4 tahun kemudian.
Sepasang suami istri hidup di sebuah kota kecil yang ada di balik hutan lebat di bawah gunung Es. Kota itu adalah kota Misest, yang biasa di sebut kota hutan berkabut. Mereka adalah Acrus dan Acresia, sudah 4 tahun mereka tinggal di kota Misest ini. Hari sudah hampir gelap dan matahari juga sudah mulai tenggelam, tapi Acrus masih ada di halaman belakang rumahnya.
Acrus menatap tanpa rasa kasihan pada gadis kecil di hadapannya, dia adalah Liz, putrinya? Anak yang baru saja menginjak usia 4 tahun dua bulan yang lalu itu terlihat sangat kelelahan dengan tubuh penuh keringat padahal di sekitar mereka adalah dataran bersalju. Acrus melipat tangannya tanpa menghiraukan wajah melas Liz, saat ini ia sedang menemani gadis itu latihan, lebih tepatnya mengawasi dengan tegas dan tanpa ampun. Sedangkan Acresia hanya sesekali memperhatikan mereka lewat jendela dapur, wanita itu sedang memasak untuk makan malam. Sudah sejak pagi buta hingga saat ini matahari sudah terbenam, tapi latihan Liz belum selesai juga.
"Ayah, bisakah kita berhenti sebentar?" Tanya gadis kecil itu dengan tatapan memohon pada Acrus, berharap jika Ayahnya bersedia menyudahi latihannya.
"Tidak! Cepat lanjutkan, dan jangan mengeluh! Kau harus bisa menguasai 3 elemen lainnya dalam 3 bulan, tidak lebih dari itu!" Balas Acrus dengan suara tegas dan tidak mau di bantah lagi. Membuat Liz hanya bisa pasrah dan kembali melanjutkan latihannya.
Hari-hari Liz selalu seperti ini sejak ia berumur 3 tahun. Acrus sudah melatihnya dengan keras selama satu tahun ini, bahkan siapapun yang melihatnya akan merasa kasihan pada gadis kecil itu, di usianya banyak anak-anak yang bermain ke sana kemari, tapi tidak untuk Liz. Anak itu sudah harus berlatih di usianya yang masih kecil, bahkan Acrus sama sekali tidak menunjukkan rasa belas kasihan. Ibaratnya jika di bandingkan anak-anak lain, Liz sudah melampaui batasnya di usia anak-anaknya. Entah seperti apa dia 2 tahun kemudian, entah sekuat apa dia nantinya. Jika ini adalah dunia game, kekuatannya sudah bisa di anggap cheat. Selain dia anak yang berbakat, sepertinya Liz juga anak yang istimewa.
Saat usianya menginjak 3 tahun, Acrus dan Acresia pernah mengajak Liz ke suatu tempat seperti gereja untuk mengukur kemampuan anak itu. Dan seperti sebelumnya, keistimewaan Liz membuat Acrus dan Acresia tercengang. Anak itu tidak hanya memiliki keberuntungan yang bagus, tapi juga termasuk salah satu orang istimewa yang bisa menguasai semua elemen.
Padahal Acrus juga salah satu orang istimewa di klan es yang bisa menguasai lebih dari 3 elemen, tapi saat mengetahui Lizana bisa menguasai semua elemen membuatnya hampir tidak percaya. Bagaimana bisa ada anak yang di penuhi berkah seperti anak ini. Karena keistimewaan itulah, Acrus kelap melatih Liz dengan keras setiap harinya.
Saat ini Liz baru bisa menguasai 5 elemen yaitu Es, Api ,Air, Angin dan Petir. Masih ada 3 elemen lagi yang belum ia kuasai, karena itu Acrus tidak memberinya waktu untuk sekedar beristirahat. Padahal banyak anak seusianya yang belum bisa mengendalikan elemen, tapi Liz sudah menguasai 5 elemen. Tapi Acrus tidak pernah melihat hal itu, ia selalu mengatakan pada Liz jika dia harus menjadi lebih dari siapapun. Jika bisa mengeluh, Liz sudah bosan mendengar kata-kata itu dari Acrus. Dia ingin bermain seperti anak-anak lainnya, ia juga ingin memiliki teman.
Melihat Liz sedang melamun, membuat Acrus marah. "Kenapa melamun, cepat lanjutkan!" Bentaknya, membuat Liz sampai berjingkat kaget.
Liz melanjutkan latihannya, saat ini dia berusaha mengendalikan elemen cahaya, seperti yang di ketahui, elemen cahaya lebih sulit di pelajari dari beberapa elemen yang lainnya. Entah karena sudah sering di marahi atau sudah kebal dengan kata-kata menyakitkan dari Acrus.
Acrus menyudahi latihannya saat Acresia memanggilnya untuk makan malam. Liz langsung menjatuhkan tubuhnya ke tanah yang tertutupi oleh salju, matanya menatap bintang-bintang di langit yang berkelap-kelip, sangat indah. Baju dan tubuhnya sudah sangat kotor karena bercampur keringat dan debu, tapi anak itu masih betah tidur terlentang di atas tumpukan salju daripada menyusul Ayah dan Ibunya yang sedang makan malam di dalam. Lagipula percuma saja, walaupun mereka makan di meja yang sama, tidak ada pembicaraan sama sekali kecuali suara dentingan sendok yang memenuhi ruangan. Karena didikan Acrus, membuat Liz menjadi anak yang pintar dan cerdik, karena itu ia menyembunyikan sesuatu dari Acrus dan Acresia.
Sebenarnya Liz menyadari jika Acrus terobsesi membuatnya menjadi kuat, karena itu ia diam-diam menyembunyikan kekuatan barunya? Atau mungkin kekuatan itu memang sudah di milikinya dari dulu tapi baru dia sadari sekarang. Awalnya Liz belum yakin tenang kekuatannya yang saat ini masih ia sembunyikan. Liz bisa menguasai 5 elemen dalam waktu singkat bukan hanya karena latihan yang keras, tapi ia mempelajarinya dari Acrus dan Acresia, lebih tepatnya meniru. Acrus menguasai 4 elemen yaitu Es, Api, Air, dan petir, jadi bukan hanya karena latihan yang di berikan Acrus yang membuat Liz cepat menguasainya, tapi anak itu sebenarnya bisa meniru semua kekuatan yang ia lihat. Sedangkan elemen Angin, ia mempelajarinya dari Acresia saat ia diam-diam mengintip Ibunya yang sedang mengerjakan pekerjaan rumah dengan bantuan elemen anginnya, tapi hanya sesekali Acresia akan melakukannya.
Bukankah ini sangat berbahaya baginya jika sampai Acrus dan Acresia mengetahui hal ini? Karena itu Liz berusaha menyembunyikan kekuatan uniknya, jangan sampai hari-harinya lebih buruk dari ini. Sekarang ia masih bersyukur karena malam harinya masih bisa tidur nyenyak, tapi ia tidak yakin saat orangtuanya mengetahui kekuatannya yang ia sembunyikan, Liz yakin bahkan untuk tidur saja ia tidak akan bisa. Jadi lebih baik ia menyimpannya sendirian, ya, itu lebih baik.
Angin mulai berhembus kencang, Liz segera masuk ke rumah untuk membersihkan tubuhnya. Selesai membersihkan tubuhnya, ia pergi ke meja makan, tapi Acrus dan Acresia sudah tidak terlihat, mungkin mereka sudah tidur lebih dulu seperti biasanya, padahal saat ia masuk mereka masih duduk di sana. Dengan wajah tertekuk, kaki mungilnya melangkah ke dapur, ia menarik kursi dan meletakkannya di depan tempat Acresia biasa menyimpan makanan. Liz naik ke kursi itu dan mengambil beberapa makanan, anak itu turun dari kursi setelah mengambil makanannya dan duduk di lantai dengan punggung yang di sandarkan di kaki kursi. Memakan makanan itu dengan perasaan hampa, sama seperti biasanya, hanya suara jangkrik yang menemaninya menghabiskan makan malamnya. Tatapan matanya terlihat kosong, tapi anak itu begitu lahap menyantap makanannya. Siapapun yang melihatnya pasti merasa kasihan, anak sekecil itu harus merasakan pahitnya kehidupan dimana anak-anak seusianya bebas melakukan hal yang di sukai.
Selesai makan, Liz langsung mencuci piringnya dan mengembalikan kursinya ke tempat semula. Sebelum pergi, ia menatap kamar orangtuanya sebentar lalu berlari kecil menuju kamarnya. Anak itu naik ke tempat tidurnya dan membalut tubuh kecilnya dengan selimut hingga menutupi tubuhnya. Meringkuk dengan balutan selimut, hal yang selalu ia lakukan setiap malam sampai benar-benar terlelap dalam tidurnya. Tapi anehnya keesokan harinya tubuh Liz akan kembali segar tanpa rasa lelah sedikitpun, bahkan setiap kali ia terluka saat latihan, keesokan harinya luka itu akan mengihlang tanpa bekas sedikitpun, karena itu dia bisa menjalani latihan keras setiap harinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments