Bab 3. Yura yang sama?

Hanan cukup terkejut mendengar nama yang diucapkan oleh istri sambungnya. Yura? Oh tidak, pasti orang yang menolong putrinya adalah Yura yang berbeda. Ada banyak nama Yura, bukan hanya satu saja.

"Baiklah kalau begitu." Pria itu menutup teleponnya sepihak. Meletakkan ponselnya diatas meja. Akibat Gendhis yang menyebut nama Yura, suasana hati pria itu tidak baik.

Beberapa bulan setelah sembuh, Hanan menikah dengan Gendhis. Kekecewaan yang mendalam dan sakit hati atas keputusan Yura yang meninggalkannya dan anak mereka yang bahkan butuh asupan nutrisi dari wanita itu, semenjak saat itu Hanan melupakan Yura dan membawa kebencian dalam hatinya.

Perbuatan Yura tidak akan bisa Hanan lupakan, karena Hanan telah menentang ibunya demi menikahi Yura, namun ternyata balasannya wanita itu pergi saat ia terbaring lemah dan membutuhkan sosoknya menemaninya.

Disisi lain, Yura menemani Aura belajar menggambar saat Gendhis menelpon suaminya. Yura tidak curiga apapun dan menebak siapa suamu Gendhis. Yang penting ia dapat pekerjaan yang baik.

"Bibi Yura, bagus tidak, gambarku... Aku belajar sendiri lohh..." Aura memperlihat hasil gambarnya.

Yura mengangguk dan tersenyum, suara kecil Aura membuatnya seperti rindu, wajahnya yang cantik dan menggemaskan, Yura merasa tidak asing. "Cantik sayang. Kamu pintar sekali.." Puji Yura.

Dalam hati Yura ketika Aura memanggilnya dengan sebutan Bibi, Yura merasa perih. Tapi tidak tau apa yang membuat hatinya sedih, melihat Aura seperti mengobati rasa rindu, pada anaknya yang tidak pernah ia lihat satu detik pun setelah lahir.

"Mbak Yura!" Gendhis muncul dan memanggil Yura. Wanita itu mendongak kemudian berdiri.

"Ya, bu Gendhis?" Meskipun Gendhis sepertinya lebih muda dari Yura, tapi Yura menghormatinya karena dirinya akan bekerja untuk wanita itu.

Gendhis memang cantik dan penampilannya modis, tapi jika mereka bersama, mereka seperti seumuran. Yura tak kalah cantik, yang membedakan hanyalah status sosial, Yura dari keluarga biasa sementara Gendhis keluarga berada.

"Aku sudah menelpon papa nya Aura. Mbak bisa ikut kami pulang kerumah. Nanti aku akan jelaskan semuanya dirumah, apa saja yang disukai dan tidak disukai Aura!"

Yura mengangguk patuh. "Baik bu!"

Gendhis tersenyum tipis. Dia yakin kalau Yura wanita yang baik dan bisa menjaga Aura dengan baik. Tapi Gendhis tidak suka, panggilan Yura untuknya. "Mbak bisakah jangan memanggil bu? Saya merasa lebih muda!" Wanita itu terkekeh pelan.

"Kalau begitu saya panggil Nyonya?" Tanya Yura.

"Jangan mbak. Yasudah, panggil sesuai keinginan mbak Yura saja. Ayo kita pulang! Ayo sayang..." Gendhis beralih pada putrinya, mengajak Aura untuk pulang.

Aura berdiri, Yura membantunya membereskan barang-barang yang Aura bawa, termasuk keperluan sekolahnya.

Usia Aura, sama dengan usia anaknya. Mungkin anaknya sudah sebesar Aura sekarang, Yura berharap meskipun terlahir prematur, anaknya bisa seperti Aura, secerdas Aura, dan sehat.

"Mama, Aura mau makan ice cream..." Aura memegang tangan ibunya dan memohon.

"Besok saja ya sayang..." Jawab Gendhis.

"Maunya sekarang... Ayo mama...kan sudah satu minggu Aura tidak makan ice cream!" Aura terus memohon dan mendesak supaya ibunya menurutinya.

Gendhis memang membatasi Aura makan ice cream, karena perintah Hanan dan keluarganya untuk menjaga kesehatan tubuh Aura.

"Yasudah. Kita mampir sebentar! Tapi belinya yang kecil saja ya..." Sahut Gendhis.

Aura tersenyum cerah dengan anggukan cepat. Gendhis mencium keningnya dengan gemas. Sementara Yura, merasa terharu dengan pemandangan disampingnya.

.....

Didalam kedai Ice cream, Yura dan Gendhis menemani gadis kecil itu makan Ice cream. Yura dan Gendhis memesan minuman lain, dah mereka juga mengobrol ringan.

Saat mereka tengah bicara, Aura tiba-tiba menginginkan sesuatu lagi. "Bibi, Aura mau, disuapin, bibi Yura..." Gadis kecil itu mengungkapkan permintaannya.

Yura terkejut, tiba-tiba ia merasa gugup mendengar permintaan Aura. Yura merasakan hatinya berbeda, seperti ada sesuatu yang membuatnya terharu.

Dia menatap Gendhis, wanita itu menganggukkan kepala. Yura lalu mengambil sendok ice cream milik Aura dan menyuapinya dengan lembut. "Kenapa aku merasa begitu menyayangi Aura. Padahal kami baru bertemu" Gumam Yura didalam hatinya.

Beberapa menit kemudian, mereka sudah kembali kedalam mobil. Gendhis ditelpon Hanan kalau pria itu sudah dalam perjalanan pulang.

Tidak lama, mereka akhirnya tiba disebuah rumah berlantai dua, besar dan megah. Yura bisa menebak kalau keluarga Gendhis pasti kaya raya.

Dulu Yura dicampakkan keluarga Hanan karena status sosialnya, kalau Gendhis dari penampilan saja Yura menebak dia bukan dari kalangan biasa. Gendhis pasti diterima baik oleh keluarga suaminya.

"Ayo mbak, turun!" Ajak Gendhis.

"Ayo bibi. Ini rumah papaku! Kami tinggal disini..." Ucap Aura.

Yura tersenyum lalu ikut turun dari mobil milik Gendhis. Mereka berjalan masuk kedalam rumah, Aura begitu tidak sabar ingin memperkenalkan Yura sebagai pengasuh barunya. Selama ini, gadis kecil itu begitu sulit didekati pengasuh manapun, pertama kalinya Yura yang bisa mengambil hatinya.

"Silahkan duduk, mbak Yura. Nanti saya akan tunjukkan dimana kamar mbak dan kamar Aura. Saya mau bersih-bersih sebentar! Nggak apa-apa kan, saya tinggal sebentar?" Tanya Gendhis.

Yura mengangguk. "Nggak apa-apa!"

"Aura sayang. Tolong temani Bibi Yura dulu ya. Sekalian tunggu papa! Mama mau ganti baju!"

Aura mengangkat satu tangannya, membentuk lingkaran menggunakan ibu jari dan telunjuk, lalu tiga jari lainnya berdiri tegak. "Oke mama!"

"Saya tinggal ya mbak!" Wanita itu lalu pergi menaiki tangga menuju lantai dua, dimana kamarnya berada.

Aura mengeluarkan buku gambarnya dan membukanya lagi. "Bibi, temani aku, belajar menggambar, lagi ya..."

"Iya sayang. Tentu." Jawab Yura.

Dihalaman depan, Hanan turun dari mobil lalu berjalan masuk kedalam rumah. Pria itu melihat mobil Gendhis yang sudah berada di carport, sudah pada Gendhis sudah pulang.

Hanan berjalan masuk kedalam rumah, sementara Aura tiba-tiba ingin buang air kecil, saat Yura ingin mengantarnya, Aura menolak.

Yura berdiri, berada diruang tamu dan melihat-lihat furniture yang bersih dan rapi. Pelayan datang membawakan air minum untuknya. "Mbak, ini minumnya. Kalau perlu apa-apa, nanti langsung kebelakang ya. Saya ada pekerjaan lain!" Pelayan itu lalu pergi setelah Yura mengangguk dan menjawab.

Tiba-tiba saja, Yura melihat sebuah foto keluarga diatas meja hias didepan dinding. Yura mengerutkan keningnya, ia mendekati foto itu dengan hati berdebar. Tangannya gemetar begitu melihat foto didalamnya.

Dibelakangnya, Hanan berdiri mematung melihat punggung wanita didepannya, Hanan tidak mungkin salah ingat punggung dan aroma parfum itu milik siapa. Tapi tidak mungkin wanita dihadapannya adalah Yura, yang dimaksud Gendhis Yura, Yura yang sama.

"Ekkheemmm!" Untuk memastikan, pria itu berdehem.

Yura terperanjat kaget mendengarnya, sontak dia menoleh kebelakang. Kedua mata mereka terbelalak lebar, tangan Yura gemetar hingga foto Hanan, Aura dan Gendhis meleset lepas dari tangannya.

Pyaarrrrr!!!

*****

Dag dig dag dug, hatiku dag dig dug...

Bar debur kedebar, hatiku tak sabar...

😂😂😂

Nah lo, ikutan syak syok syok gak? Jangan lupa tinggalin jejak kalian yaaa... Nulis satu jam akhirnya kelar, mata ngantuk, badan kurang fit, tapi tetap semangat demi kaliaaannn😍😍

Yuk, Follow akun me, dan kenalan sama othor juga yuukk, lewat ig : @dsifaadian_

Tik-tok @dsifaaadian_02

See you next chapter🥰🥰🥰

Terpopuler

Comments

Uba Muhammad Al-varo

Uba Muhammad Al-varo

si Hanan harusnya curiga kenapa Yura pergi darinya dengan keadaan dirinya sakit dan anaknya masih bayi, apalagi Yura nggak direstui oleh ibunya Hanan,lah ini malah berburuk sangka, kasihan sekali hidupmu Yura karena hidupnya miskin jadi kamu dibenci sama ibunya Hanan

2025-09-26

0

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

klo Yunan dulu tau orang tua nya gak suka Yura... seharus nya dia tau knp Yura pergi

2025-10-09

0

Neng Nosita

Neng Nosita

lanjut Thor,yg semangat nulisnya biar kita juga semangat bacanya😁

2025-09-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!