Episode 5

Malam harinya ...

Mereka membuat tenda di belakang rumah yang sengaja di kosongkan. Karena biasanya itu tempat mereka bermain bersama hewan kesayangan mereka.

Hewan-hewan itu berjejer seolah menunggu giliran untuk mendapatkan daging panggang. Mereka tidak mau mengganggu walaupun air liur hewan-hewan itu menetes karena ngiler.

"Sini kalian!" panggil Alaric.

Hewan-hewan mendekat. Alaric menyodorkan daging ayam mentah. Anehnya hewan-hewan itu menggeleng.

"Kak, mereka tidak makan daging mentah lagi," kata Alice.

"Opa sering meminta penjaga untuk memberikan daging panggang untuk mereka," kata Arthur.

"Hei Mr.A. Masih suka balapan?" tanya Denzel yang baru datang.

"Baru-baru ini masih, tapi kayaknya hiatus dulu deh. Bagaimana dengan Mr. Mafia sendiri?" tanya Alaric balik.

Denzel tersenyum. Ia sering di ejek oleh Alaric sebagai Mr. Mafia. Padahal klan yang di pimpin oleh Zio sudah bubar.

Namun bila ada kekacauan, Zio ataupun kedua anaknya bisa memerintahkan anak buahnya yang dulu untuk membantu.

Bahkan anak buah Zio sudah berkeluarga dan memiliki anak. Tapi kesetiaan mereka tetap kepada Zio.

"Ini sudah ada yang matang," kata Davina.

Davina juga sudah memiliki 6 cucu. Namun anak-anaknya tidak ada yang tinggal bersamanya. Mereka tinggal terpisah, namun dua cucunya memilih tinggal bersamanya.

(Karena terlalu banyak, jadi tidak bisa tampil semua. Aku hanya bisa sebut keluarga Henderson saja.)

Momen seperti inilah yang membuat mereka kadang sedih, tapi juga bahagia. Kenapa sedih? Karena mereka akan ingat dengan Diva dan Darmendra.

Bahagianya adalah, karena mereka masih bisa menikmati momen indah seperti ini. Berkumpul bersama walau sekarang sudah jarang-jarang.

"Kenapa menangis?" tanya Randy sambil mengusap air mata Lina.

"Tidak, aku hanya terharu. Di usia yang tidak muda lagi masih bisa berkumpul seperti ini," jawab Lina.

Melihat hal itu, Ray dan keenam saudaranya mendekat. Begitu juga dengan Lica dan Lita. Mereka melihat Lina menangis pun juga ikut menangis.

"Sudahlah, ini momen bahagia, seharusnya kita jangan bersedih," kata Ram.

Ia berkata seperti itu, padahal dia sendiri juga menangis. Nadine, Aisyah dan yang lainnya masing-masing mendekati suaminya.

Anak dan cucu serta cicit mereka hanya diam memperhatikan. Mereka tidak ingin mengganggu orang tua mereka.

Setelah mereda, mereka kembali ke tempat semula. Mereka mulai makan bersama-sama. Bahkan penjaga dan juga pelayan pun ikut makan bersama.

"Bun, Oma moyang orang seperti apa sih?" tanya Alice.

"Kamu 'kan sudah mendengar ceritanya," jawab Sofia. Alice mengangguk, dia juga melihat foto Diva saat muda dan tuanya.

"Untuk lebih jelasnya, tanyakan kepada Oma buyut mu. Beliau jelas lebih tahu," kata Sofia lagi.

Jam 10 malam mereka masuk ke dalam rumah. Ada yang menginap di dalam rumah, ada juga yang memilih tidur di dalam tenda.

Dan ada juga yang memilih untuk pulang. Karena tidak mungkin untuk mereka menginap semuanya.

"Kak, tolong carikan aku rumah untuk di sewa. Aku tidak ingin rumah yang bagus, aku mau yang sederhana saja," kata Alaric pada Denzel.

Saat ini mereka tidur bertiga di dalam tenda, Alaric, Dexter dan Denzel. Sementara yang lain memilih tidur di tenda masing-masing.

"Kenapa harus menyewa rumah sih? Kita punya rumah punya apartemen. Terserah mau pilih yang mana?" ujar Denzel.

"Aku hanya ingin memulai dari bawah, ayah selalu meminta ku untuk menjadi raja, tapi aku tidak siap lahir dan batin," jawab Alaric.

"Aku akan bantu kamu, tapi jangan nyesel ya, kalau rumahnya tidak sesuai dengan mu," kata Dexter.

Alaric hanya tersenyum. "Aku terima Kak, yang penting rumahnya bersih," ujar Alaric.

Denzel dan Dexter tidak mengerti dengan cara pikir Alaric. Padahal sudah hidup mewah di istana. Uang tidak kekurangan, tapi malah lebih memilih hidup menjauh dan ingin tinggal di kontrakan.

"Sudahlah, sekarang kita tidur. Besok aku antar kamu mencari rumah kontrakan itu," kata Dexter.

Malam semakin larut, mereka pun tidur di dalam tenda. Hingga pagi menjelang, mereka semua terbangun.

Mereka meminta penjaga untuk membereskan tenda mereka. Sementara mereka memilih pulang untuk mandi. Nanti datang lagi kemari untuk mengantar Alaric mencari rumah kontrakan.

Kebetulan ini weekend, jadi mereka tidak ke kantor. Alaric juga masuk ke dalam rumah dan akan bersiap-siap.

Tidak lupa ia mengatakan keinginan nya kepada bunda nya. Sofia sedih mendengarnya, putranya yang terbiasa hidup mewah tiba-tiba ingin memilih hidup sederhana.

"Kenapa tidak tinggal di apartemen saja? Banyak apartemen kosong yang tidak di tempati," kata Arthur.

"Biarkan saja Pa, hidup seperti itu akan mengajarkan bagaimana nanti menghargai rakyatnya?" ujar Carlos.

Lina dan Randy saling pandang. "Mungkin ada benarnya yang di bilang Carlos," kata Randy.

"Iya, biarkan dia belajar dari bawah. Calon seorang pemimpin yang bijaksana harus mengutamakan yang dari bawah dulu, baru rakyat akan sejahtera," kata Lina menimpali.

Carlina hanya terdiam mendengarkan. Dia tidak ingin ikut campur. Carlina tahu kalau didikan putranya untuk kebaikan cucunya.

"Ya sudah, sarapan dulu sebelum berangkat," kata Sofia akhirnya.

"Mungkin dia punya alasan lain, kenapa memilih hidup seperti itu," kata Carla.

"Benar, kadang kita tidak tahu apa yang Alaric inginkan," kata Arjuna menimpali.

"Pa, aku ingin menginap di sini. Boleh ya?" ujar Elara dengan manja.

"Tanya mama sayang, jika mama ngizinin, papa juga izinkan," jawab Arjuna.

"Ma, boleh ya?" Rengeknya ke Carla.

"Iya, mama juga akan menginap di sini untuk beberapa hari," ujar Carla.

Elara melompat kegirangan. Dia akan tidur bersama Alice selama di sini. Sejak kecil Elara memang menyukai Alice ketimbang yang lainnya.

Jam 9 pagi, Dexter dan Denzel datang kembali untuk menjemput Alaric. Mereka akan ke tempat kontrakan yang menurutnya cocok untuk Alaric.

"Aku ikut," kata Alderich.

"Aku juga ikut," kata Alberich.

"Kalian bawa mobil sendiri kalau mau ikut," kata Dexter. Alderich dan Alberich pun mengangguk. Mereka kemudian berangkat.

Sofia mengantar mereka hingga depan pintu. Dia juga tidak habis pikir dengan keinginan anak sulungnya itu.

"Jangan sedih, lagipula dengan adanya Alaric di sini, kita punya banyak alasan untuk datang kemari," kata Carlos menghibur istrinya.

Sofia pun memeluk suaminya. Kemudian dia tersenyum karena suaminya selalu mengerti dengannya.

Carlos kemudian mengajaknya masuk ke dalam setelah mobil mereka tidak terlihat lagi. Carlos mengerti perasaan istrinya itu.

Sementara dua buah mobil terus melaju di jalanan. Mobil yang di kendarai oleh Alaric terus mengikuti mobil di depannya.

Hingga akhirnya mereka pun tiba di sebuah kompleks perumahan. Banyak rumah-rumah bagus di kawasan ini.

"Kak, ini terlalu bagus," kata Alaric.

"Kamu maunya yang seperti apa?" tanya Denzel.

"Yang kecil saja, yang penting nyaman untuk di tinggali," jawab Alaric.

Denzel pun mengajak Alaric untuk menemui pemiliknya. Ia ingin bertanya, apakah ada rumah seperti yang di inginkan Alaric?

Terpopuler

Comments

Rohana Omar

Rohana Omar

terima kasih sudah up 2 bab ari ni......semangat ya athor......aq pun semangat nak membaca....sbb di gobok ku ni byk yg dah lapuk x di up date...

2025-09-13

2

Astuti tutik2022

Astuti tutik2022

Weeh si Al mau nyamar jadi org susah x dia. makanya nyari rumah yg sederhana

2025-09-13

1

Astuti tutik2022

Astuti tutik2022

baru sempat baca 2 bab ini setelah seharian sibuk di dunia nyata

2025-09-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!