Bab 5

Malam harinya.

Angin malam mulai menyelinap melalui celah rumah kayu sederhana itu, di sini Nirmala mulai duduk sambil melipat baju, sementara Alaska sedang menatap rintikan hujan melalui jendela kayu yang sedikit terbuka.

  "Nak, kenapa gak di tutup hujannya sudah mulai besar," tegur Nirmala.

  Sementara Alaska masih begitu menikmati tetasan hujan yang turun dari atap rumahnya. "Bentar dulu Bu, aku suka dengan hujan," sahut anaknya itu.

  Nirmala sedikit mendengus, entah kenapa hawa badannya berubah sedikit aneh, tiba-tiba saja ia menggigil dan dadanya terasa sesak, bahkan baju yang kini ada di tangannya jatuh begitu saja ke lantai.

  "Laska tolong tutup jendelanya Nak, Ibu dingin," ucapnya dengan nada yang menggigil.

  Mendengar suara sang Ibu yang sedikit berubah tangan kecil itu langsung menutup jendela kayunya, lalu langkah kakinya langsung menghampiri ibunya.

  "Bu, kenapa?" tanya Alaska.

  Nirmala berusaha menahan rasa dingin yang menghinggap di tubuhnya namun pada kenyataannya tubuhnya sangat rapuh hingga pada akhirnya tubuh lemahnya itu limbung di kursi kayu.

  "Ya Allah, kenapa badanku ini," ucapnya sambil memeluk tubuhnya sendiri.

  "Ibu ... Ibu ... kenapa?" tanya Laska dengan nada yang panik.

Namun Nirmala hanya mampu menoleh sekilas, bibirnya gemetar tanpa suara, seakan kata-kata yang ingin keluar terhenti di tenggorokan. Anak kecil itu semakin histeris, tangannya mengguncang tubuh ibunya, berharap ibunya segera bangun seperti biasanya.

Di luar, angin malam berembus membawa hawa dingin dengan di temani hujan besar yang masih mengguyur di desa ini. Alaska semakin bingung harus berbuat apa, tangan kecilnya langsung mengambil selimut yang baru saja dilipat oleh sang Ibu.

"Ibu tenang ya, ini selimutnya," ucapnya Namun tubuh Nirmala masih tetap saja menggigil.

Alaska semakin bingung rasa sedih bercampur dengan khawatir dan takut kehilangan sehingga membuat anak itu langsung memeluk tubuh ibunya yang terbaring.

"Bu ... kuat ya, jangan tinggalin Laska, Laska masih belum besar meraih cita-cita Bu," ucapnya dengan air mata yang lolos membasahi pipinya.

Hujan di luar sedikit reda namun gerimis kecil masih menetes, anak kecil itu segera meminta pertolongan ke rumah para tetangganya satu persatu, kaki mungil itu mulai berdiri di depan pintu bibirnya mulai tergerak untuk memanggil penghuni rumah.

"Paman ... Paman ... masih belum tidur gak!" teriaknya, namun pintu masih tertutup.

Laska sedikit lemas, namun ia tidak putus asa kakinya masih terus melangkah hingga mendatangi ke rumah satunya lagi.

"Tok ... tok ... tok ....," tangan kecil itu mulai mengetuk rumah tetangga yang satunya lagi, kali ini pintu langsung terbuka dan senyum pun mulai terpancar dari bibir Alaska.

"Nak Alaska ada apa ya?" ucap seorang wanita paruh baya.

"Bi, Atun, ada Paman Mailnya gak?" tanya anak itu dengan sopan.

"Memangnya ada apa malam-malam tanya Paman Mail," sahut Atun.

"Begini, saya mau meminta tolong kepada Paman Mail untuk mengantar Ibu ke rumah sakit, Kate a tubuh Ibuku tiba-tiba menggigil," ucap anak itu.

"Hah! menggigil, tapi paman Mail nya sendiri sedang sakit, kamu kasih air hangat saja dan paracetamol, semoga saja lekas sembuh," kata Atun, sambil buru-buru mengambilkan obat untuk Laska.

Alaska langsung lemas seketika senyum yang terukir tadi hilang begitu saja, ia tidak tahu lagi harus meminta bantuan kepada siapa lagi, karena di rumahnya hanya memiliki dua tetangga lainnya ada di perkampungan, kebetulan Laska sendiri tinggal di pinggiran sungai rumahnya dekat ladang dan persawahan.

Anak itu mulai pulang dengan perasaan hampa sambil menggenggam obat yang tadi diberi oleh tetangganya, sesampainya di rumah ia dihadapkan dengan tubuh lemah ibunya, kali ini Nirmala sudah tidak menggigil lagi, namun matanya mulai terpejam tidak ada respon sama sekali di saat tangan kecil itu mulai menepuk pelan pipinya.

"Bu ... bangun Bu, Laska sudah memberikan obat untuk Ibu," ucap anak itu, namun ibunya tidak ada respon sama sekali.

"Kok Ibu hanya diam saja sih? Ayo dong Bu bangun kita minum obat ya, jangan buat Laska takut Bu," ucapnya sambil menggoyangkan tubuh ibunya.

Dan tetap saja tidak ada respon dari sang Ibu, Nirmala masih betah memejamkan matanya sehingga membuat sang anak semakin bingung, mondar mandir keluar rumah mencari cara agar sang Ibu bisa di bawa ke klinik terdekat rumahnya.

"Ya Allah, aku harus gimana, aku takut Ibu kenapa-napa," ucap Laska sambil menoleh ke arah tumpukan kayu samping rumahnya.

Dan di situ mata kecil itu menemukan sebuah gerobak kayu, yang biasanya dibuat sang ibu untuk mengangkut kayu bakar dari ladang.

Entah kenapa melihat gerobak tersebut tangan Alaska langsung terulur untuk mendorongnya dan membawanya ke dalam rumah. "Bu, sabar ya, Laska akan membawa Ibu ke klinik, Ibu bertahan ya," ucapnya sambil membersihkan gerobak itu lalu mulai mengalasi karpet di dalamnya.

Dengan tenaga yang cukup kuat, tangan anak itu mulai mendudukkan tubuh ibunya diatas kursi, entah mendapatkan ide dari mana, setelah itu tubuh sang ibu ia gendong dari belakang, sekuat mungkin tubuh kecilnya harus bisa menahan bobot diatasnya.

"Aku harus kuat, aku kan calon tentara," ucapnya menyemangati dirinya sendiri.

Dengan sedikit kasar, akhirnya tubuh sang ibu berada diatas gerobak kayu tersebut, nafasnya sedingin ngos-ngosan namun ketika melihat wajah pucat ibunya, Laska langsung cepat-cepat, menutupi tubuh sang ibu menggunakan jas hujan agar tubuh ibunya tidak terkena tetesan gerimis.

Dengan penuh tekad, tangan kecil itu mulai mendorong tubuh ibunya tidak peduli dengan cuaca malam yang tidak menentu dan dinginnya angin malam yang menyeruak di tubuh.

"Bertahan ya Bu, sebentar lagi sampai kok," ucap anak itu padahal ia sendiri tidak tahu ingin membawa ibunya ke mana.

Saat ini Alaska mulai menyusuri jalanan sepi tubuh kecilnya sudah berhasil membawa sang ibu keluar dari rumah, di sisi kiri jalan ia masih mendorong gerobak itu, di lihatlah kanan kiri tidak ada satu orang pun, yang ingin ia mintai pertolongan, hanya suara hewan kecil yang terdengar dan desis angin yang bertiup.

Di bawah langit kelam itu, hanya ada satu hal yang ia bawa selain tubuh rapuh ibunya, yaitu harapan. Harapan agar masih ada rumah yang terbuka, atau tangan yang sudi menolong.

Namun, semakin jauh ia melangkah, semakin sepi pula suasana malam menyelimuti. Jalan terasa panjang, sunyi, dan tak berujung, rasa takut ia kesampingkan, demi melihat ibunya mendapatkan pertolongan medis segera.

Dan di antara desir angin dan sisa rintik hujan, satu pertanyaan menggantung di udara, apakah malam ini akan menjadi saksi terakhir perjuangan bocah kecil itu bersama ibunya?

"Tidak ... ini bukan Akhir Ibu kau harus kuat ya," ucapnya masih terus mendorong gerobak kayu itu.

Setelah mendorong cukup lama, akhirnya ia mulai menemukan sebuah bangunan yang di dominasi dengan cat putih itu berdiri kokoh di pinggir jalan.

"Ah, akhirnya aku sampai."

Kaki kecilnya langsung berlari membawa masuk tubuh ibunya melewati gerbang rumah sakit, bibir kecil itu langsung berteriak.

"Suster ... Suster ... tong ibuku!" teriaknya ketika sampai di depan pintu rumah sakit.

Tidak lama kemudian suara deru sepatu suster terdengar menghampiri gerobak kayu itu.

"Dek, siapa yang sakit?" tanya suster itu.

"Ibuku, tolong segera selamatkan ibukku aku tidak mau terjadi apa-apa dengan dia," ucap Laska dengan nada yang sedikit tegas meskipun wajahnya terlihat begitu lelah.

"Baiklah kami akan segera menangani ibumu, kau tunggu di ruang tunggu saja ya," ucap suster itu sedikit iba melihat perjuangan seorang anak yang membawa tubuh ibunya menggunakan gerobak kayu.

Hati Laska menjadi lega disaat suster mulai membawa tubuh ibunya menggunakan brangkar rumah sakit, senyum tipis sedikit tersungging di bibirnya harapan baru mulai bermunculan di dalam benaknya.

"Cepat sembuh ya Bu, temani perjalanan Alaska," ucapnya sambil menatap tubuh sang ibu dari kejauhan.

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

partini

partini

jangan mati dong kasihan anak nya semoga terus bersama sampe kamu bisa bikin bangga ibumu,, kalau dia tau pas masih cebong ayah nya ga mau reaksi seperti apa yah penasaran
akuh sumfehhhh in ayahmu sakit sakit n terutama sakit rasa bersalah

2025-09-11

2

Oma Gavin

Oma Gavin

semoga alaska bisa sukses dan bisa membalaskan dendam ibunya ke ayah nya yg dengan sengaja membuang dia dan ibunya, ign kasih ampun kedepannya bila ketemu pura" tidak kenal dan tidak tau saja

2025-09-12

1

ollyooliver🍌🥒🍆

ollyooliver🍌🥒🍆

Amin. semoga nirmala bisa liat anaknya sukses dan membuktikan pd seno bahwa dia membesarkan anaknya tanpa kemewahan.

2025-09-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!