Sudah Memiliki Anak?

Kemarahan Rakha teralihkan saat melihat nama Nenek tertera di panggilan masuk ponselnya. Dengan menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan, Rakha mengangkat panggilan itu dan menyapa Neneknya dengan sangat lembut.

"Iya, Hallo, Nek... "

Benar-benar terlihat seperti kedua kepribadian berbeda, dimana dia sangat lembut dan patuh pada neneknya tapi akan berubah menjadi beringas ketika berhadapan dengan orang lain, termasuk Elvira.

"Hallo Rakha, apa Nenek menganggu malam pertama mu?" goda Nenek, yang senyumannya terasa menembus ponsel.

Mendengar pertanyaan itu Rakha kembali kesal, tapi dia harus menahannya dan menjawab pertanyaan Nenek dengan lembutnya.

"Tidak Nenek, kami sudah lelah, jadi..."

"Jadi kalian belum melakukannya?" tanya Nenek memotong jawaban Rakha.

"E-bukan begitu Nenek, tapi..."

"Malam pertama adalah malam yang paling dinantikan seluruh pengantin baru, kenapa kamu menundanya, cepat pergi ke istrimu, dan berikan Nenek cicit yang lucu dan menggemaskan."

Mendengar itu, Rakha hanya tersenyum getir, lalu menutup panggilan telepon sambil mengiyakan apa yang Nenek katakan.

...----------------...

Keesokan paginya, Rakha yang tidur diruang kerjanya, kembali ke kamar. Langkahnya terhenti saat melihat ranjang besarnya sudah kosong dan rapi. Bukan hanya ranjangnya saja yang rapi, tapi seluruh sudut kamar yang biasanya berantakan, kini juga sudah terlihat rapi dan bersih.

"Ada gunanya juga tu cewek." batin Rakha, yang kembali melangkah menuju kamar mandi.

Begitu pintu kamar mandi dibuka, tiba-tiba jeritan Elvira yang tengah mandi, membuat Rakha ikut menjerit dan langsung menutup pintunya kembali.

"Kenapa tidak mengetuk pintu!?" pekik Elvira, mendekatkan telinganya ke pintu.

"Kamu sendiri kenapa tidak mengunci pintu, apa kamu sengaja ingin menggodaku?" Rakha balik bertanya dengan teriakannya.

Mendengar itu, Elvira terdiam, mengingat dia kesulitan mengunci pintu, hingga akhirnya membiarkan pintunya tidak terkunci.

Tidak mendengar jawaban dari Elvira, Rakha mendekatkan telinganya ke pintu, tapi disaat bersamaan, pintu kamar mandi terbuka, sehingga Rakha terhuyung menabrak Elvira yang langsung sigap menahan kedua lengannya.

Rakha termangu sesaat, melihat Elvira yang hanya mengenakan bathrobe sepanjang lutut dengan rambut basah yang masih menetes. Namun pandangannya terhenti saat Elvira menurunkan tangan darinya dan berjalan meninggalkannya.

"Aku lupa," ucap Elvira dengan santainya berlenggang pergi, mengambil baju yang masih berada di dalam koper.

Melihat itu, Rakha menyusul Elvira dan berdiri dihadapan Elvira yang tengah berjongkok memilih baju mana yang akan dia kenakan.

"Heh! lagian siapa yang mengizinkan mu memakai kamar mandiku, semalam aku mengizinkan mu tidur dikamar ku, tapi bukan berarti kamu akan terus tinggal dikamar ini dan memakai seluruh barang yang ada disini sesukamu!"

Elvira hanya diam, tak mempedulikan ocehan Rakha, sehingga Rakha semakin marah dan menarik tangan Elvira yang masih fokus memilih pakaian.

"Heh! apa selain tak tahu malu, kamu juga tuli!?" belum sempat menjawab, pandangan mata Rakha teralihkan ke tangan Elvira yang memegang pakaian dalam. Seketika itu juga, nalurinya sebagai seorang pria berpikir jika kini Elvira hanya mengenakan handuk, tanpa mengenakan pakaian da-lam. Tapi Rakha segera menepis pikirannya yang mulai travelling kemana-mana, karena dari lubuk hatinya, dia tidak akan membiarkan Elvira dengan mudah menjalani rumah tangga dengannya.

"Dasar murahan!" umpat Rakha yang kemudian masuk kedalam kamar mandi.

Sementara Elvira hanya mencebikan bibirnya lalu memakai pakaiannya, tanpa khawatir Rakha akan mengintipnya.

Setelah beberapa saat, Rakha keluar dari kamar dan menuju ke ruang makan. Elvira sudah ada di sana, duduk di meja makan dengan sarapan yang sudah disiapkan.

"Selamat pagi," Elvira berkata dengan suara yang lembut serta sedikit senyum dibibirnya, seolah tidak ada keributan yang telah terjadi. Hal itu membuat Rakha kesal, karena niatnya untuk membuat Elvira tidak betah, justru dirinya lah yang merasa tidak betah dan ingin segera pergi ke kantor agar terhindar dari Elvira untuk sementara waktu.

"Makanlah sarapan mu," ucap Elvira lagi, menunjuk hidangan yang sudah dia sajikan, tapi Rakha dengan sinis menolak dan langsung berlalu pergi meninggalkan meja makan. Tapi baru beberapa langkah Rakha berjalan, Rakha kembali menoleh saat mendengar Elvira menerima panggilan telepon.

"Apa! lalu bagaimana keadannya sekarang?"

Kata-kata penuh kekhawatiran membuat Rakha semakin penasaran siapa yang tengah menelpon Elvira.

"Baiklah aku akan kesana sekarang." setelah mengatakan itu, Elvira menutup panggilan telponnya. Lalu mendekati Rakha yang masih berdiri menatap dengan rasa ingin taunya.

"Rakha, aku harus pergi sekarang." tanpa menunggu persetujuan apalagi mengatakan alasan mengapa dia harus pergi, Elvira langsung berlari keluar. Dia memanggil salah satu supir dan meminta untuk mengantar ke tempat yang ingin dia tuju.

Sementara Rakha yang sejak tadi menaruh curiga pada Elvira, menjaga jarak aman mengikuti kemana Elvira akan pergi.

"Kita lihat, kemana wanita manipulatif ini akan pergi." gumam Rakha, membelokkan mobilnya, mengikuti mobil yang Elvira naiki.

Setelah melewati jalanan yang cukup macet selama kurang dari dua jam, akhirnya mobil Elvira berhenti di sebuah gang sempit yang tidak bisa dilalui oleh mobil. Karena hal itu, Rakha terpaksa turun untuk mengikuti Elvira yang berjalan kaki memasuki gang sempit yang dipadati oleh rumah-rumah warga.

Sesekali Elvira menyapa dan menjawab pertanyaan warga sekitar yang tengah melakukan aktivitas di teras rumah. Karena itu juga, Rakha juga harus bersembunyi supaya keberadaannya tidak diketahui oleh Elvira.

Seperti saat ini, Rakha harus kembali bersembunyi dibalik pot bunga salah satu rumah warga ketika Elvira kembali disapa oleh warga. Terlihat sekali jika Elvira menjawab pertanyaan warga dengan resah, seakan ingin cepat-cepat pergi dari sana, terbukti Elvira langsung memohon maaf dan berlari meninggalkan ibu-ibu tersebut sebelum ibu-ibu tersebut mendapatkan jawaban dari pertanyaannya.

"Elviraaaa..." pekik ibu itu yang masih tak puas hati karena rasa ingin tahunnya tentang dimana Elvira beberapa hari ini. Terlebih melihat penampilan Elvira yang kini terlihat begitu berbeda seperti orang kaya.

"Sombong sekali."

Rakha dapat mendengar ucapan ibu itu yang terlihat kesal pada Elvira, tapi Rakha yang tidak ingin kehilangan jejak Elvira, mengabaikan itu dan kembali mengikuti Elvira yang semakin jauh meninggalkannya.

Langkah kakinya terhenti saat tiba-tiba seorang anak laki-laki berusia sekitar dua tahun berlari ke arah Elvira.

"Mamaaaa...." ucap anak kecil itu.

"Mama?" lirih Rakha yang begitu terkejut mendengar, sekaligus melihat seorang anak kecil memanggil wanita yang baru dia nikahi memanggilnya Mama.

Masih merasa tak percaya, Rakha menepis sejenak prasangka buruknya, dan kembali melihat kearah mereka. Dimana kali ini Elvira terlihat berjongkok mengulurkan kedua tangannya menyambut anak kecil itu.

"Mama..." anak kecil itu kembali memanggil Elvira Mama dan langsung memeluk Elvira yang membalas pelukannya dengan hangat.

"Sayangnya Mama..." ucap Elvira, menci-umi anak kecil itu berkali-kali.

"Jadi benar, anak laki-laki itu anaknya?" batin Rakha yang kini semakin yakin dengan apa yang dia dengar dan lihat sendiri dengan kedua matanya.

"Jika dia sudah punya anak, lalu apa tujuannya menikahiku, apa jangan-jangan dugaanku selama ini benar?"

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Evi alvian

Evi alvian

lanjut thor..baru 2 bab belum paham alurnya tp kayaknya makin menarik ceritanya

2025-09-11

2

Yuliana Purnomo

Yuliana Purnomo

jangan keburu menyimpulkan sesuatu yg blm jelas, Rakha

2025-09-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!