Bab 2

Keesokan harinya, mentari mulai bersinar dengan cahaya keemasannya, sedari subuh tadi Nirmala sudah sibuk dengan peralatan dapurnya, raut wajahnya terlihat begitu lelah, mengingat bahan-bahan yang ada di dapur tinggal seadanya.

  Nirmala hanya bisa menekan dadanya mencoba untuk mencari cara agar sang anak pagi ini bisa sarapan dengan layak. "Ya Allah, di dapur hanya tinggal singkong saja, tidak mungkin kan kalau singkong itu aku rebus lagi, bagaimana perasaan anakku jika setiap hari harus berhadapan dengan singkong rebus saja," ucapnya sambil memikirkan ide untuk mengolah singkong tersebut menjadi olahan yang enak.

   Dengan sedikit ide yang tersisa akhirnya wanita itu mulai merebus singkong tersebut lalu mengambil ulekan yang ada di dapurnya, seketika tangannya mulai terulur untuk mengulek singkong tersebut, dijadikan makanan yang mungkin bisa menjadi teman nasi putih anaknya.

   "Ah, perkedel singkongnya sudah hampir jadi, semoga saja Alaska suka dengan lauk kali ini," ucapnya sendiri sambil membalik perkedel yang masih diatas penggorengan.

  Selesai memasak Nirmala mulai menyiapkan diri untuk berangkat ke ladang, selama satu Minggu ini Nirmala bekerja di kebun Mang Karno, dan pekerjaannya pun hampir habis, untuk hari esok dan seterusnya wanita cantik itu harus memikirkan lagi pekerjaan baru, karena kerja di ladang tidak menentu, kalau ada yang nyuruh ia baru melakukan pekerjaan itu.

  'Sebentar lagi pekerjaanku di Mang Karno sudah selesai, semoga saja besok ada yang ngajak kerja lagi,' ucapnya di dalam hati.

  Di saat Nirmala mulai memikirkan pekerjaannya tiba-tiba saja suara kecil itu mulai memenuhi ruangan. "Ibu ... pagi ini masak apa?" tanya Alaska sambil menghirup aroma masakan yang menurutnya sangat sedap.

  Nirmala hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan dari anaknya itu. "Sayang, Ibu hari ini hanya masak perkedel singkong saja untuk lauk mu pagi ini," sahut Nirmala dengan halus.

  "Wah akhirnya aku bisa menikmati perkedel juga, meskipun tidak dari kentang aku yakin masakan ibuku lebih enak tidak kalah dengan perkedel kentang yang dicampur dengan daging," ucapnya dengan penuh semangat.

  Seketika hati sang ibu menjadi terenyuh melihat kebesaran hati anaknya yang selalu menerima makanan yang ia masak dari tangannya sendiri.

  "Makasih ya Nak, dari dulu kau tidak pernah mengeluh, meskipun Ibu hanya bisa masak seadanya seperti ini," kata Nirmala sambil mengelus pipi sang anak.

  "Kan Ibu sendiri yang bilang, katanya aku gak boleh ngeluh dan harus hidup sederhana, karena uang Ibu ditabung untuk biaya ku nanti masuk angkatan militer," sahut sang anak yang begitu teguh dengan cita-citanya.

 "Semoga cita-citamu bisa tercapai ya Nak, sebisa mungkin dari sekarang Ibu sudah mulai menabung untuk cita-citamu itu," ungkap sang Ibu sambil menatap wajah sang anak penuh dengan cinta.

Alaska hanya mengangguk, sambil menikmati sarapan pagi dengan nasi putih dan perkedel singkong yang terasa nikmat di mulutnya.

"Bu, Laska berangkat sekolah dulu ya," ucap anak itu.

"Iya Sayang, hati-hati ya, ingat pesan Ibu jangan pernah kecewakan Ibu," pesan Nirmala.

Setelah sarapan Alaska langsung berangkat ke sekolah menggenggam ucapan sang ibu penuh dengan tekad dan keyakinannya.

  ☘️☘️☘️

  Di dalam sekolah bel sudah mulai berbunyi, anak-anak dengan serempak mulai memenuhi depan halaman kelas untuk baris berbaris sebelum masuk ke dalam kelas, di sini dengan tegas Alaska mulai menjadi pemimpin baris berbaris dengan suara yang begitu lantang.

“Siap grak!” teriak Alaska.

Derap kecil kaki teman-temannya terdengar rapi. Guru yang berdiri di sisi lapangan hanya memperhatikan dengan senyum tipis. Anak-anak lain seringkali masih main-main ketika diberi tugas jadi pemimpin barisan, tapi Alaska terlihat berbeda. Ia menuntun dengan kesungguhan.

“Hadap kanan, grak!”

Semua bergerak, walau masih ada yang salah. Namun semangat Alaska tak surut. Ia mengulang dengan sabar, sampai akhirnya barisan terlihat cukup rapi.

“Bagus, anak-anak. Kalian sudah lebih kompak dari kemarin. Terutama kamu, Alaska,” ujar Bu Ratna, guru mereka, dengan nada bangga.

Alaska menegakkan badan, tapi dalam hatinya ada getaran yang sulit ia sembunyikan. Ia teringat pada para tentara yang pernah ia lihat latihan di lapangan desa satu bulan yang lalu, gagah dan tegas. “Suatu hari… aku ingin jadi seperti mereka,” batinnya mantap.

Teman-temannya mulai masuk ke kelas. Alaska berjalan paling belakang, menatap langit biru sebentar. Senyumnya kecil, tapi tekadnya besar.

Di dalam kelas Alaska mulai mencermati guru yang sedang menerangkan mata pelajaran hari ini, dengan cekatan tangan kecil itu mulai mengerjakan tugasnya dengan teliti dan hati-hati ketika guru mulai memberikannya tugas.

   Tanpa menoleh ke kanan dan ke kiri Alaska langsung fokus dengan mata pelajarannya, berbeda dengan teman-temannya yang masih ada yang bermain ataupun ngobrol sampai-sampai ditegur oleh gurunya.

  "Ayo Zanuar dan Aldi tidak boleh bercanda terus, nanti temannya sudah selesai kalian berdua belum selesai," tegur Bu Ratna pada dua anak itu.

  "Iya Bu," sahut anak itu dengan santai tanpa ada rasa takut ataupun sungkan terhadap guru yang sedang menegurnya itu.

  Satu jam sudah pelajaran sudah selesai, Alaska sudah mengumpulkan soalnya di meja guru, di susul dengan teman-teman lainnya, sementara dua anak tadi Zanuar dan juga Aldi masih belum mengerjakan sama sekali, mereka selalu mengandalkan teman-temannya yang mau mengerjakan, namun saat ini sepertinya kedua anak itu tidak tertarik dengan teman yang biasa selalu mengerjakan tugasnya.

  Mata mereka berdua mulai melirik ke arah Alaska, yang mungkin akan menjadi target mereka selanjutnya. "Hei anak tak punya ayah, sekarang giliran kamu yang harus ngerjain tugas kita," ucap Zanuar dengan nada cetus.

  Seketika Alaska mulai melirik ke arah mereka berdua dengan tatapan elangnya. "Kalian punya otak kan?"

  Mereka berdua langsung mengepalkan tangannya dengan tatapan penuh amarah. "Kamu berani melawan kita, belum tahu siapa kita sebenarnya, sedikit saja kamu memberontak maka siap-siap kau keluar dari sekolah ini," ancam Aldi.

  "Aku tidak takut, sekolahan ini punya negara bukan punya keluargamu, jadi kenapa aku harus takut," sahut Alaska.

  "Benar-benar cari gara-gara ini anak." Aldi mendekat hampir saja menarik kerah baju Alaska beruntung Ibu Ratna segera menghampiri.

  "Aldi ... stop ... apa-apaan ini kamu mau jadi preman di kelas ini!" seru Ibu Ratna dengan tegas.

  "Dia dulu Bu yang mulai, dia ngatain aku bodoh hanya gara-gara aku belum selesai mengerjakan tugas dari Ibu," alibi Aldi.

  Alaska segera angkat bicara atas tuduhan yang dilontarkan oleh temannya itu. "Tidak Bu, mereka berdua bohong, aku tidak pernah mengatakan sesuatu justru mereka berdua yang meminta aku untuk mengerjakan tugasnya," sela Alaska dengan berani.

  Seketika Ibu Ratna terkejut, baru kali ini ada murid yang jujur dan berani menyuarakan keadilan, karena sebelumnya banyak murid yang ditindas oleh kedua anak ini tapi mereka semua tidak berani untuk mengadukan hal tersebut kepada gurunya.

"Apa! Menyuruh mu mengerjakan tugas?" tanya Ibu Ratna dengan nada sedikit kecewa.

"Iya Bu," sahut Alaska.

"Bu, jangan percaya sama anak haram itu, dia itu suka ngarang cerita makanya ayahnya saja tidak mau menemuinya, karena memang ayahmu itu tidak suka mempunyai anak sepertimu!" teriak Aldi.

"Benar Bu, jangan pernah percaya sama ucapan anak itu, dia suka bohong, lagian ada aku yang jadi saksinya," timpal Zanuar.

Ibu Ratna semakin geram dengan ulah kedua anak didiknya itu yang memang suka mencari gara-gara.

"Stop kalian! Ibu lebih percaya dengan ucapan Alaska dari pada kalian berdua yang suka buat kericuhan di kelas, mulai sekarang kalian berdua ikut Ibu di kantor kepsek," ucap Ibu Retno yang ingin memberi peringatan terhadap kedua anak didiknya itu.

Alaskan hanya bisa melihat kedua temannya yang di bawa ke ruangan kepsek meskipun kedepannya ia tahu kalau kedua temannya itu akan membalas perbuatannya, namun setidaknya dia bisa memberi efek jerah terhadap mereka berdua.

☘️☘️☘️

Sore harinya di dalam rumah kayu yang sudah reyot Alaska sengaja menunggu kepulangan sang Ibu di teras rumahnya. Tubuh kecilnya masih dipenuhi peluh setelah seharian bermain dan berlatih militer-militeran.

Dengan imajinasi polosnya, ia membuat peralatan seadanya, tali rapia ia lilitkan pada batang-batang rotan, menancapkannya satu per satu ke tanah, seolah-olah itu adalah rintangan layaknya di lapangan latihan tentara.

Tidak lama kemudian sang Ibu mulai datang dengan wajah yang cukup lelah, sambil menggendong tas yang berisi peralatan, benda-benda tajam untuk keperluan ladangnya.

"Laska, capek sekali kamu Nak?" tanya sang Ibu.

"Iya Bu, Laska tadi habis latihan militer, lihatlah tali yang dibuat oleh Laska sudah sama nggak sama yang ada di latihan-latihan militer?" tanya balik anak itu.

Seketika hati Nirmala dibuat terenyuh dengan hasil karya tangan anaknya, dengan keinginan yang cukup tinggi tali rapia pun di sulap menjadi rintangan yang ada di lapangan militer.

"Sayang, kau dari dulu selalu buat Ibu bangga Nak, semoga saja keinginanmu ini dapat terwujud," ucap Nirmala sambil mengusap kepala sang anak.

Laska hanya terdiam, sambil menatap ibunya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. "Makasih, Ibu, tapi ada satu hal yang dari dulu buat Laska penasaran," sahut anaknya itu.

"Apa itu Nak?" tanya Nirmala sedikit terkejut.

"Kata teman-teman di sekolah aku anak yang tidak punya ayah, bahkan mereka bilang ayahku saja tidak mengakui ku, makanya dia tidak pernah hadir, apa itu benar Bu?"

Deg!

Bersambung ....

Semoga suka ya kakak ...

Terpopuler

Comments

🅰️Rion bee 🐝

🅰️Rion bee 🐝

tenang laska sepertinya ibumu sodaraan sama jessica kalo ada yg jahat sama kamu aduin aja sama dia biar disuruh ngopi bareng ntar😃

2025-09-09

1

Ayi

Ayi

sabar ya Nak besok-besok pastinya kamu bisa menikmati makanan enak

2025-09-09

2

Zecky Lezmana

Zecky Lezmana

Semoga Nirmala lebih kuat lagi dalam menghadapi pertanyaan dari anaknya yang mungkin sejak dulu ia takutkan

2025-09-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!