Panik

Rakha menjadi sangat terkejut ketika anak laki-laki itu mengangkat kepalanya dari bahu Elvira dengan mata yang tertuju kepadanya. Terlebih saat mendengar pertanyaan anak kecil itu pada Elvira.

"Siapa Om itu?"

Dengan panik, Rakha langsung berlari dari sana, bersembunyi dibaling tong sampah yang terletak di depan rumah warga. Sementara Elvira yang menoleh ke belakang, ke arah dimana anak itu menunjuk tak melihat ada siapapun disana.

"Tidak ada siapa-siapa." ujar Elvira yang kemudian kembali berjongkok, memeriksa suhu dan seluruh tubuh anak kecil itu.

"Oh ya, bagaimana keadaan mu, Nenek bilang kamu sakit dan tidak mau makan beberapa hari?" tanya Elvira, khawatir.

"Elvira...."

Suara lembut dari wanita yang keluar dari dalam rumah, membuat Elvira kembali berdiri dan menuntun anak kecil itu menuju wanita paruh baya itu.

"Ibuuu..." Elvira menc!um tangan wanita yang merupakan ibu kandung Elvira, lalu memeluknya dengan erat.

"Ibu, aku sangat merindukanmu." ungkapnya.

"Ibu juga Nak." saut Ibu mengusap kepala anak perempuannya.

"Tapi ngomong-ngomong, tadi ditelpon ibu bilang Rasya sakit, tapi..." dengan mengurai pelukannya dan melihat kearah anak kecil yang bernama Rasya, Elvira meminta penjelasan sang ibu.

"Maafkan ibu sudah berbohong, karena jika tidak, kamu pasti tidak akan langsung pulang."

"Kenapa ibu mengatakan itu, aku pasti akan pulang jika ada hal yang berkaitan dengan Rasya. Beberapa hari ini aku hanya sedang sibuk mengurus sesuatu, supaya masa depan Rasya lebih baik dari sekarang, Ibu tidak ingin kan kita, terutama Rasya hidup dalam kekurangan seperti sekarang?"

"Ya ibu paham, tapi ibu tidak tahu lagi bagaimana membujuk Rasya yang beberapa hari ini tidak mau makan. Dia terus saja rewel, ibu takut dia jatuh sakit, nanti kamu juga kan yang repot."

Mendengar itu, Elvira menghela nafas kasar, lalu melihat kearah Rasya yang tengah asyik bermain dengan mobil-mobilannya. Setelah itu, Elvira pergi kedapur untuk mengambil makan dan kembali duduk di depan Rasya.

"Rasya, apa Rasya ingin bertemu dengan Ayah?"

Mendengar pertanyaan Elvira, Rasya dengan cepat menganggukkan kepala. Wajahnya penuh semangat seakan tak sabar untuk bertemu dengan sosok Ayah yang selama ini dia rindukan kehadirannya.

"Jika Rasya ingin bertemu Ayah, maka makanlah yang banyak, karena jika Rasya tidak mau makan, maka Ayah tidak mau bertemu dengan Rasya."

"Rasya dari kemarin juga makan, tapi Ayah tidak pulang-pulang."

Mendengar itu, Elvira terhenyak, seketika hatinya terasa teriris mengingat sejak Rasya lahir, hingga kini usianya lebih dari 3th, tak sekalipun Rasya bertemu dengan Ayahnya.

"Mama, Ayah kerjanya lama banget..."

Elvira hanya tersenyum getir, dia mengusap wajah Rasya, yang dilihatnya sudah semakin besar dan pintar. Namun Elvira masih belum bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, karena sepintar apapun anak berusia 3th, belum bisa memahami permasalahan yang dialami oleh kedua orang tuanya.

"Mama janji akan membawa Ayah pulang, tapi Rasya juga harus berjanji untuk selalu makan dengan teratur, meminum su$u, vitamin, istirahat dan tidur yang cukup."

Setelah berhasil membujuk Rasya, dan Rasya sudah makan dan sekarang sudah tidur siang dengan pulas, Elvira dengan berat hati harus kembali meninggalkan Rasya dan ibunya.

Elvira harus kembali menjalani rumah tangga yang baru dia bina bersama Rakha demi mencapai tujuannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Bagaimana keadaan anakmu?"

Pertanyaan tiba-tiba dari Rakha, begitu Elvira masuk rumah, membuat Elvira kaget. Dia menoleh ke belakang dan melihat Rakha tengah meng1sap rok0k disela jemarinya sambil menaikan kedua kakinya ke atas meja. Netranya tak sedikitpun memandang Elvira, tapi dari pertanyaan yang Rakha lontarkan, Rakha telah mengetahui jika Elvira pulang menemui anaknya. Karena itu, Elvira melangkah dengan santai kehadapan Rakha dan menjawab pertanyaan Rakha tanpa menyangkalnya.

"Anakku baik, terimakasih atas perhatiannya." saut Elvira, yang kemudian melangkah pergi. Namun baru saja Elvira berbalik badan, dengan marah Rakha menghentikannya.

"Berrrani sekali kau!" dengan menendang meja didepannya, sampai hampir mengenai Elvira, Rakha berdiri didepan Elvira.

"Apa kamu menipu Nenek demi untuk menjamin masa depan anakmu yang tak jelas siapa Ayahnya!?"

Mendengar itu hati Elvira begitu sakit, hatinya merasa tidak terima, karena mau sebejat apapun orang tua, anak tetaplah suci yang tak memiliki dosa.

"Tau apa kamu tentang ayah anakku?" tanya Elvira, dingin.

"Hegh! jangan kamu pikir aku tidak tahu, kamu belum pernah menikah, tapi sudah memiliki anak, lalu siapa yang tahu siapa Ayah dari anak yang kamu lahirkan."

Sebelum meninggalkan pemukiman Elvira tinggal, Rakha yang keluar dari persembunyiannya berlari meninggalkan lokasi, tanpa sengaja dia menabrak wanita paruh baya yang berjalan berlawanan arah.

"M-maaf..." ucap Rakha meminta maaf.

Wanita itu hanya melempar senyum dan kembali melangkah, namun Rakha yang penasaran kembali menghentikannya.

"E-ibu... ibu tahu wanita itu?" tanya Rakha menunjuk Elvira.

"Elvira?" tanya ibu itu.

"Ya, e-apa sebelumnya dia sudah pernah menikah?"

"Setahu saya, Elvira belum pernah menikah..."

"Menikah atau tidak itu bukan urusanmu!" Mendapat jawaban ketus dari Elvira, Rakha tersentak dari lamunannya yang tengah mengingat percakapannya dengan ibu itu.

"Dan satu lagi, kamu boleh menilai aku sesuka hatimu, tapi jangan pernah bicara hal buruk tentang anakku!"

"Jelas ini sudah menjadi urusanku!" tegas Rakha. kembali menghentikan Elvira yang kembali melangkah meninggalkannya.

"Kamu menipu Nenek agar bisa menikah dengan ku, dan sekarang kamu menipu ku!" dengan kasar Rakha menarik lengan Elvira hingga tubuhnya memutar menabraknya.

Namun dengan cepat, Elvira melepaskan diri dengan mendorong Rakha menjauh darinya.

"Kenapa kamu begitu marah, bukankah kamu tidak menginginkan pernikahan ini, kenapa kamu bersikap seolah kita akan menjalani pernikahan seumur hidup dengan ku?"

"Ya, kamu benar, seharusnya aku tidak peduli dengan apa yang kamu lakukan, apalagi dengan masa lalumu itu, tapi yang jadi pertanyaan kenapa kamu ingin menikah dengan ku, kenapa kamu membuat hidupku terikat dalam sebuah ikatan pernikahan yang sama sekali tidak pernah ku inginkan dalam hidupku!"

Elvira terdiam, menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan perlahan. "Aku lelah, aku ingin istirahat," Tanpa memberi alasan pada Rakha, Elvira melangkah menaiki tangga menuju kamar.

"Kamu tidak mau menjawab, baiklah lakukan apa yang ingin ku lakukan, aku juga akan melakukan apa yang ingin ku lakukan!" pekik Rakha, melihat punggung Elvira yang semakin menjauh dari pandangannya.

"Dan satu lagi, pergi dari kamarku, aku tidak ingin tidur satu kamar dengan mu," pekik Rakha lagi. Karena khawatir suaranya tidak di dengar oleh Elvira, Rakha bergegas naik menyusulnya.

Begitu Rakha masuk kamar, Rakha melihat Elvira sudah merapikan bajunya kedalam koper, bersiap untuk keluar dari kamar.

Dengan perasaan pu4s, Rakha yang berdiri di pintu, tersenyum mempersilahkan Elvira keluar dari kamarnya. Namun baru saja Elvira meninggalkan kamar, panggilan telepon dari Nenek membuat Rakha panik.

"E-Elvira..." lirih Rakha seakan ingin menghentikannya.

"Rakha, buka pintunya, Nenek sudah di depan."

Suara Nenek dari ujung telpon, yang mengatakan sudah berada di depan rumah, membuat Rakha semakin panik, tak tahu apa yang harus dilakukan.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Evi alvian

Evi alvian

jangan" Rasya anak Rakha lg
lanjut thor semangat donk up-nya

2025-09-12

1

Yuliana Purnomo

Yuliana Purnomo

aku gak tau apa yg terjadi dimasa lalu Elvira,,JD blm bisa memprediksi ank siapa yg bersama Elvira itu

2025-09-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!