"Rakha, tunggu..." kali ini dengan suara melunak, Elvira menghentikan Rakha yang sudah bersiap masuk kedalam mobil, untuk kembali bekerja setelah tiga hari tak pergi ke kantor.
Tanpa menjawab, apalagi menoleh, Rakha hanya berhenti. Menunggu apa yang ingin Elvira katakan kepadanya.
"Tadi sebelum Nenek pergi, Nenek memberikan ini, katanya sore ini kita harus pergi ke Bali untuk... untuk, bulan madu." ucapan Elvira sedikit terbata, lalu menunjukkan bukti tiket pesawat, hotel serta brosur wisata 6 hari 5 malam yang sudah Nenek persiapkan.
"Kamu pasti yang memiliki ide ini kan!?" mendengar kata bulan madu, membuat Rakha kembali merasakan kebenciannya pada Elvira.
"T-tidak, aku sama sekali tidak tahu. Ini beneran dari Nenek, katanya hadiah pernikahan kita."
"Pernikahan kita katamu, sungguh kamu menganggap serius pernikahan ini?" Rakha menjeda ucapannya, sembari tersenyum mengejek.
"Hegh, Aku tidak percaya ini, wanita manipulatif sepertimu yang melakukan berbagai macam cara demi bisa menjadi istri Pramasta Rakha Paundra, kini ingin menjadi istri sesungguhnya."
Mendengar tuduhan serta ejekan Rakha, Elvira hanya diam mendengarkan dengan tenang.
"Perlu kamu ketahui Elvira, jangan karena semalam aku berbaik hati padamu lalu kamu bermimpi menjalani rumah tangga yang bahagia dengan ku, karena mulai hari ini dan hari-hari berikutnya, aku akan membuat dirimu merasa seperti berada di Neraka. Kamu akan membayar kesalahanmu karena telah membuat Nenek memaksaku menikah denganmu!" tanpa mempedulikan perasaan Elvira, Rakha tetap pergi meninggalkan rumah dengan kekesalan.
Elvira berlari mengejar sampai keluar gerbang, tapi dia hanya bisa melihat mobil Rakha melaju kencang. Seketika tubuhnya terasa begitu lemas karena sejak pernikahan, dia harus berpura-pura cuek dan kuat menghadapi kemarahan dan hinaan Rakha.
"Hhhuuuffff.... andai saja aku punya pilihan lain, aku juga tidak ingin menikah dengan pria sepertimu," ucap Elvira mengusap dadanya yang terasa begitu sesak.
"Hegh! mau bulan madu dengan ku, jangan bermimpi!" ucap Rakha ditengah dirinya fokus mengemudikan mobil hitamnya yang melalui jalan berliku. Rakha masih berpikir jika ini hanya akal-akalan Elvira saja mengatasnamakan Nenek supaya dia bisa pergi berduaan dengannya. Hingga pada saat ponselnya berdering, menunjukkan nama Nenek melakukan panggilan Video.
"Ya, Hallo Nek..." seperti biasa, Rakha menyapa Neneknya dengan lembut.
"Rakha, apa kamu sudah mulai bersiap?"
"Ya Nek, aku sudah berada diperjalanan." sambil sesekali melihat kearah layar ponsel, Rakha masih terus fokus mengemudi.
"Benarkah, penerbangan kan masih nanti sore, apa kalian begitu sudah tidak sabar sampai jam segini sudah berangkat?"
Mendengar pertanyaan Nenek yang menggodanya, Rakha baru menyadari jika yang dimaksud Nenek berangkat ke bandara untuk melakukan perjalanan bulan madu seperti yang Elvira katakan. Hal itu membuat konsentrasinya berkurang, hingga mobilnya hampir menabrak gerbang kantornya.
Suara rem yang di injak mendadak terdengar sampai ke telinga Nenek yang langsung merasa khawatir.
"Rakhaaa...."
"E-ya Nenek..." sambil kembali melajukan mobil memasuki kantor, Rakha berpikir alasan apa yang harus diberikan pada Neneknya.
"Kamu tidak papa?"
"Tidak papa Nenek, aku baik-baik saja."
"Syukurlah, bagaimana dengan Elvira?"
"Elvira...." masih dengan kebingungannya, Rakha turun dari mobil, netranya yang tengah melihat kesana kemari melihat sekertaris cantiknya tersenyum berjalan kearahnya.
"Tuan Rakha...." sapanya. Dan begitu sampai di depan Rakha, entah sengaja atau tidak tubuh tinggi semampai itu seperti didorong, sehingga dengan sigap Rakha menangkap ke pelukannya.
"Rakhaaa....!" pekikan sang Nenek dari balik telpon yang masih tersambung, membuat Rakha langsung melepaskan sekertarisnya. Namun pandangannya tak lepas dari sekertarisnya, bahkan kini Rakha jadi memiliki ide untuk membuat Elvira menderita karena telah memilih menjadi istrinya.
"Tenang saja Nenek, kami baik-baik saja, kami juga akan berangkat, sesuai keinginan Nenek." dengan tatapan mata yang tak lepas dari sekretarisnya, Rakha mengakhiri panggilan telepon Neneknya.
"Tuan Rakha...." dengan suara manjanya, sekertaris cantik itu melangkah lebih dekat.
"Bersiaplah, kita akan ke Bali." tegas Rakha, sembari membuka pintu mobil.
"Ke Bali, kenapa Tuan Rakha tidak bilang sebelumya jika ada proyek di Bali?" tanyanya, bingung.
"Ini urusan pribadi, cepat bersiap, Aku akan menjemputmu di Bandara Bali." setelah mengatakan itu, Rakha masuk ke mobil, dan memutar balik mobilnya untuk kembali ke rumah. Sementara Linda, sang sekertaris yang masih tak percaya akan diajak pergi ke Bali oleh Bos pujaannya, mencubit pipinya sendiri untuk memastikan apakah itu sekedar mimpi atau kenyataan.
"A ough... sakittt." begitu dia merasakan sakitnya dia begitu bahagia karena akhirnya dia akan semakin lebih dekat dengan Rakha, terlebih Rakha bilang ini urusan pribadi.
"Yeyy... aku akan segera bersiap Tuan Rakha," ucap Linda melompat kegirangan. Lalu pulang untuk bersiap.
Begitu sampai rumah, Rakha yang tidak melihat Elvira di kamar, mencari ke ruangan lain sembari berteriak memanggil namanya.
"Elvira." Rakha menemukan Elvira tengah menelpon di tepi kolam, tapi begitu melihat kedatangannya, Elvira buru-buru mematikan ponsel dan berjalan kearahnya.
"Siapa yang kamu telpon?" selidik Rakha dengan penuh curiga.
"A-eum... bukan siapa-siapa." saut Elvira menyembunyikan ponselnya ke belakang.
"Baiklah, aku juga tidak peduli. Sekarang pergi bersiap, jangan sampai kita terlambat."
"Bersiap, kemana?"
"Jangan berpura-pura, bukankah kamu ingin sekali berbulan madu dengan ku?" Rakha bertanya, sembari meraih pinggang Elvira merapat ke tubuhnya, bahkan wajahnya sengaja dia dekatkan untuk menggoda Elvira.
"Sudah ku katakan ini permintaan Nenek," ucap Elvira mengalihkan wajahnya yang hampir menempel pada wajah Rakha.
"Lalu apalagi permintaan Nenek, apa Nenek tidak memintamu untuk menc!umku?" Rakha meraih wajah Elvira agar kembali menatapnya, hidung mancung keduanya yang telah beradu, membuat Rakha memiringkan kepala untuk meraih bibir Elvira. Seketika itu juga Elvira memejamkan mata, sementara kedua tangannya menggenggam dress yang dia kenakan. Tak bisa di hindari, Elvira benar-benar merasa gugup karena baru kali ini dia begitu dekat dengan seorang lelaki. Tapi kegugupan itu seketika hilang saat Rakha tiba-tiba menghentikan aksinya.
"Kita lanjutkan di Bali, sekarang bersiaplah, jangan sampai kita terlambat." ucapan lembut, disertai senyum, justru membuat Elvira merasa aneh.
"Kenapa Rakha tiba-tiba berubah, apa yang dia rencanakan?" batin Elvira, melihat punggung Rakha yang berlalu pergi.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
⧗⃟ᷢʷ §𝆺𝅥⃝©Sakura⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ ⍣⃝🦉
masih penasaran knp sampe kekeh bertahan sama rakha
2025-09-15
1
Evi alvian
ceritanya masih penuh misteri..
lanjut thor semangat up-nya donk💪
2025-09-13
0