03. Kapan aku bisa melihat cinta dimatamu?

Mobil hitam keluarga Pramudya melaju membelah jalan sore itu. Barra duduk di balik kemudi dengan wajah kaku, sementara Aluna masih tersenyum tipis, puas karena berhasil membuat Miska terdiam di depan keluarga. Namun, tiba-tiba Barra menghentikan mobil mendadak di tepi jalan. Suara rem yang berdecit membuat tubuh Aluna sedikit terhentak ke depan.

Tanpa basa-basi, Barra membalik tubuhnya, kedua tangannya mendorong bahu Aluna ke sandaran kursi. Wajahnya dekat, sorot matanya tajam penuh amarah.

“Kau gila, Aluna?! Apa kau sengaja memakai gaun itu hanya untuk memamerkan … malam kita pada orang lain?” suaranya rendah tapi menghentak, penuh penekanan.

Aluna tidak menunjukkan rasa takut. Justru senyum kecil lolos dari bibirnya, tatapannya penuh tantangan.

“Kenapa? Kau takut, Barra? Bukankah kita suami istri sah? Apa salahnya orang tahu suami menyentuh istrinya?” Ia mencondongkan wajah, berbisik dengan nada menusuk, “Atau … kau takut karena Miska ada di sana?”

Nama itu membuat rahang Barra mengeras. Seketika ia melepas cengkeraman di bahu Aluna, menarik napas panjang. Ia kembali duduk ke kursinya, merapikan jasnya yang sempat berantakan, berusaha menahan gejolak dalam dirinya. Suara Barra terdengar dingin, penuh peringatan.

“Jangan pernah memancing amarahku, Aluna. Kau tidak tahu … apa yang bisa aku lakukan kalau aku benar-benar marah.”

Aluna terdiam, menatap sisi wajah suaminya yang kini kembali dingin seperti patung. Namun di dalam hatinya, ia justru tersenyum getir. Setidaknya untuk pertama kali, ia berhasil membuat Barra bereaksi, meski hanya dengan amarah.

Mobil akhirnya berhenti di halaman kediaman Pramudya. Barra turun lebih dulu tanpa menoleh sedikit pun, langkahnya lebar dan penuh amarah yang belum reda. Aluna menyusul, berjalan perlahan dengan senyum tipis yang dipaksakan, seolah tak terjadi apa-apa.

Begitu masuk rumah, Barra langsung melepas jas dan meletakkannya di sofa. Ia membuka dasinya dengan kasar, kemudian meneguk air mineral yang disediakan Cleo di meja. Sorot matanya tak pernah sekalipun mengarah pada Aluna.

Aluna melangkah masuk dengan santai, menggantung tasnya di kursi. Ia mendekati Barra, meraih jas yang tergeletak sembarangan lalu menggantungnya rapi di gantungan baju. Gerakan sederhana itu justru membuat Barra semakin kesal karena ia merasa Aluna mencoba bertingkah sebagai istri yang baik.

“Barra…” suara Aluna pelan, nyaris berbisik.

Barra hanya mendengus, tak menoleh.

Aluna melanjutkan dengan nada getir, “Selama setahun aku bersamamu, apa benar tak ada sedikitpun ruang di hatimu untukku? Kau selalu menyebut nama Miska, tapi aku yang ada di sisimu setiap malam. Aku yang menunggumu pulang, aku yang menerima semua dinginnya sikapmu…”

Barra menaruh gelas dengan suara keras, menoleh cepat. Sorot matanya menusuk, membuat suasana ruangan menegang.

“Kau sendiri yang meminta semua ini, Aluna. Aku sudah memperingatkanmu sejak awal. Aku tak pernah mencintaimu, dan aku tak akan pernah.”

Aluna terdiam sejenak, bibirnya bergetar. Tapi kemudian ia tersenyum miring, menahan sakit hatinya dengan harga diri yang masih kokoh. Ia mendekat, menatap Barra tajam.

“Kalau begitu … biarkan aku yang membuatmu jatuh, Barra. Kau akan lihat, sekeras apapun kau menolak, suatu saat kau akan bertekuk lutut padaku. Bukan pada Miska.”

Ucapan itu membuat Barra membeku sesaat. Ia tahu Aluna tak main-main. Tapi sebelum ia bisa menjawab, ponselnya berdering. Nama Miska tertera jelas di layar. Tanpa ragu, Barra segera mengangkatnya, meninggalkan Aluna yang berdiri kaku dengan senyum getir di bibir.

'Miska? Lagi-lagi Miska?!' Aluna berteriak dalam hatinya saat mengetahui Barra kembali pergi menemui Miska.

Baru saja suara mobil Barra menghilang di halaman depan, Aluna menurunkan tubuhnya ke sofa dengan wajah tanpa ekspresi. Tangannya yang gemetar perlahan meraih ponsel di meja. Beberapa notifikasi pesan masuk, namun satu pesan paling mencolok membuatnya menegakkan tubuh.

[Undangan Resmi Ulang Tahun Perusahaan Pramudya Group]

Pesan itu dikirim oleh ibu mertuanya Aluna.

Aluna membuka pesan itu, matanya menyusuri tiap kata. Undangan digital dengan desain mewah dan eksklusif, ditujukan khusus atas nama Nyonya Aluna Barra Pramudya. Tanpa sadar, bibirnya melengkung membentuk senyum samar. Tangannya mengusap perlahan permukaan layar ponsel, seakan mengusap sebuah peluang emas.

“Jadi ini kesempatan yang kau berikan padaku, Bu …” gumamnya lirih.

Dia tahu pesta ulang tahun perusahaan bukan sekadar acara formal, melainkan panggung besar. Semua mata keluarga besar, rekan bisnis, pejabat, dan kalangan sosialita akan tertuju padanya. Jika ia mampu tampil sempurna di sana, maka tak ada seorang pun bahkan Barra sendiri tak bisa meremehkannya lagi.

Aluna menegakkan tubuhnya, sorot matanya kembali tajam penuh ambisi. Ia teringat lagi ucapan Barra yang dingin, 'Aku tak pernah mencintaimu, dan aku tak akan pernah.' Kata-kata itu berputar-putar di kepalanya, menyulut api yang semakin besar.

“Tunggu saja, Barra,” bisiknya sembari meremas ujung gaunnya. “Aku akan buktikan kalau aku bukan sekadar istri bayangan. Aku akan menjadi satu-satunya wanita yang pantas menyandang nama Pramudya. Dan kau … kau akan menyesali kata-katamu sendiri.”

Dengan senyum penuh perhitungan, Aluna berdiri dan melangkah ke arah lemari pakaian. Malam itu, ia mulai merancang segalanya gaun apa yang akan dipakai, siapa yang akan ia temui, dan bagaimana caranya membuat Barra melihat bahwa Aluna bukan wanita yang bisa ia singkirkan begitu saja.

[Andra, temani aku ke pesta ulang tahun perusahaan Pramudya, besok malam.] Andra adalah sahabat sekaligus rekan bisnis keluarga Wijaya, orang yang selalu membantu dan berpihak pada Aluna sejak dari dulu.

Terpopuler

Comments

Eva Karmita

Eva Karmita

semangat Aluna bermain cantiklah buat semua orang memuji mu walau di Barbe alias Bara bere tidak pernah melihat dan menghargai keberadaan mu

2025-09-06

0

A.M.G

A.M.G

gas aluna buat mereka tunduk sama u

2025-09-07

0

ken darsihk

ken darsihk

Semangat update thor

2025-09-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!