Bayu Wirata menatap kakeknya dengan senyum lebar yang tak bisa disembunyikan. Matanya berbinar binar, penuh rasa ingin tahu yang semakin membara setelah mendengar penjelasan tentang cara mengolah tenaga dalam yang baru di jelaskan oleh kakeknya.
"Terima kasih, Kek, karena sudah menjelaskan semuanya. Sekarang aku paham. Aku pasti akan mengikuti cara cara yang Kakek ajarkan," ucap Bayu Wirata dengan suara mantap dan penuh keyakinan.
Ki Laksmana membalas senyuman cucunya, lalu menganggukan kepala dengan pelan.
"Baiklah, Malam sudah larut. Kau harus beristirahat sekarang. Mulai besok, kau akan melakukan latihan mengolah tenaga dalam sesuai dengan apa yang sudah aku jelaskan." Kata Ki Laksamana.
Bayu Wirata menganggukan kepala, lalu ia berdiri perlahan dan melangkah menuju tempat tidurnya yang tak jauh dari tempat mereka duduk. Tubuhnya terasa lelah, tapi semangat di wajahnya tetap terpancar jelas. Dalam sekejap mata tertutup, ia pun terlelap dalam tidur yang nyenyak. Ki Laksmana masih menatap cucunya, sorot matanya penuh kebanggaan dan harap.
"Kau akan menjadi sosok hebat di masa depan dan akan berguna bagi semua orang" kata Ki Laksmana sembari merebahkan tubuhnya di atas lantai pondok yang menjadi tempat tinggalnya. Dan tidak lama kemudian, ia juga terlelap dalam tidurnya.
Hingga ke esokan harinya, saat ayam jantan sudah berkokok di pagi hari ketika mereka melihat sang fajar yang mengintip di ufuk timur.
Sosok kakek tua terbangun dari tidurnya di dalam pondok kecil yang berada di pinggiran Kota Sagatani. yang jauh dari hiruk pikuk kota.
Sosok kakek itu adalah Ki Laksmana sosok tabib terkenal dengan kemampuan pengobatan yang ia miliki.
"Ternyata sudah pagi" kata Ki Laksmana yang melihat sedikit cahaya dari lubang lubang dari dinding pondoknya yang terbuat dari kayu.
Sesaat matanya melirik ke salah satu sudut pondok yang menjadi tempat tidur cucunya. Namun pada saat itu, ia tidak melihat sosok cucunya itu sama sekali.
"Kemana perginya dia?" Tanya Ki Laksmana dalam hatinya sembari bangkit berdiri menuju pintu keluar.
Ketika pintu terbuka, sinar cahaya pagi langsung menerpa wajah dari Ki Laksmana, memberikan kehangatan yang bermanfaat bagi tubuhnya yang sudah tua.
Sesaat ia menghirup udara pagi dalam dalam. Hingga mengisi seluruh rongga paru parunya. Setelah itu, ia menghembuskannya dengan perlahan.
Huhhh..
Di saat yang bersamaan, matanya tanpa sengaja melihat sosok yang ia kenal sedang duduk tegak di salah satu batu besar dekat dengan sungai. Dengan mata terpejam seolah sedang melakukan sebuah meditasi.
Ki Laksmana tersenyum melihat sosok tersebut yang ternyata adalah cucunya sendiri yang bernama Bayu Wirata.
"Ternyata ia sudah melakukannya" gumam Ki Laksmana sembari mendekat ke arah Bayu Wirata.
Namun saat jarak sudah dekat. Pada saat itu, ia mendengar napas Bayu Wirata yang seirama teratur dalam meditasi tersebut.
Hmmm..
"Sepertinya ia melakukannya secara bersmaan. Melatih pernapasan di dalam meditasinya" kata Ki Laksmana menggelengkan kepalanya pelan.
Rasa kagum muncul pada sosok kakek tua tersebut. Ia tidak menyangka jika cucunya itu langsung mempraktekkan apa yang ia jelaskan semalam. Bukan hanya satu cara. Melainkan dua cara sekaligus yang di lakukan secara bersamaan oleh Bayu Wirata.
"Dia memang benar benar berbakat" gumam Ki Laksmana sembari meninggalkan cucunya tersebut. Menuju pondoknya kembali.
Ki Laksmana sama sekali tidak ingin mengganggu cucunya tersebut dalam mengolah tenaga dalam untuk meningkatkan kemampuannya.
Pada saat ini, Ki Wirata berniat membantu cucunya dalam meningkatkan tenaga dalam dengan cepat melalui racikan bahan bahan yang mendukung seseorang dalam meningkatkan tenaga dalam.
Statusnya sebagai seorang tabib, membuat Ki Laksmana mengetahui semua jenis bahan yang bisa di gunakan untuk meningkatkan tenaga dalam.
Bahan bahan itu sudah tersedia di dalam pondoknya. Seperti jamur biru yang berkilau, lumut merah yang basah, akar tumbuhan pasak bumi yang terasa kasar saat di pegang, dan berbagai macam lainnya.
Ki Laksmana meracik itu semua dengan sangat telaten tanpa harus tergesa gesa agar tercipta dengan sempurna. Racikan yang ia buat sangatlah banyak. Tujuannya adalah agar bisa di konsumsi oleh Bayu Wirata setiap hari.
Sementara itu, Bayu Wirata sedang mengolah tenaga dalam di atas batu dekat sungai yang ada di area tersebut.
Pada saat itu, ia sudah masuk dalam meditasinya. Tanpa sengaja ia memasuki dunia spiritualnya yang sangat berbeda dengan dunia nyatanya.
"Aku dimana " gumamnya yang melihat lima unsur element yang sangat besar melayang layang mengelilinginya.
Namun tiba tiba, satu suara terdengar dari salah satu element yang sedang melayang tersebut.
Cuihhhh...
"Mengapa ada anak manusia di sini?" Kata suara dari element petir yang begitu serak penuh tekanan.
Bayu Wirata sedikit terkejut ketika mendengar suara dari salah satu element yang bergerak itu. Tubuhnya langsung terhentak ke belakang.
"Siapa yang bicara?" Gumam Bayu Wirata bertanya tanya dalam hati. Bukan rasa takut yang ada pada dirinya saat ini melainkan rasa penasaran yang begitu tinggi.
Suasana hening sejenak. Hingga tidak berapa lama kemudian satu suara terdengar kembali di dunia spiritual tersebut.
"Apakah anak ini yang akan menjadi renkarnasi kita?" Tanya salah satu dari mereka yang berasal dari element api. Dengan suara yang tidak kalah seraknya.
"Apa?, bagaimana mungkin dia yang akan menjadi renkanasi kita. Dia adalah dari bangsa manusia. Sedangkan kita adalah bangsa dewa. Dan kita tidak akan bisa berenkarnasi pada tubuh manusia" sahut element yang lain yang memberikan suhu dingin. Sudah pasti jika dia adalah element es.
"Benar. Aku juga tidak setuju. Manusia adalah sosok yang sudah membunuh kita. Lalu mengapa kita harus berenkarnasi di dalam tubuh bangsa manusia?" Kata element angin yang juga tidak setuju jika harus berenkarnasi dalam tubuh Bayu Wirata.
Kembali suasana hening sejenak. Tanpa ada yang bicara. Hingga kali ini element air yang berbicara dengan pendapatnya.
"Sepertinya ini adakah takdir dari Sang Penguasa alam semesta. Semasa hidup, kita dulu telah melanggar apa yang di amanahkan oleh Sang Penguasa untuk menjaga bangsa manusia. Akan tetapi, justru kita malah ingin menghancurkan mereka" kata element air yang mengutarakan pendapatnya dengan tenang.
"Sang penguasa sedang menghukum kita. Dengan cara membangkitkan kita kembali di dalam tubuh seorang manusia. Tujuannya adalah agar kita dapat memahami arti dari tugas dan tanggung jawab yang harus kita lakukan" lanjut element air. Yang tanpa sengaja mengingat kata kata dari sosok manusia yang membunuh mereka ketika di pertarungan akhir mereka.
Ternyata lima element itu adalah jiwa dari para dewa yang sudah di bunuh oleh Andi Mahesa, sosok manusia yang berkultivasi menjadi dewa.
Semua element yang ada di sana mendengar apa yang dikatakan oleh element air. Hal itu membuat mereka terdiam seribu bahasa tanpa bisa menyahuti atau pun menyangkal perkataan element air.
Akan tetapi, di dalam hati mereka tetap tidak terima jika di bangkitkan kembali ke dalam tubuh seorang manusia.
Bayu Wirata berdiri terpaku, matanya berkeliling menangkap suara suara gaduh dari para element yang yang sedang mengelilinginya. Tapi tiap kata yang terlontar dari mulut mereka hanya membingungkan dia. Rasa sesak mulai menggelayut di dadanya. Akhirnya, dengan suara pelan yang hampir terdengar seperti permohonan, ia angkat bicara.
"Aku tidak mengeryi dengan apa yang kalian bicarakan. Tapi, bisakah kalian bantu aku keluar dari sini?" tanyanya, dengan nada polosnya terpaut ragu.
Sekejap, suasana heninng menyelimuti. Para element menatapnya dengan mata penuh penasaran dan sinis.
"Kamu sendiri yang masuk ke tempat ini. Kenapa kamu bisa tidak tahu untuk kembali?" sahut element petir dengan nada tajam, suara bergetar seperti aliran listrik yang menyambar.
Bayu menegakkan dagu, mulutnya mengeras, kemudian membalas dengan suara yang lebih lantang dan sedikit mengandung kemarahan,
"Aku huga tidak berniat datang kemari!, aku sama sekali tidak tahu apa yang menyebabkan aku berada di sini!"
Sahutan dengan nada membentak itu membuat element petir menjadi murka. Cahaya petirnya semakin menyala, kilatan kilatannya sedikit menyambar area di sekitarnya.
"Apakah kau ingin merasakan sengatan petirku? petirku bisa membuatmu tewas dan langsung membawamu ke neraka!" ancamnya dengan suara menggelegar, mencoba menekan sosok manusia yang bernama Bayu Wirata.
Suasana menjadi sedikit tegang. Hingga element air yang selalu bicara tenang, kembali mengangkat suaranya.
"Jangan lakukan itu, jika kau membunuhnya. Maka kita tidak akan bisa bangkit kembali" kata element air menyahuti perkataan element petir.
Element petir terdiam setelah mendengar apa yang di katakan oleh element air. Menurutnya perkataan element air memang sangat benar.
Element air menatap sosok manusia yang ada di depannya dengan lemah lembut.
"Dengarkan kau.!, sekarang pejamkan matamu dan berkonsentrasilah..!, pusatkan pikiranmu dan rasakan tempat di mana terakhir kali kau berada sebelum kau berada di sini.!" Kata element air memberi arahan.
Bayu Wirata langsung memejamkan matanya, lalu melakukan apa yang di sarankan oleh sosok element air yang ada di depannya.
Ia memusatkan pikirannya dan mencoba merasakan suasana tempat sebelumnya. Hingga pada saat itu, telinganya mendengar gemericik air sungai yang mengalir tidak jauh dari posisinya duduk.
Perlahan ia membuka matanya, hingga pada saat ini, ia sudah kembali ke tempatnya semula. Yaitu di atas batu dekat sungai yang ada di sekitar tempatnya tinggal.
Bayu Wirata mengedip pelan, mengangkat kepala seolah baru saja terbangun dari tidur yang aneh.
"Akhirnya aku kembali dari mimpi aneh itu," gumamnya pelan, yang mengira jika tadi ia sedang masuk ke alam mimpi. namun, wajahnya masih terlihat agak bingung.
Pada saat ini, tubuhnya terasa berbeda, ada getaran halus yang mengisi perut hingga dada, seperti aliran energi yang baru pertama kali ia rasakan. Bayu menutup mata sejenak, mencoba menangkap rasa aneh itu.
"Apakah ini yang namanya tenaga dalam?" tanyanya dalam hati.
Memang pada saat itu, ada sedikit energi yang mengisi lingkar tenaga dalamnya. Hal itu wajar karena ia baru satu kali melakukanya. Itupun sudah bisa di katakan berhasil. Jika melihat usianya yang masih muda.
Bayu Wirata beranjak dari tempat duduknya, dengan langkah ringan, ia berdiri dan melangkah menuju pondok kecil di dekat situ.
Saat pintu terbuka, terdengar suara serak yang langsung menyambut ke datangannya.
"Apakah kau sudah selesai melatih pernapasan dan meditasimu?" tanya suara itu, yang ternyata adalah Ki Laksmana.
Bayu Wirata menganggukan kepalanya singkat.
"Sudah, Kek," jawabnya, berjalan mendekat dan duduk berhadapan dengan sang kakek, dada masih bergemuruh oleh sensasi energi baru yang tak biasa itu.
Bayu Wirata berdiri di depan meja kayu di mana ia melihat Kakenya sedang menata beragam racikan obat.
Matanya melirik satu per satu botol kecil dan ramuan berwarna warni yang tertata rapi di depannya.
"Wah, banyak sekali, Kek. Apakah semua ramuan ini untuk pasien pasien kakek?" tanyanya dengan ragu, sambil menyentuh perlahan beberapa botol yang berisi ramuan tersebut.
Ki Laksmana tersenyum kecil setelah mendengar pertanyaan cucunya, sorot matanya hangat tapi penuh makna.
"Memang semua racikan obat ini untuk pasien kakek, tapi pasiennya bukan orang lain, tapicmelainkan kamu sendiri, Bayu. Semua ramuan ini dibuat khusus agar tenaga dalammu bertambah besar dan kepedekaranmu dapat meningkat," jawab Ki Laksmana pelan.
Mendengar hal itu, semangat Bayu Wirata tiba tiba menyala, dadanya berdebar penuh harap. Ia langsung menatap kakeknya dengan mata berbinar.
"Kalau begitu, berikan semua ramuan ini, Kek! Aku ingin segera mengkonsumsinya!" ujarnya, suaranya penuh antusiasme dan tekad.
Ki Laksmana yang wajah semangat cucunya. Langsung mengambil beberapa racikan yang sudah ia buat. Setekah itu ia menjelaskan semuanya secara rinci. Mulai dari cara mengkonsumsi, waktu dan jumlah dalam sehari, hingga manfaat dari ramuan itu sendiri.
Bayu Wirata sangat bersemangat mendengarnya. Lalu bocah tersebut langsung mengkonsumsi racikan yang sudah di buat oleh kakeknya. Tentu saja dengan cara yang sudah di anjurkan oleh kakekmya tadi.
"Aku akan meminumnya kek" kata Bayu Wirata sembari menuangkan air dalam botol ke dalam cawan kecil yang terdapat serbuk ramuan obat penambah tenaga dalam.
Air masuk kedalam awan. Lalu berubah warna ketika bercampur dengan serbuk yang ada di dalammya.
Perlahan namun pasti, Bayu Wirata mengaduk ramuan obat tersebut hingga merata dengan sempurna.
Setelah itu, bocah yang bernama Bayu Wirata langsung meneguk air tersebut hingga tak tersisa sama sekali. Memang rasanya sangat tidak enak di lidah bocah tersebut. Namun ia tetap mencoba untuk menelannya tanpa ragu.
"Sudah habis kek" kata Bayu wirata, sembari meletakkan cawan di atas lantai pondok
Setelah beberapa saat kemudian. Bayu Wirata merasakan sensasi aneh pada tubuhnya. Rasa panas mulai menjalar keseluruh tubuhnya. Keringat mulai mengucur dan membasahi pakaian putih yang ia kenakan.
"Ada apa dengan tubuhku kek?" Tanya Bayu Wirata. Yang tidak mengerti dengan keadaann yang ia alami setelah meminum ramuan dari kakeknya itu.
Ki Laksmana tersenyum kepada Bayu Wirata. Dan ia hanya menganggukkan kepalanya sesaat. setelah melihat reaksi dari ramuan yang sudah bekerja pada cucunya.
"Itu adalah reaksi obat yang baru kau konsumsi. Kau cukup bersila saja dan rasakan reaksi itu masuk ke dalam tubuhmu" kata Ki Laksmana memberi arahan kepada Bayu Wirata.
Bayu Wirata mendengar dan mengikuti apa yang di katakan oleh kakeknya. Ia duduk bersila sembari memejamkan mata. Mempokuskan aliran panas yang merambat di seluruh tubuhnya.
Hal tersebut ia lakukan terus menerus sampai rasa panas itu menghilang dari dalam tubuhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Baby MinMin <3
Baper abis. 😢❤️
2025-09-15
0