"Aluna, sayang. Jangan berisik ya," ucap seorang wanita kepada gadis mungil di pangkuannya. Gadis itu gemetaran di dekat Sang Ibu. Dia mencoba menahan rintihan agar tidak keluar dari bibirnya. Lebih baik menuruti ucapan wanita itu sebelum dia mendapatkan hukuman akibat melawan.
"M-mama, sakit." Aluna meringis ngilu. Punggungnya terasa sangat perih.
"Sstt, jangan berisik! Mama sudah menyuruhmu tenang saat kita sedang bermain bersama!" Wanita itu menampar punggung Aluna sebelum melanjutkan kegiatannya. "Mama akan mengukir gambar cantik di punggungmu."
Dengan pis-au, tangannya menari-nari di punggung Sang Anak. Menciptakan sebuah gambar menggunakan da-rah anaknya. Wanita itu tertawa bahagia. Entah dia puas dengan gambar itu atau rintihan kesakitan dan tangisan anaknya.
"Aluna, kamu hanya punya Mama. Cuma Mama yang sayang sama kamu. Jadi, kamu harus jadi anak baik, ya? Biarkan Mama mengukir jejak cinta Mama di tubuhmu."
Tangan wanita itu mencekik leher Aluna. Lehernya dengan cepat membiru. Gadis itu mulai sesak dan kesusahan memasok napas. Saat dadanya terasa semakin sesak, dia terbangun.
Aluna mencoba mengatur napasnya yang memburu. Tempat ini bukan rumahnya waktu kecil tapi sebuah kamar mewah dengan nuansa putih. Keningnya mengerut bingung. Dimana dia sekarang?
"Syukurlah hanya mimpi." Aluna tidak akan kuat menjalani neraka itu sekali lagi.
[Kau hobi sekali bermimpi buruk ternyata. Ayo bercerita manusia! Aku bosan menunggumu bangun. ] Sistem melayang di dekatnya.
"Aku dimana?" tanya Aluna.
[Kau sekarang ada di-]
"Kau sudah bangun Lady Agatha?" Seorang pemuda berambut pirang dengan iris mata biru masuk ke dalam kamar itu. Dia berpakaian seperti pendeta. Setelah mengingat-ingat isi cerita, Aluna berhasil menemukan identitas pemuda itu.
"Menurutmu? Apa kau tidak melihat mataku terbuka?" Untuk apa menanyakan pertanyaan retoris semacam itu. Aluna malas berbasa-basi. Dia bersandar di ranjang dengan nyaman. Tidur di penjara membuat seluruh tubuhnya kaku dan kedinginan. Ranjang kontrakannya juga tidak senyaman ini.
"Maaf, kita tidak dekat jadi aku bingung ingin basa-basi apa. Seseorang akan mengantarkan makanan kemari sebentar lagi." Pemuda itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Aluna terlihat sulit di dekati. Aura gadis itu sangat berbeda dari saat terakhir kali mereka bertemu.
"Kami akan menguji kekuatan suci mu setelah kau makan. Aku harap kau tidak keberatan, Lady."
Kekuatan suci? Aluna teringat perisai biru yang melindunginya. Gadis itu sangat jelas kalau perisai itu bukan kekuatan suci melainkan ulah Sistem kurang ajar yang sangat ingin dia musnahkan.
"Tidak perlu, itu bukan kekuatan suci. Mana mungkin dewa mau memberikan kekuatan untuk orang sepertiku." Aluna melirik pergelangan tangannya yang masih utuh. Dia menahan diri untuk tidak mengujinya lagi dengan menusukkan pisau ke nadinya. Dia tidak ingin kecewa.
[Wow, protagonis pria kedua memang sangat tampan. Lihat auranya yang sangat suci dan bersih itu! Astaga, keren sekali! Selain penjahat kesayanganku, Eugene adalah yang terbaik!]
Benar saja, tebakannya tepat sasaran. Pemuda tampan di depannya adalah Saint Kuil Suci, Eugene. Dia pria mengenaskan yang di tolak cintanya oleh Emily.
"Jangan mengatakan hal seperti itu, Lady. Semua orang pantas mendapatkan karunia Dewa." Eugene duduk di samping ranjang Aluna. Dia mulai mengamati gadis itu dari dekat. Eugene ada di sana saat proses hukuman ma-ti Aluna. Dia melihat bagaimana gadis ini begitu putus asa untuk mati.
Setelah gadis itu tidak sadarkan diri, Eugene membawanya ke Kuil Suci. Berita kalau gadis ini dilindungi Dewa sudah menyebar ke seluruh penjuru ibu kota. Sekarang desas desus Putra Mahkota menghukum utusan dewa sudah menyebar kemana-mana. Tindakan Putra Mahkota kali ini membuat rakyat sedikit meragukan keluarga kerajaan. Apalagi semua orang tahu identitas gadis ini sebagai mantan tunangannya.
"Lady, saya-"
"Jangan memanggilku Lady. Aku sekarang sudah di buang oleh ayahku jadi tidak perlu memanggilku seperti itu." Eugene terkesiap. Tidak menyangka Aluna akan terang-terangan mengatakan itu. Dia sebenarnya tahu kalau gadis ini memang sudah di buang. Duke Blanche langsung menghapus namanya dari daftar keluarga saat gadis ini dipenjara.
"Jadi, aku harus memanggilmu apa?"
"Agatha Sephia Blanche sudah ma-ti kemarin." Aluna tersenyum manis. "Sekarang namaku adalah Aluna Capella, panggil aku Aluna."
"Aluna, sekarang coba letakkan tanganmu di atas kristal ini. Benda ini akan secara otomatis mendeteksi kekuatan suci dan mengukurnya," jelas Eugene. Akhirnya Aluna mau menuruti permintaannya setelah bujukan berulang kali.
Setelah mengobrol beberapa saat mereka terasa lebih dekat. Eugene sempat terkejut dengan kepribadian gadis itu yang sangat berbeda dari rumor yang beredar. Aluna juga cukup nyaman. Gadis itu mulai menganggap Eugene sebagai teman pertamanya di dunia ini.
Aluna sempat ragu sesaat sebelum meletakkan tangannya di atas kristal. Kristal itu diam. Tidak merespon apapun.
"Lihat, sudah aku bilang. Aku ini mustahil memiliki kekuatan suci. Yang kau lakukan hanya percu-," Kristal itu tiba-tiba menyala terang. Seluruh pendeta di kuil terkejut merasakan kekuatan suci yang sangat melimpah.
Aluna melongo. Apa-apaan ini si-al?
"Aluna, kau memilik kekuatan suci yang setara denganku." Eugene menatapnya kagum. Matanya menampakkan binar terang.
"Alat ini pasti rusak!" Aluna masih tidak percaya. Dewa mana yang mau berbaik hati kepada orang seperti dia. Scam! Ini pasti scam!
[Jangan bangga, manusia. Sebenarnya itu adalah kekuatanku. Tentu saja, kekuatan asliku tidak sekecil itu. Tapi, aku tidak ingin tokoh kesayanganku tersaingi oleh manusia sepertimu. Kristal ini pasti sudah hancur jika aku menggunakan semua kekuatanku.]
[Karena aku baik hati, kau bisa menggunakan kekuatan ini sekali-kali. Tapi, hehehe. ]
[Kau harus mendapatkan izin dariku dulu! Bagaimana? Ayo sanjung aku! Aku adalah majikanmu mulai sekarang! Hahahahahaha...]
Sistem itu mulai lagi. Raut wajah Aluna berubah masam.
"Sekalian saja tidak usah di gunakan saat aku terluka," gumamnya pelan.
[Mustahil! Aku kan suka melihat kau tersiksa saat tidak bisa mati!]
Sistem kurang ajar ini! Aluna menggeram kesal. Dia hampir membanting kristal di tangannya untuk melampiaskan.
"Bagus, dengan begini kau bisa menjadi Putri Mahkota lagi!" Apa katanya? Aluna mengernyit bingung.
"Apa maksudmu?"
"Maksudku, kau bisa kembali menjadi Putri Mahkota kalau aku melaporkan hasil ini ke Kerajaan. Mereka pasti ingin mengikat Saintess untuk memperbesar pengaruh mereka. Setelah itu, aku bisa mendekati Emily lagi. Bukankah rencana ini terdengar hebat?" Eugene tidak bisa menahan senyumnya. Dia sangat bahagia bisa mendekati Emily lagi.
Aluna tersenyum masam. "Aku tidak mau."
"Kenapa? Bukankah kau mencintai Putra Mahkota? Aku sangat mencintai Emily. Aku mohon bantu aku, Adara. Aku tidak bisa membayangkan Emily menikah dengan orang lain. Hatiku hancur lebur saat dia menolakku." Eugene menatapnya penuh permohonan.
"Aku mohon. Kita ini teman kan?" Rupanya, Aluna salah telah menganggapnya sebagai teman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments