Sekitar jam 10 malam Gaffi baru masuk kamar , dari selesai makan malam Gaffi asik mengobrol dengan Zidan dan Ayah Syahdan .
" Tok Tok Tok " , Gaffi mengetuk pintu kamar Zira namun tidak ada sahutan dari dalam kamar .
" Dek boleh Abang masuk ? " , tanya Gaffi namun lagi-lagi tidak ada jawaban .
Kemungkinan Zira sudah tidur dan ketika kenop pintu diputar ternyata pintu dikunci dari dalam .
Gaffi tak ambil pusing ia bisa beristirahat di ruang tv .
" Pasti Zira kecapean kasian dia " , batin Gaffi .
Baru saja Gaffi mau membaringkan tubuhnya disofa , tiba-tiba Zidan datang menghampirinya .
" Kenapa tidur disini Gaf ? " , tanya Zidan bingung.
" Kamar nya dikunci gapapa mungkin Zira udah tidur kasian kecapean dia " , jawab Gaffi dan melanjutkan membaringkan tubuhnya disofa.
" CK " , Zidan berdecak seraya menggelengkan kepalanya .
" Bentar " , balas Zidan yang langsung pergi begitu saja .
Tak lama Zidan kembali dan ia menyerahkan sebuah kunci pada Gaffi .
" Ni ada kunci cadangan kamar Zira , udah sana ke kamar masa pengantin baru tidurnya terpisah " , Ucap Zidan mengusir Gaffi .
" Yaelah gapapa gue disini aja " , tolak Gaffi yang takut mengganggu tidur istrinya .
" Udah udah sana ! " , balas Zidan seraya mendorong tubuh Gaffi.
Gaffi berjalan ke arah kamar Zira , namun ia ragu-ragu ketika akan membuka pintu kamar.
" Udah masuk aja ! " , ucap Zidan dari arah belakang .
Gaffi sedikit terkejut ternyata Zidan mengikutinya .
" Iya iya bawel lu " , jawab Gaffi seraya mulai memutar kunci kamar
Dan benar saja kamar langsung terbuka , Gaffi pun pamit untuk masuk kamar pada Zidan .
Ia menutup kembali pintu kamar dengan perlahan takut mengganggu Zira yang sudah tertidur pulas .
Gaffi memutuskan untuk tidur di atas sofa ia takut membuat Zira terkejut ketika bangun nanti jika ia tidur seranjang .
Gaffi mulai membaringkan tubuhnya seraya menatap Zira yang tidur membelakanginya , terlihat rambut hitam Zira terurai .
Gaffi tersenyum memandangi nya .
" Ya Allah jadikan hamba imam yang sebaik-baiknya untuk Ma'mun hamba " , batin Gaffi berdoa sungguh-sungguh .
Gaffi mulai memejamkan kedua matanya namun ia mendengar pergerakan dari Zira , ingin sekali ia melihat kembali istrinya .
Gaffi membuka kembali kedua matanya dan ternyata kini Zira tidur menghadap padanya , wajah cantik Zira terlihat dengan jelas walau ia sudah tertidur pulas .
Zira memang memiliki wajah yang imut , bulu mata yang lentik , hidung yang kecil namun mancung , bibir yang tipis dan kedua pipi yang sedikit cabby .
" Masya Allah Cantik " , ucap Gaffi pelan .
Gaffi terus memandangi wajah Zira yang sudah tertidur pulas sampai ia tertidur , menyusul Zira ke alam mimpi .
#
Pukul 3 dini hari Gaffi terjaga dan ia langsung disuguhkan dengan pemandangan yang sangat indah.
Zira masih tertidur pulas menghadap Gaffi namun kini selimut yang hampir menutupi seluruh tubuhnya entah kemana , kini Gaffi bisa melihat kalau Zira ternyata memakai baju lengan pendek dengan bagian dada yang sedikit terbuka .
" Astaghfirullah kenapa jadi fokus kesana ". , Gaffi beristighfar dan segera sadar dari lamunannya.
Berbarengan dengan itu tiba-tiba Zira membuka kedua matanya dan ia terperanjat kaget .
" Aaaaaa siapa kamu ? " , teriak Zira seraya langsung bangun dan menutupi dadanya dengan kedua tangan .
" Suut ga usah teriak-teriak dek ini masih pagi " , ucap Gaffi seraya menaruh jari telunjuknya didepan mulut .
" Kamu siapa ? , mau ngapain disini ? " , tanya Zira yang ketakutan dan ia langsung mencari selimutnya dan langsung menutup seluruh tubuhnya dengan selimut hanya memperlihatkan wajahnya saja .
Gaffi langsung mengganti lampu tidurnya dengan lampu biasa , biar Zira bisa melihat dengan jelas .
" Kamu ingat kan dek ? " , tanya Gaffi memastikan .
" Kenapa bisa masuk kesini ? " , tanya Zira karena seingatnya pintunya sudah dikunci dari dalam .
" Bisalah , bang Zidan yang kasih kunci cadangan " , jawab Gaffi jujur seraya menunjuk ke arah kunci yang ia simpan di atas meja dekat sofa .
" Hemmm " , Zira kesal ia mejukan bibirnya beberapa centi .
" Tapi Abang gak ngapain-ngapain Zira kan ? " tanya Zira memastikan seraya mempererat memegang selimut yang menutupinya tubuhnya .
" Kamu sama sekali ga ingat dek ? " , goda Gaffi seraya tersenyum tipis .
" Memangnya Abang ngapain Zira ? " , tanya Zira cepat dengan wajah was-was nya .
" Udah-udah ayo bersiap kita sholat malam dulu ! " , ajak Gaffi seraya menahan tawanya .
Gaffi mulai masuk ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu , tak lama Gaffi sudah kembali dan ia masih melihat Zira yang duduk diatas tempat tidur dengan wajah kebingungan .
" Udah sana ambil air wudhu dek , ayo shalat ! " , Ajak Gaffi sekali lagi .
" Zira bisa sholat sendiri " , jawab Zira ketus .
" Pahala Shalat berjamaah dan sendiri itu beda loh , pahalanya lebih besar shalat berjamaah dek " , ujar Gaffi seraya menggelarkan sajadah.
" Iya tau " , jawab Zira cepat dan ia langsung berdiri namun tidak melepaskan selimut yang sedari tadi membungkus dirinya .
Zira masuk ke kamar mandi dan didalam kamar mandi Zira tidak langsung mengambil air wudhu , ia memperhatikan tubuhnya didepan cermin besar seraya mengutuk kebodohan nya , bisa-bisa ia tidak tahu kalau suaminya masuk kamar .
Beberapa kali Zira memperhatikan tubuhnya dan semuanya tidak ada yang aneh , setelah merasa yakin kalau suaminya tidak melakukan apa-apa , Zira langsung mengambil air wudhu .
Zira keluar kamar mandi dan ia melihat suaminya yang tengah duduk bersila diatas sejarah seraya berdzikir , entah punya siapa kini Gaffi sudah memakai baju Koko dan peci serta kain sarung yang berwarna hitam .
Zira segera mengambil alat shalat nya , memakai mukena dan menggelarkan sejadah dibelakang Gaffi .
" Udah siap ? '' , tanya Gaffi seraya melirik ke arah belakang .
" Hmm " , Zira hanya berdehem .
Gaffi mulai berdiri dan bersiap untuk shalat diikuti Zira dari belakang .
Keduanya menunaikan Shalat Sunnah malam berjamaah untuk pertama kalinya dan shalat pun berjalan dengan khusu .
" Assalamualaikum warahmatullah " , pertanda shalat keduanya telah selesai.
Gaffi langsung berdzikir dan berdoa , setelah itu ia melirik ke arah belakang dan ternyata Zira masih setia berada dibelakangnya , Gaffi membalikan tubuhnya dan menyodorkan tangannya ke arah Zira .
Zira sangat canggung namun dengan perlahan ia meraih tangan suaminya dan mencium punggung tangan nya sekilas lalu ia segera berdiri dan melipat sejadahnya .
Zira kembali naik ketempat tidur tanpa membuka mukena nya , ia mengambil ponselnya dan bersandar diheadboard .
" Dek nanti setelah sarapan , kita pindahan ya " , ucap Gaffi lembut .
Zira langsung menghentikan aktivitasnya dan menatap Gaffi .
" Pindahan ? , pindahan kemana ? " , tanya Zira yang keberatan .
" Kita pindah ke apartemen Abang " , jawab Gaffi seraya menatap Zira .
" Zira ga mau , Abang aja sendiri yang pindah " , tolak Zira seraya kembali memainkan ponselnya .
" Ga bisa gitu dong dek , jadi seorang istri itu harus mau untuk diajak suaminya kemana pun , baru itu namanya istri yang baik " , tutur Gaffi tersenyum .
" Bodo amat pokoknya Zira ga mau " , kekeh Zira .
" Ya udah gapapa siap-siap aja kena ceramah bang Zidan dan juga Ayah " , balas Gaffi santai .
" Iii ngeselin " , Timpal Zira seraya memajukan kedua bibirnya .
~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments