Mereka sekarang sudah pamit pulang, begitu juga dengan yang lain.
"Papi Dru, jangan lupa robot transformersnya, ya," ucap Marlo sebelum mereka berpisah.
Papi lagi, batin Nara dengan dada seolah ditimpa beban yang sangat berat. Anak sekecil itu pasti ada yang mengajari.
"Om Dru, ya," ralat Jayandru dengan tawa yang agak sumbang sambil melirik wajah datar istrinya.
"Kata eyang, panggilnya Papi Dru." Wajah Dru tambah bingung.
"Ngga apa apa, Marlo sayang. Panggil papi aja," sahut mami Adel sambil mengusap lembut pipi Marlo.
Kemudian dia menatap anak dan mantunya serius.
"Buat pancingan. Biar kalian cepat ngasih adik buat Marlo," sambung mami Adel ngga mau dibantah.
"Marlo mau punya adik?"
Nara hampir mendengus melihat mata Marlo yang penuh binar.
Anak itu ngga salah, Nara, batinnya mencoba tetap sabar.
"Iya. Biar Marlo punya teman," timbrung maminya Monica. Kemudian para perempuan paruh baya itu tertawa berderai. Seakan akan yang diomongkan ini adalah candaan yang sangat menggelikan.
Untung Jayandru memahami kejengkelan Nara yang selalu saja dia pendam. Dia pun segera pamit dan mereka melangkah duluan ke mobilnya.
Sepanjang perjalanan suaminya malah sibuk menerima telpon. Dia mengenakan headset bluetoothnya.
Nara memperhatikan keadaan di luar jalan. Jayandru pasti akan semakin sibuk.
Nara ngga bisa bayangkan sebesar apa proyek satu trilyun itu. Sekarang saja dia sibuk menerima telpon.
Suaminya bahkan ngga takut kejepret kamera cctv di sepanjang jalan yang mereka lewati.
Dugaan Nara benar, Jayandru melupakan janjinya untuk menjelaskan yang dia janjikan tadi.
Begitu sampai di rumah, Jayandru malah memasukkan beberapa berkas ke dalam kopernya. Juga beberapa helai pakaiannya.
"Aku harus berangkat malam ini. Ngga apa ya, aku tinggal sekarang?"
Bukan pertama kalinya suaminya mendadak berangkat.
Nara hanya menganggukkan kepalanya.
Sama Monica? tanyanya dalam hati. Tenggorokannya tercekat sangat ingin menanyakannya.
Tanpa berganti pakaian, Jayandru menggeret kopernya. Supir mereka sudah menunggu untuk mengantar Jayandru ke bandara.
Langkah Jayandru berhenti di depan mobil. Pak Anung mengambil koper dan menyimpannya di bagasi.
Nara tercekat ketika Jayandru tidak hanya menci um keningnya, juga bibirnya di depan supir mereka.
"Aku akan menjelaskan nanti," bisiknya setelah menjauhkan wajahnya.
Nara hanya mengangguk. Berharap Pak Anung tidak melihat adegan live ini. Dia masih saja tetap sungkan, padahal harusnya biasa saja. Mungkin pak supir dan art yang melihatnya merasa wajar saja yang dilakukan majikannya.
Tangannya mengusap lembut kain yang menutupi perut istrinya sebelum melangkah pergi.
Nara menatap kepergian mobil yang membawa suaminya sampai menjauhi rumahnya dan menghilang dari pandangan.
Dia memasuki rumahnya. Lupa bertanya berapa lama Jayandru akan pergi. Sekarang dia.sudah masa bodoh. Sama masa bodohnya dengan arah pernikahannya yang akan mereka bawa kemana.
*
*
*
Pagi pagi sekali saat Nara sudah bersiap untuk ngantor, mami Adel menelpon.
Bukan sapaan ramah yang dia dengar, tapi malah omelan kesal.
"Nara, Jayandru berangkat jam berapa? Katanya mau barengan dengan Monica pagi ini?"
"Tadi malam, ma."
"Kenapa kamu ngga ngasih tau? Jadinya Monica berangkatnya bareng komisinya tanpa Dru. Padahal mereka sudah janjian."
Nara menghela nafas panjang.
Kenapa dia yang disalahkan?
"Dru sepertinya terburu buru, mam."
"Kan, bisa kirim pesan. Mami hanya kasian dengan Monica. Dia belum punya teman di komisinya."
Nara mengambil tasnya dengan menahan kesal.
Dru itu suaminya.
"Maaf, mam. Nara mau berangkat kerja sekarang."
"Kamu kerja terus, buat apa. Empat tahun, Nara. Mami sudah ingin menggendong cucu dari Dru."
Nara menahan dirinya untuk ngga menanggapi. Karena salah Dru yang berangkat duluan, dia yang jadi tumpahan kekesalan mami mertuanya.
Nara membuka mobilnya dan masuk ke dalamnya. Dia masih diam. Mami Adel belum melanjutkan gerutuannya lagi.
"Dengar Nara. Kalo dalam enam bulan lagi kamu masih belum juga hamil, mami minta kamu ngga melarang Dru menikah lagi."
Nara memejamkan matanya. Siapa yang ngga mau hamil. Nara sering iri melihat rekan kerjanya yang baru menikah sudah hamil.
"Nara?"
"Mam, aku off dulu, ya. Lagi nyetir," ucap Nara dan tanpa mikir lagi kalo tindakannya sudah ngga sopan, gadis itu mengakhiri telponnya.
Hatinya sudah terlalu sakit. Mami Dru yang ngga terima dengan perlakuannya menelponnya lagi. Tapi Nara abaikan.
Biarlah kali ini jadi menantu durhaka, batinnya sambil terus menyetir mobilnya.
Tapi saat berada di lampu merah dan suara dering telpon sudah berhenti terdengar, Nara mengetikkan pesan juga buat mami mertuanya.
Maaf, ma. Aku lagi nyetir.....🙏🏼🙏🏼
Masih belum dibaca. Ada sedikit rasa sesal menyusup dalam hatinya. Kenapa dia repot repot harus memikiran perasaan maminya Dru. Sedangkan Mami Dru saja tidak memikirkan perasaannya.
Enam bulan Nara. Kamu dikasih waktu enam bulan buat ngijinin Dru menikah lagi.
Nara menghembuskan nafas panjang. Dia semakin ngga yakin bisa mempertahankan pernikahan ini.
*
*
*
"Nara, suamimu ada di tivi lagi."
Nara hanya menoleh sebentar, mengalihkan tatap dari layar laptopnya ketika mendengar suara suara interupsi Yuri.
Ada kunjungan anggota dewan di IKN rupanya. Suaminya sekarang sedang diwawancarai sekarang.
Kalo ngga melihat berita sekarang, dia ngga akan tau suaminya berada dimana sekarang
Jadi dia dan Monica berada di sana?
Nara menghembuskan nafasnya perlahan. Berusaha ngga peduli.
"Kalo aku jadi kamu mending resign. Suami udah kaya raya gitu," ceplosnya lagi.
Nara ngga menyahut, tapi hatinya tertawa getir.
Kalo udah berpisah nanti, ngga kerja, terus siapa yang kasih uang?
"Kamu masih belum hamil, Nara? Bahaya loh, pasti banyak yang suka rela mau dihamilin Jayandru," kekehnya tertahan. Seolah ngga peduli dengan wajah datar Nara.
"Perempuannya pada ngibrit kalo tau saingannya Nara. Jayandru itu udah cinta mati ke Nara sejak SMA," balas Warda, mantan teman SMAnya.
"Tapi bisa aja, kan, isu belum punya anak mereka membuat perempuan perempuan di luar sana kegatalan sama suaminya, Nara," debat Yuli yakin.
"Asal Jayandru ngga meladeni mereka, ngga bakal ada masalah," bela Warda lagi.
"Warda, suami tuh kalo dtinggal berhari hari gitu pasti bisa oleng," kilah Nisha lagi.
"Kita aja yang ninggalin suami dari pagi ampe sore, ngga nge jamin suami kita ngga macam macam di kantornya, kan," sambungnya lagi.
"Kalo mikirin gitu terus, susu anak ngga bakal kebeli," tawa Warda.
"Itu kita, Da. Kalo Nara, kan, beda lagi. Pabrik susu juga bisa dibeli suaminya."
Warda tertawa mendengarnya.
Nara mengalihkan tatapnya dari tivi ketika sudah tidak ada lagi Jayandru di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Rahmawati
lah kocak ibu mertua bmalah nyalahin nara karna dru berangkat duluan
2025-09-16
1