraya menggelengkan kepalanya .

" Bentar " , balas Zidan yang langsung pergi begitu saja .

Tak lama Zidan kembali dan ia menyerahkan sebuah kunci pada Gaffi .

" Ni ada kunci cadangan kamar Zira , udah sana ke kamar masa pengantin baru tidurnya terpisah " , Ucap Zidan mengusir Gaffi .

" Yaelah gapapa gue disini aja " , tolak Gaffi yang takut mengganggu tidur istrinya .

" Udah udah sana ! " , balas Zidan seraya mendorong tubuh Gaffi.

Gaffi berjalan ke arah kamar Zira , namun ia ragu-ragu ketika akan membuka pintu kamar.

" Udah masuk aja ! " , ucap Zidan dari arah belakang .

Gaffi sedikit terkejut ternyata Zidan mengikutinya .

" Iya iya bawel lu " , jawab Gaffi seraya mulai memutar kunci kamar

Dan benar saja kamar langsung terbuka , Gaffi pun pamit untuk masuk kamar pada Zidan .

Ia menutup kembali pintu kamar dengan perlahan takut mengganggu Zira yang sudah tertidur pulas .

Gaffi memutuskan untuk tidur di atas sofa ia takut membuat Zira terkejut ketika bangun nanti jika ia tidur seranjang .

Gaffi mulai membaringkan tubuhnya seraya menatap Zira yang tidur membelakanginya , terlihat rambut hitam Zira terurai .

Gaffi tersenyum memandangi nya .

" Ya Allah jadikan hamba imam yang sebaik-baiknya untuk Ma'mun hamba " , batin Gaffi berdoa sungguh-sungguh .

Gaffi mulai memejamkan kedua matanya namun ia mendengar pergerakan dari Zira , ingin sekali ia melihat kembali istrinya .

Gaffi membuka kembali kedua matanya dan ternyata kini Zira tidur menghadap padanya , wajah cantik Zira terlihat dengan jelas walau ia sudah tertidur pulas .

Zira memang memiliki wajah yang imut , bulu mata yang lentik , hidung yang kecil namun mancung , bibir yang tipis dan kedua pipi yang sedikit cabby .

" Masya Allah Cantik " , ucap Gaffi pelan .

Gaffi terus memandangi wajah Zira yang sudah tertidur pulas sampai ia tertidur , menyusul Zira ke alam mimpi .

#

Pukul 3 dini hari Gaffi terjaga dan ia langsung disuguhkan dengan pemandangan yang sangat indah.

Zira masih tertidur pulas menghadap Gaffi namun kini selimut yang hampir menutupi seluruh tubuhnya entah kemana , kini Gaffi bisa melihat kalau Zira ternyata memakai baju lengan pendek dengan bagian dada yang sedikit terbuka .

" Astaghfirullah kenapa jadi fokus kesana ". , Gaffi beristighfar dan segera sadar dari lamunannya.

Berbarengan dengan itu tiba-tiba Zira membuka kedua matanya dan ia terperanjat kaget .

" Aaaaaa siapa kamu ? " , teriak Zira seraya langsung bangun dan menutupi dadanya dengan kedua tangan .

" Suut ga usah teriak-teriak dek ini masih pagi " , ucap Gaffi seraya menaruh jari telunjuknya didepan mulut .

" Kamu siapa ? , mau ngapain disini ? " , tanya Zira yang ketakutan dan ia langsung mencari selimutnya dan langsung menutup seluruh tubuhnya dengan selimut hanya memperlihatkan wajahnya saja .

Gaffi langsung mengganti lampu tidurnya dengan lampu biasa , biar Zira bisa melihat dengan jelas .

" Kamu ingat kan dek ? " , tanya Gaffi memastikan .

" Kenapa bisa masuk kesini ? " , tanya Zira karena seingatnya pintunya sudah dikunci dari dalam .

" Bisalah , bang Zidan yang kasih kunci cadangan " , jawab Gaffi jujur seraya menunjuk ke arah kunci yang ia simpan di atas meja dekat sofa .

" Hemmm " , Zira kesal ia mejukan bibirnya beberapa centi .

" Tapi Abang gak ngapain-ngapain Zira kan ? " tanya Zira memastikan seraya mempererat memegang selimut yang menutupinya tubuhnya .

" Kamu sama sekali ga ingat dek ? " , goda Gaffi seraya tersenyum tipis .

" Memangnya Abang ngapain Zira ? " , tanya Zira cepat dengan wajah was-was nya .

" Udah-udah ayo bersiap kita sholat malam dulu ! " , ajak Gaffi seraya menahan tawanya .

Gaffi mulai masuk ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu , tak lama Gaffi sudah kembali dan ia masih melihat Zira yang duduk diatas tempat tidur dengan wajah kebingungan .

" Udah sana ambil air wudhu dek , ayo shalat ! " , Ajak Gaffi sekali lagi .

" Zira bisa sholat sendiri " , jawab Zira ketus .

" Pahala Shalat berjamaah dan sendiri itu beda loh , pahalanya lebih besar shalat berjamaah dek " , ujar Gaffi seraya menggelarkan sajadah.

" Iya tau " , jawab Zira cepat dan ia langsung berdiri namun tidak melepaskan selimut yang sedari tadi membungkus dirinya .

Zira masuk ke kamar mandi dan didalam kamar mandi Zira tidak langsung mengambil air wudhu , ia memperhatikan tubuhnya didepan cermin besar seraya mengutuk kebodohan nya , bisa-bisa ia tidak tahu kalau suaminya masuk kamar .

Beberapa kali Zira memperhatikan tubuhnya dan semuanya tidak ada yang aneh , setelah merasa yakin kalau suaminya tidak melakukan apa-apa , Zira langsung mengambil air wudhu .

Zira keluar kamar mandi dan ia melihat suaminya yang tengah duduk bersila diatas sejarah seraya berdzikir , entah punya siapa kini Gaffi sudah memakai baju Koko dan peci serta kain sarung yang berwarna hitam .

Zira segera mengambil alat shalat nya , memakai mukena dan menggelarkan sejadah dibelakang Gaffi .

" Udah siap ? '' , tanya Gaffi seraya melirik ke arah belakang .

" Hmm " , Zira hanya berdehem .

Gaffi mulai berdiri dan bersiap untuk shalat diikuti Zira dari belakang .

Keduanya menunaikan Shalat Sunnah malam berjamaah untuk pertama kalinya dan shalat pun berjalan dengan khusu .

" Assalamualaikum warahmatullah " , pertanda shalat keduanya telah selesai.

Gaffi langsung berdzikir dan berdoa , setelah itu ia melirik ke arah belakang dan ternyata Zira masih setia berada dibelakangnya , Gaffi membalikan tubuhnya dan menyodorkan tangannya ke arah Zira .

Zira sangat canggung namun dengan perlahan ia meraih tangan suaminya dan mencium punggung tangan nya sekilas lalu ia segera berdiri dan melipat sejadahnya .

Zira kembali naik ketempat tidur tanpa membuka mukena nya , ia mengambil ponselnya dan bersandar diheadboard .

" Dek nanti setelah sarapan , kita pindahan ya " , ucap Gaffi lembut .

Zira langsung menghentikan aktivitasnya dan menatap Gaffi .

" Pindahan ? , pindahan kemana ? " , tanya Zira yang keberatan .

" Kita pindah ke apartemen Abang " , jawab Gaffi seraya menatap Zira .

" Zira ga mau , Abang aja sendiri yang pindah " , tolak Zira seraya kembali memainkan ponselnya .

" Ga bisa gitu dong dek , jadi seorang istri itu harus mau untuk diajak suaminya kemana pun , baru itu namanya istri yang baik " , tutur Gaffi tersenyum .

" Bodo amat pokoknya Zira ga mau " , kekeh Zira .

" Ya udah gapapa siap-siap aja kena ceramah bang Zidan dan juga Ayah " , balas Gaffi santai .

" Iii ngeselin " , Timpal Zira seraya memajukan kedua bibirnya .

~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!