2

Darah. Kekerasan. Aluna atau kini menjadi Agatha sekarang, akhirnya menemukan satu persamaan yang ada di antara dirinya dan Agatha. Masa kecil mereka suram dan di paksa untuk menjadi lebih dewasa dengan cepat oleh alur kehidupan.

Aluna terbangun dengan napas tersengal saat kenangan masa kecil Agatha muncul sebagai mimpi. Mungkin, perlahan-lahan setiap kenangan Agatha akan melebur sepenuhnya dengan ingatannya. Apa Aluna tetap bisa menjadi dirinya sendiri saat itu tiba? Semua ingatan itu pasti akan mengubah kepribadiannya sedikit demi sedikit bukan?

Sistem telah menerangkan garis besar alur novel yang dia masuki ini setelah mengumpati Agatha panjang lebar. Tempramen benda itu sungguh menjengkelkan. Aluna sempat berusaha memukulnya tapi gagal. Layar itu hanya bisa dilihat tanpa bisa disentuh.

Novel ini berkisah tentang Emily, seorang rakyat jelata baik hati yang tanpa sengaja menarik perhatian dari tokoh utama pria. Putra mahkota kerajaan sekaligus tunangan dari Agatha, Alexander. Alex pertama kali melihatnya di pasar saat Emily menolong seorang wanita tua. Kebetulan terus terjadi hingga mereka bertambah dekat dari hari ke hari.

Selain Alex, beberapa tokoh lain juga tertarik dengan gadis itu. Mulai dari Saint Kuil Suci hingga Duke Muda yang selalu menjadi rival Alex.

Agatha, sebagai tunangan Alex tentu saja tidak terima dengan kedekatan tunangannya dengan rakyat biasa. Dia melakukan banyak trik kotor untuk menghancurkan gadis itu dan tentu saja berakhir gagal.

Akhirnya, di sinilah dia sekarang. Penjara kotor dan bau yang menjadi menjadi tempat tinggalnya sementara sebelum di penggal mati. Benar, di penggal mati. Aluna nyaris melompat girang saat mendengarnya jika saja tubuh ini masih ada tenaga yang tersisa.

[ Kau habis mimpi buruk? Ayo ceritakan padaku! Aku siap menertawakanmu sekarang. ]

Sistem ini selalu sukses memancing kekesalannya. Aluna memilih tidak menanggapinya dan sibuk menantikan hari dimana dia di penggal. Oh, membayangkannya saja membuat dia tidak sabar.

"Ngomong-ngomong, kapan kepalaku melayang?" Tanya Aluna.

Sistem diam sebentar.

[Maksudmu di penggal? Itu akan terjadi nanti sore. ] Aluna melotot. Apa tadi? Dia di penggal hari ini?

"Akhirnya, kau bisa membuatku sedikit bahagia hari ini." Aluna menghela napas panjang. Ternyata tidak perlu menunggu satu bulan untuk mati. Dia hanya harus bertahan hingga nanti sore. Ah, senangnya~

Saat gadis itu merayakan hari kematiannya, seorang pria misterius dengan jubah hitam menutupi seluruh tubuhnya berhenti di depan penjara Aluna. Aluna mengerutkan keningnya waspada. Dia tidak mendengar suara langkah kaki sebelum orang ini benar-benar muncul.

Pria misterius itu dengan mudah merusak gembok penjara dan masuk ke dalam. Dia membuka tudung jubahnya. Menampakan wajah rupawan yang tidak pernah Aluna lihat di kehidupan sebelumnya.

[Wah, biar aku perkenalkan pemuda tampan ini! Dia antagonis yang tidak merepotkan seperti Agatha. Rival sejati dari tokoh utama-]

"Duke Lucarion, apa yang kau lakukan di sini?"

[Oh, tampaknya kau sangat memperhatikan ceritaku kemarin. Kau benar sekali. Dia antagonis pria di novel ini, Duke Leander Elenio Lucarion.]

Dia seorang pemuda tampan dengan garis wajah tegas dan badan proposional. Surai indahnya berwarna keperakan. Netranya merah terang bak ruby. Penampilan pemuda itu sangat mempesona.

"Keadaanmu menyedihkan, Lady." Sial, bukannya menjawab Leander malah mengejek kondisi Agatha.

"Terimakasih atas ejekannya. Silahkan pergi dari sini kalau tujuanmu hanya untuk itu." Aluna menerbitkan senyum manis. Leander menatapnya heran. Dia kira Aluna akan mengamuk dan menggila. Tapi, selain penampilan luarnya yang acak-acakan gadis itu nampak baik-baik saja.

"Kau lebih tenang dari dugaanku. Aku kira kau setidaknya akan melemparkan benda di sekitarmu ke arahku." Aluna memutar bola matanya malas. Untuk apa membuang tenaganya untuk melampiaskan emosi. Lagian, nanti sore dia akan mati.

"Aku kesini ingin memberikan penawaran padamu, Lady. Selain aku, sepertinya tidak ada seorang pun yang bisa menyelamatkanmu dari sini. Ayahmu dengan tegas memutus hubungan kalian dan tidak mengakuimu lagi sebagai anaknya."

Dengan karakter busuk seperti Duke Blanche memang sangat masuk akal jika dia langsung memutuskan hubungan saat Agatha ditimpa masalah seperti ini. Pria busuk itu jelas tidak memiliki sedikitpun cinta untuk anaknya. Aluna langsung tahu setelah mendapatkan sedikit memori masa kecil Agatha.

"Yah, aku kan tidak lebih dari boneka untuk karir politiknya yang berharga. Mana mungkin aku tidak bisa menebak tindakan ayahku saat aku di masukkan ke penjara." Leander bertambah bingung dengan sikap Agatha yang lebih acuh. Apa di penjara membuat otaknya berfungsi seketika? Dari dulu gadis itu kan selalu mengandalkan perasaannya. Agatha juga memiliki kesombongan dan ego yang luar biasa tinggi.

"Kau tahu posisimu itu? Aku kira kau tidak pernah sadar atau selalu menyangkalnya. Tapi, kau benar. Bagi Duke Blanche kau memang tidak lebih dari boneka politik." Leander mendekat lalu mengulurkan tangannya. Hendak memberitahukan niat sebenarnya mengenai kedatangannya ini.

"Aku bisa membawamu kabur dari sini sekarang. Aku sudah menyiapkan identitas palsu untukmu di negeri seberang. Aku yakin Alex tidak akan mengejar mu sampai sejauh itu." Aluna menatap uluran tangan itu terkejut. Ternyata masih ada yang mau membantu Agatha walau niat aslinya tidak ia ketahui. Manfaat apa yang akan di dapatkan Leander dengan membantunya.

Tapi, dia bukan Agatha. Sejak kedatangannya hanya satu yang dia harapkan. Itu adalah kematian. Mana mungkin Aluna mau melakukan perjalanan panjang lalu menunggu sebulan untuk mati. Semua itu hanya akan membuang waktunya saja.

"Terimakasih atas tawaranmu, tapi aku menolak." Leander mengernyit. Dia menarik uluran tangannya lalu menatap Aluna lamat.

"Kenapa? Kalau kau takut dengan alasanku, sebenarnya aku hanya ingin melihat Alex kesal. Pria menyebalkan itu pasti marah besar kalau tahu kau berhasil kabur."

Keselamatan Aluna hanya seharga kekesalan Alex. Sistem sudah tertawa terbahak-bahak setelah mendengarnya.

[Hahahaha, seperti yang di harapkan dari antagonis kesayanganku.]

"Kau masih bertanya alasanku? Tentu saja aku ingin mati! Kenapa harus susah payah hidup jika kematian lebih baik dari tetap hidup? Setidaknya, aku bisa tenang di alam lain atau menghantui manusia menyebalkan sepertimu dan Ayah busukku itu!" oceh Aluna kesal. Emosinya sudah sangat tinggi gara-gara layar biru yang terus membuatnya jengkel dari kemarin.

Leander menatapnya kaget. Tidak menyangka Aluna akan menginginkan kematian. Apa gadis ini sudah tidak punya harapan untuk terus hidup karena tingkah kelewatan Alex? Itu wajar, tapi tetap saja ini mengejutkan.

"Kau sungguh tidak ingin diselamatkan?" tanya Leander sekali lagi. Berharap Aluna akan berubah pikiran.

"Tidak." Karena kematian sudah menjadi kebahagiaan terakhirnya.

Aluna sudah terlalu lelah menghadapi permainan takdir yang membuatnya menderita. Dunianya adalah neraka dan kematian adalah satu-satunya cara membebaskan diri dari neraka itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!