Bab 2

Cole menahan dagu gadis itu, bibirnya dengan kasar menempel pada bibir Lillian. Gadis itu berusaha menghindar, namun genggaman Cole membuatnya tak bisa bergerak.

“Lepaskan aku… tolong lepaskan aku!” suara Lillian pecah, air matanya mengalir deras. Tangan kirinya menahan dada pria itu dengan panik, mencoba mendorongnya.

Namun Cole justru semakin terhanyut. Nafasnya berat, tubuhnya gemetar oleh dorongan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

“Kenapa… kenapa hanya dengan gadis ini aku menjadi gila?” gumamnya parau, seolah tak sadar pada tindakannya sendiri.

Lillian menangis tersedu, tubuhnya bergetar hebat. “Jangan… jangan lakukan ini… aku mohon,” ratapnya dengan suara putus asa.

Cole melepaskan pakaian gadis itu satu persatu hingga tanpa sehelai benang. Lillian semakin berteriak ketakutan. Cole mencium leher dan menurun hingga ke belahan dada gadis itu

"Tidak!" teriak Lillian.

Tangan kirinya ditahan oleh Cole yang melumat benjolan dada yang bulat dan kenyal milik gadis malang itu.

Nafsu yang semakin memuncak membuat Cole langsung melepaskan celananya dan langsung melakukan penyatuan dengan gadis itu.

"Aahh!" jeritan Lillian yang kesakitan.

Cole bergerak maju mundur di atas tubuh gadis itu dengan perlahan dan menikmati goa sempit yang begitu menjepit senjatanya.

Pria itu melanjutkan ciumannya dan menahan dagu gadis itu, ia meguasai seluruh tubuh Lillian dan menikmatinya dengan brutal. Gerakannya semakin cepat di bawah sana membuat gadis itu semakin kesakitan.

Perasaan hancur dan sakit dirasakan oleh gadis itu.

Tangisan dan teriakan, diabaikan oleh Cole yang dibakar hasrat.

"Hentikan, sakiit!" tangisan Lillian.

"Bukankah kau bekerja di sini, kenapa jual mahal, aku bisa membayarmu dengan harga yang tinggi. Asalkan aku puas," ujar Cole yang bergerak semakin cepat.

Ruangan gelap membuat Lillian tak bisa melihat wajahnya dengan jelas, hanya dada bidang dan tubuh kekar pria itu yang menindihnya.

"Aku bukan jual diri, kau salah orang," ucap Lillian yang menangis histeris.

Namun Cole tidak peduli, dan bergerak maju mundur dengan cepat sehingga mencapai puncak kenikmatan.

"Hentikan!" teriak Lillian.

Cole yang telah melepaskan hasratnya, merasa puas dan mengeluarkan senjatanya.

Cole berdiri dari ranjang, napasnya masih terengah. Ia meraih dompet, lalu meletakkan sebuah kartu di meja samping kasur.

“Kartu itu berisi seratus juta Yuan. Kalau kau patuh, aku akan memberimu lebih. Aku akan menghubungimu lagi.”

Ia membuka ikatan tangan Lillian, lalu bangkit tanpa menoleh.

Air mata Lillian jatuh deras, tubuhnya gemetar hebat. Ia meraih selimut untuk menutupi dirinya, suaranya pecah penuh kebencian.

“Aku bukan wanita murahan… aku membencimu!”

Cole menahan dagu Lillian sekali lagi, menatapnya dengan sinis.

“Semua wanita berharap bisa berada di atas ranjangku. Jangan sok suci. Mulai sekarang, kau milikku. Aku tidak suka berbagi benda yang masih ingin kupakai dengan pria lain.”

“AKU BUKAN WANITAMU!” jerit Lillian, wajahnya penuh air mata.

Cole tersenyum tipis, lalu melepas dagunya.

“Kalau merasa bayarannya kurang, kau bisa minta lagi. Menjadi wanitaku adalah keinginan banyak orang. Nikmati saja keberuntunganmu.”

Dengan nada angkuh, ia melangkah ke kamar mandi.

Lillian menutup wajah dengan kedua tangannya, tangisnya pecah tanpa bisa ditahan. “Kenapa… kenapa aku harus mengalami kejadian ini…” gumamnya di antara isak.

Beberapa saat kemudian Cole keluar dengan pakaian rapi. Ia menyalakan lampu kamar, namun ranjang itu sudah kosong. Gadis itu pergi.

“Ternyata sadar diri juga,” ujarnya dingin.

Tepat saat ia hendak keluar, pintu terbuka dan seorang pria masuk, Julian, asistennya.

“Bos,” sapanya dengan hormat.

“Ada apa?” tanya Cole singkat.

“Gadis tadi baru saja pergi. Sepertinya dia menangis… dari keluarga mana dia? Apakah Bos berniat menikahinya?” tanya Julian hati-hati.

Cole menatapnya dengan tatapan tajam. “Jangan konyol. Gadis seperti itu tidak layak jadi istriku. Aku menemukannya di klub malam. Dia hanya untuk kesenangan, bukan untuk dijadikan istri. Setelah bosan aku akan meninggalkannya."

Julian menoleh ke arah ranjang. Matanya menangkap noda merah di sprei yang berantakan. Ia mengerutkan kening, lalu menatap Cole.

"Bos, kenapa menurutmu dia tidak layak menjadi istrimu, sedangkan dia adalah gadis perawan?" tanya Julian sambil menunjukan ke arah bercak darah itu.

Cole tertegun. Matanya membesar, pandangannya tertuju pada bercak merah di ranjang. Untuk pertama kalinya malam itu, senyum angkuhnya menghilang.

"Sepertinya dia bukan pekerja club," ujar Julian yang kemudian meraih kartu pemberian Cole tadi.

"Bos, dia juga tidak mengambil uangmu," kata Julian.

Cole terdiam sesaat hampir tidak percaya dengan apa yang dia alami.

"Cari gadis itu sampai dapat, dalam satu jam aku ingin datanya!" perintah Cole.

Terpopuler

Comments

merry

merry

td aj ngmg tinggi sex liat darah perwann br sdrr drii cola cola,,

2025-09-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!