(Malam hari. Alya duduk di balkon mansion, menatap hujan. Adrian datang membawa dua cangkir kopi.)
Adrian
Kau suka kopi?”
Alya
(menoleh sebentar, lalu menerima) “Terima kasih… tapi jangan pikir ini bisa membuatku nyaman.”
Adrian
(duduk di kursi sebelahnya) “Aku tidak berniat membuatmu nyaman. Aku hanya ingin kau tahu kalau aku tidak akan menyakitimu.”
Alya
(menatap curiga) “Kau bilang begitu, tapi aku tetap merasa terjebak.”
Adrian
(menghela napas) “Kalau kau benar-benar ingin pergi, aku tidak akan menahanmu.”
Alya
(terkejut, menatapnya) “Benarkah? Jadi aku bisa keluar sekarang?”
Adrian
(tersenyum tipis) “Bisa. Tapi… mungkin nanti kau akan kembali. Bukan karena aku, tapi karena penasaranmu sendiri.”
Alya
(berdiri, berjalan ke arah pagar balkon) “Penasaran? Tentang apa?”
Adrian
(menatap langit gelap) “Tentang siapa aku sebenarnya. Dan kenapa aku memilih untuk mendekatimu, padahal aku bisa saja mengabaikanmu.”
Alya
(diam lama, lalu kembali duduk) “Kau ini misterius sekali. Membuat orang kesal, tapi… juga sulit untuk benar-benar pergi.”
Adrian
(tersenyum samar) “Kalau begitu, jangan pergi dulu. Beri aku sedikit waktu… untuk membuatmu mengerti.”
(Hening sejenak. Hanya suara hujan yang menemani. Alya menatap cangkir kopinya, hatinya mulai bimbang—antara takut, ingin bebas, tapi juga penasaran dengan rahasia pria di sebelahnya.)
Comments