Beberapa saat kemudian tibalah kami di sekolah yang mana ketika tiba dia mengancamku lagi dengan mengatakan.
"Katakan ruang guru itu di mana maka aku tidak akan memukulmu!" Ia mencengkram kerah bajuku sambil bertanya.
Untuk sejenak aku menggilirkan alis mataku karena tak habis pikir dengan orang yang ada di hadapanku ini.
"Haahh... Ruangannya yang itu!" Aku langsung memberitahukannya dan setelah itu ia langsung pergi ke ruangan itu.
Barulah setelah itu aku terbebas darinya dan dapat masuk ke kelas.
Namun ternyata orang baru ini malah di tempatkan di kelasku dan duduk tepat di hadapanku.
"Apa lihat-lihat?!" Ia tiba-tiba mengoleh ke arahku dengan tatapan sinis.
Padahal waktu itu aku sedang menatap papan tulis tapi orang ini mengira kalau aku menatapnya.
Sangat di sayangkan.
Padahal cantik tapi sifatnya begitu dingin dan ketus.
Jam istirahat pun tiba di mana pada saat itu semua orang langsung mengelilingi perempuan yang ada di hadapanku yang mana namanya adalah Karina.
Tapi semua orang hanya berkumpul untuk beberapa saat saja karena ketika mereka mulia bertanya si Karina malah membalas dengan perkataan yang begitu menakutkan.
Semua orang seketika mundur.
Dan setelah membuat satu kelas ketakutan dengan perangainya si Karina pun pergi keluar.
Satu kelas menjadi sangat sunyi dimana orang-orang hanya bisa saling menatap dengan heran.
"Padahal yang satu ini jauh lebih cantik daripada Devina tapi sifatnya itu loh beda jauh!" Ucap seorang siswa pada temannya yang ada di samping.
"Iya. Kalau Devina itu friendly yang ini lebih ke tipe menyendiri dan dingin... Tapi kalau boleh bilang aku malah lebih suka yang kayak begini!"
"Gua setuju. Bukannya akan sangat menantang kalau kita bisa berpacaran dengan orang sepertinya!"
Pembicaraan mereka aku dengar dan dalam hati aku berkata. 'Orang gila mereka ini.'
Sepulang sekolah aku tidak langsung pulang ke rumah tapi pergi ke suatu tempat dulu karena ada urusan.
Dan setelah selesai aku ingin pulang tapi di perjalanan aku malah bertemu lagi dengan perempuan galak yang baru masuk ke sekolahku.
Dari kejauhan aku melihatnya celingak-celinguk di samping jalan seakan dia tersesat lagi.
"Haahh... Kalau nanti aku tanya dia akan marah-marah tapi kalau tidak di yang aku tidak enak hati mengabaikan orang yang butuh bantuan!"
Sedikit ragu sih tapi tetap aku hampiri perempuan itu kemudian bertanya.
"Kamu kelihatannya sedang tersesat!" Dan dia langsung menoleh ke arahku dengan wajahnya yang berubah ketus.
"Lagi-lagi kau yang datang. Apa sebenarnya maumu hingga terus mengikutiku dari pagi!" Ini orang kayaknya ke-geeran.
"Aku cuma tidak sengaja melihat kamu celingak-celinguk di sini seperti sedang tersesat jadi aku cuma mau bantu!"
"Hah? Terus aku harus percaya gitu!?" Seketika aku memalingkan pandanganku karena capek berhadapan dengan orang ini.
"Haahhh... Kalau kamu butuh bantuan bilang sekarang. Kalau tidak aku ajak pulang!"
"Aku gak butuh!" Karena dia bilang begitu aku langsung melangkah untuk pulang tapi seperti kejadian tadi pagi.
Dia tiba-tiba menghentikanku dan tanya alamat sebuah rumah dengan cara yang kasar dan tidak sopan tentunya.
Kebetulan rumah yang di tanyakan itu searah dengan tempat tinggalku jadi sekalian saja aku antar dia ke rumahnya.
Dan rumah yang di tuju adalah rumah yang sangat besar dan megah yang mana rumah itu sudah terlihat kosong selama beberapa saat.
"Baiklah. Karena sudah sampai kamu bisa pergi!" Seenak jidat dia mengusirku setelah aku mengantarnya sampai rumah.
Aku berusaha untuk sabar karena menganggap ini sebuah ujian.
"Kalau begitu aku permisi dulu!" Aku pergi namun ketika aku berbalik tiba-tiba saja si Karina menarik tanganku karena melihat sesuatu yang menarik perhatiannya.
Dan itu adalah cincin yang aku kenakan pada saat ini.
"... Darimana kamu dapat cincin ini!?" Ia bertanya dengan wajah serius sambil melihat tanganku dan cincinnya dari jarak dekat.
"Oh iya. Aku lupa dengan ini!" Aku kemudian berusaha untuk membukanya lagi tapi tetap tidak berhasil karena tersangkut di persediaan jariku.
Paling mentok bisa di geser-geser doang jadi setidak aku masih bisa mengambil wudhu dan tidak terhalang oleh cincin ini.
"Beberapa waktu lalu aku temukan ini dan ketika aku mau mengembalikannya tidak ada orang yang mencari-cari!"
"Hingga akhirnya aku iseng mengenakan cincin ini tapi ujung-ujungnya malah tersangkut dan tidak bisa lepas...!" Aku maksud berusaha tapi itu masih tersangkut.
Si Karina sempat terdiam sejenak sebelum mencoba untuk mengeluarkannya.
"Biar aku coba...!" Dengan kasar ia menarik cincinnya hingga aku merasa kalau jariku akan putus.
"Ahhh! Jangan tarik-tarik seperti itu, nanti jariku bisa putus!" Aku langsung menarik kembali tangannya karena kalau tidak di Karina ini akan benar-benar menarik jariku sampai putus.
Setelah itu ia terdiam.
Untuk beberapa saat ia dekan sedang berpikir sampai akhirnya ia bicara.
"Untuk sekarang kamu jaga saja cincin itu sampai waktu untuk melepaskan tiba. Ingat kalau berikan pada siapa termasuk pada polisi!" Aku bingung kenapa ia mengatakannya dengan serius.
"Apa!?..."
"Aku bilang kamu harus simpan cincin itu sampai pemiliknya mengambil kembali dan jangan berikan pada siapapun!"
"Aku tahu siapa pemilik jadi kamu tidak pernah lagi mencarinya. Cukup simpan agar benda itu aman!"
"Kalau begitu kenapa kamu tidak ambil kembali cincin ini dan berikan pada yang punya? Kanapa harus aku yang menyimpannya!?"
"Karena kamu yang menemukanya jadi kamu harus bertanggung jawab sampai akhir dan jangan lupakan apa yang aku katakan tadi. Jangan sampai ada yang tahu kalau kamu yang menyimpan cincin itu!" Ia kemudian membuka pintu gerbang dan masuk.
"Eh, tunggu! Aku belum selesai bicara...!" Aku masih bingung tapi dia malah meninggalkanku.
Seketika aku terdiam sambil menatap cincin di tanganku yang tidak mau terlepas itu.
"Haahh... Baiklah akan aku simpan untuk sementara. Toh cuma dia yang tahu siapa pemilik dari cincin ini dan dia juga yang menyuruhku untuk menyimpannya!" Aku pun pulang ke rumah setelah itu.
Di sisi lain si Karina terlihat berdiri di jendela sambil menatap ke arahku yang berjalan pulang.
"... Siapa sangka kalau orang yang mendapatkan cincin hitam malah orang asing. Entah dia ini beruntung atau sial karena menemukan cincin itu!"
"Setelah ini dia pasti akan di kejar-kejar dan terlibat dalam konflik berdarah!" Setelah bergumam seorang diri ia kemudian pergi.
Adapun aku yang kala itu baru tiba di rumah aku melihat ada banyak orang berkumpul di depan rumahku.
"Ada apa itu!?..." Langsung aku menghampiri mereka untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Seorang pemuda pun bicara dengan lantang.
"Pokoknya saya tidak mau tahu, saya ingin mengambil kembali tanah ini karena tanah ini adalah hak saya!" Nada bicaranya penuh arogan.
Ia menuntut sesuatu yang tidak aku pahami di sini.
Bapakku kemudian berkata. "Itu tidak bisa. Karena pemilik tanah ini sudah menjadikan Tanah ini sebagai Tanah Wakaf!"
"Beliau juga berpesan untuk jangan memberikan tanah ini pada siapapun termasuk keturunannya sendiri!"
"Jadi saya tidak bisa memberikan tanah ini karena sudah jadi titipan dari mendiang!"
Pemuda itu kemudian marah-marah dan mencaci-maki bapakku di hadapan semua orang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments